Saturday, April 7, 2007

Menunggu waktu

Puisi ini saya tulis hampir sepuluh tahun lalu, dalam rangka memperingati seratus hari kepergian anak bungsu saya Moko. Tahun tahun telah berlalu, tetapi penantian itu tak akan berhenti. Memang akhirnya hanya waktu yang dapat kutunggu. Tak ada yang lain.

MENUNGGU WAKTU

Di kala senja membayang
Matahari menyaput hilang
Burung derkuku berdendang pulang ke sarang
Dan azan maghribpun berkumandang
Engkau selalu pulang
Nyanyianmu terngiang
Bisikanmu menabur kedamaian.

Di kala malam meremang
Langit berhias bulan dan bintang
Engkau akan pulang
Dengan tawa riang
Dengan gurauan
Dan wajahmu penuh keyakinan
Aku menyambutmu sayang.

Ah seandainya engkau benar pulang
Datang dengan senyuman
Dengan harapan dan keinginan
Hidupku damai
Kini hanya khayal yang menerawang
Hanya mimpi yang abadi.

Aku menunggu tanpa tahu
Aku menunggu tanpa tentu
Tanpa batas waktu
Kedatanganmu hanya masa lalu
Hatiku menangis pilu
Perasaanku teriris sembilu.

Aku tetap akan menunggu
Menunggu untuk menggapai dan mencumbumu
Walau tanpa batas waktu
Ya Allah aku pasrah menunggu waktuku
Waktu untuk kembali bersama anakku.

(Untuk Saworo Tino Triatmo
Dari Bapak yang selalu menunggumu)

No comments: