Saturday, March 22, 2008

Jeng Halimah - konsultasi spiritual imaginer

Di masa lalu banyak pelayanan terapi jarak jauh. Teleterapi, telepati, supranatural, para normal. Cara bekerjanya lewat media non fisik, getaran sukma, impian, doa dan harapan, imaginasi dan lamunan yang merambah dunia yang absurd. Di Jawa ada istilah ngrogoh nyawa. Tak ada maksud mengecilkan mereka sama sekali. Orang punya kepercayaan masing masing. Di masa sekarang, telemedicine berkembang pesat dengan media fisik walaupun kasat mata. Konsultasi bisa dilakukan jarak jauh lewat internet. Operasi kadang2 dipantau dan disupervisi dari jauh. Kemajuan teknologi kedokteran untuk kemanusiaan.

Saya seorang dokter. Coba coba melayani konsultasi spiritual walau hanya dalam impian. Konsultasi spiritual dengan Madame Halimah (HLM)
( http://www.kompascommunity.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=60876§ion=92) . Eh tahunya mentah setengah jalan. Tulung tulung terbangun sebelum konsultasi selesai. Tak enak meninggalkan Jeng Halimah yang kebingungan. Pasti dia bertanya tanya besar. Katanya tokoh spiritual kok malah teriak teriak minta tolong. Walau hanya dalam impian. Tetapi dunia mimpi dan kenyataan kadang berbatas kabur. Orang kadang tenggelam dalam mimpi di dunia nyata. Ada perasaan harus menuntaskan konsultasi ini. Yang terputus dalam mimpi. Tanggung jawab moral spiritual. Konsultasi spiritual imaginer. Lumayan walau hanya imaginer selalu asyik melayani wanita anggun papan atas ini.

HLM
Ki, katanya konsultan spiritual kok penjenengan malah tulung tulung sebelum selesai, apa kurang sajen ? Mungkin perlu tambah kemenyan ?.

KAS
Nyaaak ! Nyindir sampeyan ? Bukan masalah sesaji. Walau dalam mimpi, kalau mau ketabrak buldozer itu rasanya kok takut. Apalagi saya kan nggak terbiasa mbuldoser rumah orang, apalagi saingan saya. Waktu jaman pacaran dulu modal saya cuma sepeda torpedo tua. Nggak bisa untuk mbuldoser karbol yang sok ndatengi pacar saya. Edaan.

HLM
Tetapi raut muka panjenengan memberikan kesan kurang sesaji. Kayaknya kok ada roh yang menjahili penjenengan. Apa perlu disuwuk ? Saya sih bisa kalau cuma nyuwuk. Pernah belajar dulu nyuwuk bayi. Mengusir roh roh jahat yang menjahili. Saya sembur embun embun panjenengan.

KAS
Disuwuk itu kan kalau bayi atau anak kecil yang sakit sakitan atau nakal to. Jangan jangan ada roh yang mengganggu. Saya ini konsultan spiritual kok disuwuk. Nanti kayak di acara kasak kusuk TV, tokoh spiritual kok malah suwuk suwukan dan sembur semburan sama klien sang selebriti. Itu sih bukan ahli spiritual pun bisa. Yang disembur kadang bukan hanya embun embun. Bokong juga ikut disembur. Roh jahat nggak mau pergi lewat bawah. Hanya angin sepoi dan berbau yang keluar lewat bawah.

HLM
Ehmmmmm, kembali ke masalah yang saya hadapi Ki. Saya rasanya kok belum iklas melepaskan mantan saya ke maru ya. Eman eman sih. Iya kalau kopen, kalau tidak gimana? Saya khawatir mantan saya terlantar. Burung piaraannya nggak ada yang merawat. Dia sukanya manja sekali Ki sama saya. Rasanya pengin nggendam maru saya. Biar kering kerontang nggak nampak seksi lagi.

KAS
Jeng, panjenengan adalah wanita papan atas. Jangan nodai kharisma anda dengan tindakan tindakan bodoh dan cengeng. Biarlah langit dan awan menjadi saksi ketabahan anda. Lakukan apa yang pernah anda rintis untuk anak anak sekolah. Laki laki memang sok manja sama bini. Tapi kalau sama bini muda sih disuruh apa saja mau, suruh nyium kaki pun mau. Jangan pikirkan itu.

HLM
Wanita papan atas gimana sih Ki ? Saya wanita biasa. Tak pernah minta di atas. Disuruh diatas ya mau. Dibawah ya sokur. Di samping ya enak saja. Hanya sok agak geli sih. Apalagi BB tambah berat kalau di atas terus pendeng dia. Pengantin baru bisa di atas BB masih Ok. Begini Ki, bagaimana supaya burung piaraanya mantan saya nggak ngoceh terus. Terutama sama maru saya. Mangkel saya.

KAS
Wah biasanya burung burung itu hanya bisa di intervensi langsung jarak dekat. Dengan sentuhan keras sedikit atau slentik biasanya akan tidur nggak ngoceh. Dalam karier spiritual saya saya nggak pernah bisa mempengaruhi burung berkicau dengan teknik jarak jauh . Apa lagi mantan penjenengan burungnya sangat tegar.

HLM
Iya memang den bei itu selalu tegar atau berusaha tegar untuk saya. Kadang kadang dijamoni. Madu, jahe, telor sama tahu pong. Dengan iringan dendang lirih ’’Nuk manuk, sir pong wudele bodong, tak sajeni tahu pong””. Dengan ritual ini biasanya terus mau berkicau gagah. Bahkan sering pakai Cialis atau Viagra. Tetapi saya salut Ki, mantan saya nggak pernah bawa Cialis atau Viagra kalau ke rumah bini muda. Obat obat dan jamu hanya untuk saya saja. Nggak berapi api lah diluar.

KAS
Lha ini. Ini namanya miskonsepsi. Jamu, cialis atau viagra itu memang lebih banyak diperlukan di rumah. Di tempat bini muda, jelas nggak butuh sama sekali. Justru ini letak permasalahannya. Salah persepsi. Harus dibalik dirumah diusahakan tegar dan berkicau alamiah. Diluar sama bini muda perlu dijamoni baru berkicau. Gitu lo, roger.

HLM
Bisa enggak ya kalau saya pesan khusus santhet yang bekerja selektif? Kalau berhadapan dengan saya burungnya tegar dan berkicau riang. Kalau sama maru burung piaraannya tidur, damai dan terkulai ?

KAS
Aaaah santet. Itu hanya issue saja. Tak ada kamus santhet dalam dunia non fisik Santhet itu bukan teknik spiritual. Itu teknik operasi intelijen dari Koramil atau penguasa. Membersihkan anasir anasir yang diduga mengganggu stabilitas nasional. Banyak di Jawa Timur dulu. Maru panjenengen belum sampai tahap mengganggu stabilitas nasional. Jangan terpaku sama maru. Lihat ke depan. Masih banyak bintang di langit. Banyak pilihan. Gimana kalau saya buatkan pelet saja yang majas. Bisa melet burung2 yang terbang di angkasa.

HLM
Burung yang kena pelet biasanya rambutnya mbrodoli. Nggak asyik kalau berkicau. Nggak asli lah. Lebih baik ke kontak jodoh. Siapa tahu. Atau panjenengan punya jago ? Kenalin dhong Ki

KAS
Wah kenalan kenalan saya sih sudah masuk angkatan loyo semua. Omong sih bisa saja. Kalau perkuutut, disuruh manggung sudah nggak bisa ””huuur ketekuuuuung””. Malah jadi ””huur ketekuuuuk””. Pasang friendster saja. Paling siiip itu. Terbuka, transparan dan accountable. Jaman keterbukaan. Good governance in love. Langit di luar, langit di dalam bersatu dalam jiwa yang damai. Nggak mikir maru. Nggak mikir buldozer. Nggak mikir jamu. Tengkar sama maru jangan masuk Koki lhoooo. Baru musim smash smash an ini di KOKI.

HLM
Bisa dimengerti, ini dampak pemanasan global. Ati gampang panas. Burung mudah tergoda berkicau terus. Gampang panas, cari bini muda. Omong omong, anggota2 KOKI yang panas panasan itu kalau saya suwuk gimana ya Ki?. Damai di bumi damai di KOKI. Damai sama maru. Salam similikithi. Ah ah aaaaah. Sori mek sori sori. Makasih ya Ki. Daaaag.

KAS
Sokur kalau Jeng bisa menerima dengan lapang dada. Bencana dan cinta kadang datang tanpa nyana. Tanpa rencana. Para kandidat bini muda kadang mambayangi sepanjang perjalanan cinta. The case is closed. Mission accomplished. Bye bye Jeng. Salam dan doa dari dunia maya.

Salam damai
Ki Ageng Simikithi
(Dimuat di Kolom Kita Kompas Cyber, 22 Maret 2008)

Thursday, March 20, 2008

Hati tertusuk sembilu

Bahasa kiasan cenderung menggambarkan situasi jauh lebih berat dari keadaan sebenarnya. Kiasan “ hati tertusuk sembilu” sebenarnya hanya ingin menggambarkan kalau seseorang sakit hati atau tersinggung. Tak ada korban yang fatal. Tetapi si pengarang kiasan tak pernah menyadari bahwa jika hati benar2 benar tertusuk sembilu, itu adalah kondisi gawat darurat yang berat dan bisa fatal. Belum tentu setiap rumah sakit mampu menangani. Masih banyak contoh lain. “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan”. Pembunuhan itu kekejaman yang sudah paling mentok, ada korban terbunuh. Contoh lain "Jika ditampar pipi kiri, berikan pipi yang kanan". Meskipun yang nampar madame Halimah, nggak mungkin saya mau menawarkan pipi yang lain untuk ditampar lagi. Dulu sewaktu SMA pernah belajar berbagai bahasa kiasan. Ada nama khusus gaya bahasa yang cenderung memperberat dari keadaan yang sebenarnya. Nggak tahu sudah lupa saya. Mari coba kita hayati kiasan hati tertusuk sembilu dalam dunia nyata dan bandingkan dengan kecelakaan nyata yang hampir mirip.

Musim kering tahun 1970. Lewat jam dua siang hari. Saya tiduran di kamar pondokan, di Gerjen, Suronatan, Yogyakarta. Irama lagu padang pasir mengalun dari ruang sebelah. Pak Darwis yang punya rumah memang pemain keroncong dan irama padang pasir. Rasanya masih jengkel benar. Tak tahu apa salahnya tadi dipulangkan dari praktikum ilmu faal di Karangmalang. Praktikum sebenarnya jam satu sampai jam tiga. Saya dalam keadaan lapar ok belum sempat makan siang. Kami bertiga sebenarnya hampir selesai mengerjakan eksperimen. Hanya pas asisten datang ke meja kami, salah satu anggota rombongan tak nampak. Dia memang pamitan tadi mau ke belakang. Teman satu ini memang seperti burung jalak. Setiap habis makan selalu buang hajat ke belakang. Saya tahu sebelum praktikum tadi dia sendirian makan pecel sama papaya. Ditunggu lima menit belum kembali, asisten memutuskan untuk membatalkan eksperimen kami bertiga. Berarti harus inhaal. Mengulang lagi nanti di akhir semester untuk dapat surat puas sebagai syarat ujian. Edan. Udara panas berdebu. Pulang balik Mangkubumen Karangmalang, naik sepeda 20 km, tanpa hasil. Untung musim kering, kalau musim hujan doa kami mungkin sudah kesampaian, moga moga asisten tadi disamber geledhek. Mau jengkel sama siapa. Teman satu tadi memang anusnya tak tahu aturan. Setiap habis makan lari ke belakang, sang anus memancarkan sebagian yang masuk perut. Mau dikomplain wong anus anusnya sendiri, bisa apa kita.

Badan capai, pikiran kisruh, hanya tiduran di tempat tidur. Enggak sampai tidur. Musik padang pasir itu seperti mengejek saja rasanya sejak tadi. Pikiran masih nanar tidur tidur ayam, ketika tiba tiba ada ketukan di pintu. Jam empat kurang sedikit. Hawa tak begitu panas lagi. “Gus Ki ada temannya yang mencari”, pembantu setia pak Djo memberi tahu. Agak kaget ok biasanya teman kuliah kalau datang biasanya sesudah magrib. Kepala terasa pusing, badan nggak segar. Hati masih mangkel. Saya lihat ADI teman satu kuliah sudah menunggu di ruang tamu. Dia berpakaian rapi sekali sore itu. Nampak tersenyum senyum. Senyumnya mengingatkan seperti senyum sinis sang asisten faal tadi. Ada nada ejekan kemenangan dibaliknya. Untung Adi perawakannya sedang sedang saja, nggak seperti si asisten sial yang tinggi kurus itu. Kalau perawakannya tinggi kurus, dengan senyum yang nyinyir begitu, sudah cukup alasan untuk nggajul dia sebenarnya. Belum tahu siapa saya. Tapi saya berusaha tenang. Saya juga masih keki sama teman satu ini karena peristiwa tak menyenangkan minggu lalu. Eh malah datang ke rumah. Kutuk marani sunduk, kata orang Jawa.

Saya masih ingat peristiwa minggu lalu. Benar benar sakit hati sama si Adi ini. Kisahnya sepele. Dia pinjam buku catatan kuliah. Kebetulan pas waktunya kuliah dia lupa nggak bawa buku itu. Pulang kuliah kami sudah janjian mau mampir ke rumahnya ambil buku itu. Pas mau pulang saya ketemu sama Amad, teman dri Solo yang pernah saya ceritakan. Hanya omong2 sekilas, say hello barang tiga menit. Tetapi si Adi enggak mau berhenti, dan berjalan duluan ok rumah kostnya dekat dengan kampus. Saya sama Amad jalan sama sama sekalian mampir ke rumah si Adi maunya. Hanya kurang lebih sepuluh menit kemudian kami sampai di tempat kostnya. Tetapi sampai di sana, pintu kamarnya sudah tertutup. Dia tinggal di kamar samping di luar rumah besar. Ada tulisan di kardus yang terpasang di pintu “Jangan ketuk pintu. Mas Adi sedang istirahat”. Sewaktu kami berdua terlolong di muka pintu, ada pembantu yang bilang “Mas Adi tak bisa diganggu”. Amad benar benar keki. Dia ambil kertas dan ditulisi spidol “ Tak akan ngetok pintu. Hanya pengin ngetok gundulmu”. Kami pulang dengan rasa jengkel, tersinggung. Amad menggerutu “”Adi gemblung pakanane iwak kebo, ndableg kaya kebo””. Katanya orang kalau makanannya daging kerbau, bisa ketularan ndableg. Memang Adi kesukaannya makan daging kerbau. Hati saya marah, tersinggung. Hati tertusuk sembilu.

Sore itu hati saya masih jengkel karena gagal praktikum. Ditambah ingatan akan peristiwa minggu lalu yang menyakitkani. Si Adi datang dan mungkin tahu kalau kami baru dikeluarkan dari praktkum ? Nggak peduli lah. It is my problem. “”Ki ada masalah penting. Saya butuh anda, dan anda pasti akan selalu butuh saya”” Bicaranya memang lugas orang satu ini. Dia mulai nerocos, tanpa minta maaf insiden pinjam buku dan insiden menutup pintu minggu lalu. Seolah semuanya hanya peristiwa normal sehari hari. Saya hanya diam mendengarkan. “”Saya ada kenalan baru, siswi SKKA dari Kudus”. SKKA singkatan Sekolah Kesejahteraan Keluarga Tingkat Atas. “”Cantik sekali mirip Lenny Marlina. Mari kita samperin””. Saya males sekali menanggapi. Masih terus bicara dia. “ Jangan mikirkan asisten faal konyol, Nggak ada untungnya. Kita samperin saja anak SKKA itu, Molig molig siapa tahu”. Dia terus saja bicara tanpa henti. Saya jadi pendengar setia. Malas mau ikut ikutan ngurusin anak SKKA, bukan daerah operasi saya. “Saya nggak ada nyali nyamperin sendirian. Banyak temannya satu kost, semuanya cantik cantik. Siapa lagi kalau nggak sama kamu Ki ”. Akhirnya saya luluh ketika dia bilang katanya asrama putri tersebut jarang ada yang ngapeli. Belum ada karbol yang tahu. Tak ada saingan potensial. Karbol itu taruna Akademi Angkatan Udara.

Jam lima kurang seperempat saya siap sudah. Pakaian putih putih. Boncengan pakai sepeda si Adi yang baru merk Rayleigh, kami melaju ke utara ke daerah Ngampilan. Hanya butuh waktu lima belas menit ke rumah kost anak SKKA di Ngampilan. Rumah bercat kuning dengan halaman luas dan ada beberapa pohon jambu di depan. Rupanya si Adi memang sudah janjian. Oleh karena teman putri yang dicari ternyata sudah bersolek. Tak perlu menunggu lama. Kesan saya sih tak secantik Lenny Marlina, tetapi boleh tahan lah. Manis dan kalem sekali. Lipstick nya tipis secukupnya. Kapan itu pernah saya diajak teman nyambangi kenalan putrinya yang sudah bekerja. Lipstiknya sangat tebal berlepotan kesana kemari hampir sampai telinga. Siswi SKKA kali ini memang bertampang kalem keibuan. Dandanannya enggak menyolok. Saya lebih banyak jadi pendengar setia. Mereka berdua ngobrol bergairah sekali. Kadang2 saya ikut komentar tetapi seluruh diskusi saya nggak bisa mengikuti arus. Topiknya agak jauh dari minat saya. Mana cerita mengenai Ratu Kalinyamat yang bertapa telanjang, mengenai pulau Mondolika, mengenai jenang Kudus dll. Nggak tertarik untuk ikut. Pikiran saya masih tak enak dengan praktikum faal yang gagal.

Tiba tiba sehabis minum teh Adi batuk tersengal sengal. Saya pikir ya tersedak biasa. Tetapi batuknya makin menjadi jadi dan napasnya tersengal sengal. Senyumnya hilang sama sekali. Wajahnya memucat. Si teman putri SKKA ikut bolak balik ke belakang. Kami panik semua. Penghuni kost yang lain ikut berhamburan keluar. Ada yang nyelethuk ” Masnya ini kan mahasiswa kedokteran””. Edan nggak tadi tadi keluar ikut ngobrol. Gadis gadis cantik itu mau keluar hanya dalam keadaan kritis. Si Adi butuh pertolongan darurat. Nggak ada lagi kesempatan kenalan. Akhirnya saya putuskan pamitan saja untuk terus lari ke rumah sakit. Saya boncengkan Adi dengan sepeda barunya ke RS Mangkuwilayan. Kasihan dia. Wajahnya pucat sekali. Untung ada asisten dokter yang jaga di sana. Pemeriksaan dan tindakan segera dilakukan. Ternyata ada serabut kelapa yang menancap di tenggorokan. Untunglah segera bisa dicabut dan dikeluarkan. Hanya tindakan minor. Kondisi Adi membaik walaupun harus istirahat sejenak di rumah sakit, tak sampai mondok. Untung nggak sampai terjadi apa apa. Mau ngapelin harus berani mati. Untung ada saya.

Dalam perjalanan pulang saya membayangkan. Hanya tenggorok tertusuk sabut kelapa saja beratnya kayak begitu. Kalau nggak cepat ketolong mau apa jadinya. Bayangkan jika hati tertusuk sembilu. Pasti fatal. Yang saya tak habis pikir, siswi SKKA mestinya kan teliti menyiapkan air teh. Apa lagi untuk calon yang sedang berminat ngapelin. Kok bisa bisanya kemasukan serabut kelapa yang pasti tertinggal saat mencuci cangkir. Saya tak sampai hati mau mangkel terus sama Adi melihat penderitaannya. Walau hanya tenggorok tertusuk sabut. Tetapi nyata. Hati saya tertusuk sembilu, tetapi cuma kiasan. Waktu Amad mendengar insiden itu komentarnya singkat, 'telak kebo sepet we diuntal". Tenggorokan kerbau, sabut pun dimakan. Adi memang akhirnya kawin dengan alumni SKKA kabarnya. Itu memang cita citanya sejak dulu. Tetapi bukan dengan gadis yang kami kunjungi waktu itu. Mungkin resikonya terlalu tinggi. Tenggorok tertusuk sabut. Dibanding sekedar kiasan hati tertusuk sembilu.

Salam
Ki Ageng Similikithi
(Dimuat di Kolom Kita Kompas CyberMedia, 19 Maret 2008)

Thursday, March 13, 2008

Angin musim gugur

Newcastle Upon Tyne musim gugur 1982.

Hari Sabtu siang. Saya terpekur di muka jendela. Memandang ke kebun belakang yang sepi. Daun daun warna keemasan berguguran. Menari nari terbawa angin musim gugur sebelum jatuh ke tanah. Seandainya dedaunan itu bisa bicara. Mereka pasti akan memilih tetap bergantung di pohon induk, menari nari bersama ranting dan dahan. Alam ternyata berkehendak lain. Dedaunan itu berguguran ke tanah dan kembali ke siklus alam untuk menjadi kompos. Kompos menjadi sumber makanan bagi kelangsungan pepohonan lebih lanjut. Daun daun itu pasti tahu akan gugur. Tetapi sampai saat saat akhir sesudah lepas dari ranting pepohonan mereka masihsaja bersuka ria menari bersama angin. Angin musim gugur.

Anak bungsu saya, Moko tertidur pulas di tempat tidur sebelah meja tulis di kamar kerja saya. NYI bersama kakak kakaknya Aryo dan Wisnu jalan jalan ke kota. Acara rutin setiap Sabtu. Saya gantian di rumah menunggu anak anak terutama si bungsu Moko. Dia selalu memilih tinggal di kamar kerja saya jika ibunya pergi. Tak mau tidur di kamar utama. Umurnya kurang lebih dua tahun. Kondisi kesehatannya tak selalu baik. Dia menderita sindrom nefrotik sejak umur setahun. Pengobatan telah dimulai sejak umur setahun sewaktu di Yogya. Jika sindrom itu sedang kumat, tubuhnya akan mengalami bengkak bengkak. Beberapa kali kumat di NewCastle. Untung mutu perawatan di Inggris prima waktu itu. Kami sekeluarga juga dijamin asuransi sepenuhnya. Dalam beberapa bulan ini telah beberapa kali urinnya positip mengeluarkan protein. Ada kelainan di membrane basalis ginjal yang menyebabkan ginjal tak mampu lagi menahan protein. Selalu bocor. Pengobatan telah dilakukan sejak dia berumur satu tahun dengan tablet steroid prednisone untuk menekan inflamasi ginjal. Dokternya di RVI (Royal Victoria Infirmary) telah memberikan terapi yang terbaik untuknya dan selalu berpesan bahwa penyakitnya akan hilang kemudian. Kami selalu percaya dan mentaati terapi yang diberikan.

Walaupun sering sakit, Moko anak penggembira. Selalu ceria dan bercanda seperti kakak kakaknya. Menari nari seperti daun daun di ranting dan dahan yang bergoyang bersama angin. Kami menyewa rumah bertingkat di 24 Paignton Avenue, kira kira 3 km dari kampus. Lumayan besar. Ada tiga kamar di lantai dua. Ruang bawah relatif besar, ukuran ruang keluarga lebih dari cukup untuk tempat main anak anak. Halapan depan relatif kecil tetapi ada bunga bunga yang terawat rapi. Di belakang ada kebun dengan pohon pohon apel dan dua buah pohon besar. Nggak tahu pohon apa namanya. Hari itu seperti biasanya saya mulai manulis thesis. Ada delapan proyek riset yang saya kerjakan selama lebih dari dua tahun belakang ini. Sebagian di Yogya, sebagian di Inggris. Semua lancar lancar saja. Melihat pengaruh status gizi dan genetik terhadap kemampuan metabolisme asetilasi obat. Bulan bulan itu memang sibuk menganalisis data dan mulai menulis makalah dan thesis. Semangat saya selalu bertambah setiap melihat Moko, maupun kakak kakaknya yang sudah mulai sekolah waktu itu. Ingin cepat kembali ke Indonesia, ke Yogya dan memulai sesuatu yang baru dalam profesi saya.

Tiba tiba dia terbangun. Dia memanggil ibunya. Memanggil kakak kakakya, Aryo sama Wisnu. Nampak kecewa dan mau menangis. Tetapi melihat saya duduk di sampingnya dia kembali lagi tiduran. Saya ambilkan mainan mobil mobilan. Dia main main di lantai kamar kerja saya. Ikut melihat ke luar jendela dan bertepuk tepuk riang melihat pohon dan dahan yang bergoyang dan daun daunyang beterbangan bersama angin. Tangan tangan kecilnya selalu melambai ke arah jendela. Menyanyi dengan irama tak jelas. Irama riang semata mata. Dia mengajak saya turun dan keluar ke kebun belakang. Dia ingin merasakan tiupan angin. Terpaan angin terlalu kuat untuk dia. Saya ajak turun ke ruang bawah dan melihat lewat pintu belakang. Dia tetap saja menyanyi nyanyi dan melambaikan tangannya. Sambil minum susu segar yang datang tadi pagi. Seolah ingin ikut menikmati tarian dedaunan bersama belaian angin sore. Angin musim gugur.

Dia berteriak riang dan berlari ke arah ibunya ketika melihat mereka datang. Menikmati oleh oleh kue pedas dari toko India di ujung jalan. Mereka bertiga kembali bercanda dan berlari lari di ruang bawah. Seolah tak pernah mengenal lelah. Dalam kondisinya yang sering sakit, dia selalu menari dan berlari lari di ruangan itu. Di antara kursi tamu dan maja makan. Menari riang seperti dahan dan ranting yang bergoyang. Dua puluh lima tahun telah berlalu. Ingatan saya tetap lekat padanya. Saat saat dia menari riang. Di antara nyanyian angin musim gugur.

Dia telah pergi sepuluh tahun lalu. Sakit ginjalnya telah sembuh. Dia pergi karena kecelakaan lalu lintas, karena ulah sopir yang ugal ugalan. Dia tetap hidup di antara kami sekeluarga yang kehilangan. Setiap saat setiap waktu bersamanya tetap lekat di ingatan. Juga saat dia menari nari bersama angin musim gugur dua puluh lima tahun lalu. Ingin merasakan kembali belaian angin musim gugur itu. Dan menyampaikan salam sayang kami kepadanya. Ingin memeluknya sepuas puasnya. Bahagialah kau di sana sayang.

Salam damai

Ki Ageng Similikithi

(Dimuat di Kolom Kita Kompas Cyber, 10 Maret 2008)

Thursday, March 6, 2008

Ritual burung bernyanyi

Burung tak pernah lepas dari kepercayaan sakral masyarakat. Di Jawa, Malaysia atau Thailand, tokoh masyarakat sering memelihara burung perkutut, yang dipercaya bisa membawa peruntungan pangkat dan martabat. Pebisnis biasanya punya klangenan burung cocak rawa. Sebagian anggota masyarakat mempunyai keterikatan emosional dengan burung, entah sebagai klangenan (hobi) atau karena kepercayaan sakral tadi. Semuanya lekat dengan perjalanan hidup, kebahagiaan rumah tangga, perjalanan karier dan pangkat. Sayangnya, kecintaan akan burung lebih banyak didominasi kelompok pria. Wanita tak banyak terlibat dalam khasanah perburungan. Kecuali ibu ibu di pasar Ngasem di Yogya yang ikut berjualan burung. Wanita umumnya tak banyak yang mempunyai klangenan tentang burung. Mungkin sebagian memang tak begitu menyukai atau mengindahkan dunia perburungan. Atau ada anggapan keliru bahwa para wanita tak perlu mensakralkan atau punya klangenan burung, tinggal menikmati saja. Tak susah susah ikut memikirkan tetek bengek ritualnya.

Khasanah perburungan sebenarnya penting bagi para wanita, juga bagi pasangan yang masih menggebu gebu menyanyikan nyanyian burung. Jika irama dendang lagu perburungan selalu berkumandang setiap hari dalam rumah, dampaknya akan membawa kebahagiaan dan kedamaian berdua, terutama pasangan suami isteri yang masih banyak punya impian masa depan. Janganlah klangenan tentang burung ini hanya menjadi urusan pria semata. Peristiwa ritual yang menyangkut burung juga harus diperhatikan oleh para isteri yang selama ini agak mengacuhkan dan menelantarkan burung. Bukan maksud tulisan ini mengumandangkan semangat maskulisnisme dan mengabaikan kesetaraan gender. Justru tulisan ini mencoba memberikan dorongan para isteri akan pentingnya ritual perburungan.

Pertama tentang nama panggilan untuk burung klangenan (nick name). Jika anda berdua punya burung piaraan janganlah diberi paraban/nick name yang mengecilkan peran, jasa dan kemampuan sang burung adik kecil, anak kecil, anak nakal, si begog, si gundhul, si pandir dll. Jangan panggil si burung dengan panggilan Ndhul, walau mungkin sebagian besar burung sebenarnya gundhul plonthos. Jangan panggil ”Adik Kecil” walau ukurannya kecil. Ini tidak layak. Mengurangi rasa percaya diri. Yang penting bisa bernyanyi lantang dan menari lincah. Burung agar tegar, berwibawa dan selalu bernyanyi harus punya nama panggilan yang keren dan berwibawa, misalnya Yang Dipertuan, Tan Sri, Ki Demang, Den Behi, Kyaine, Den Baguse dll. Cara memanggilnyapun harus penuh penghormatan dan kemesraan. ""Den bagusssssssss””, ””Tan Sriiiii gemes aaaah””, ””Ki Demang ah ah aaaaah””.

Jika mau menyentuh sang burung piaraan, jangan langsung menyentuh dengan ujung jari, menjepit dengan jari tangan atau membelai dengan punggung tangan. Mulai dengan ngapurancang (dua telapak tangan saling menutup dan diletakkan di dada), tak perlu sampai menyembah, lalu sentuh pelan pelan. Dianjurkan mulai pembicaraan dengan kata kata " Amit amit yang mulia, nuwun sewu denmaaaaaas, ampuuuuun yang mulia, Geliiiiiiiii kangmas dll". Dengan ritual ini sang burung akan mempunyai rasa percaya dhiri yang besar, tak pernah kecil nyali, walau ukurannya agak kecil. Jangan sekali sekali bertindak kasar terhadap burung klangenan anda, apa lagi sampai nylentik. Jika den mas burung masih belum mau bangun, suka ngantuk atau tidur terkulai, bangunkan pelan pelan dengan berbisik mesra. " Denmas mari olah raga, mari bernyanyi, mari bermain. Asoooooi ". Tak perlu sampai harus menyeret, menjewer atau menyakiti secara fisik ataupun non fisik. Dampaknya jangka panjang. Burung kadang2 bisa ngoceh cerita ke orang lain. Jaman sekarang banyak orang suka usil dan menggoda dan memperlakukan burung dengan mesra dan halus, terutama para selebriti. Yang disukai biasanya adalah burung cocak rawa piaraan anggota DPR atau politikus, yang biasanya loyo kebanyakan tidur di ruang sidang atau haus belaian kasih sayang di rumah. Kurang tegar sedikit dijamoni, kurang lantang sedikit di STMJ (susu telor madu jahe). Disuruh manggung semalam suntuk, sampai bentuknya bengkok nggak karuan.

Jika dibisiki dengan bisikan mesra belum juga mau bernyanyi, mungkin harus sedikit manja, atau sedikit genitlah " Kanjeng, mbok saya diajak bermain dan bernyanyi, ah ah ah. Gemesssss ah " . Jika anda sudah berlaku persuasif belum juga sang burung mau bangun bernyanyi, mungkin sedikit diberi air yang dicampur cabe atau merica. Jangan banyak banyak. Asal jangan nylentik atau njewer. Ini bisa kualat. Kesukaan burung biasanya buah misalnya pisang raja. Agar nyanyiannya lebih nyaring dan tegar. Kadang kadang sering diberi makan dicampur cabe rawit. Suara bertambah lantang dan berani. Jangan terlalu banyak diberi kroto atau telur semut. Kabarnya burung yang diberi terlalu banyak kroto atau semut nyanyiannya tak nyaring, dan bisa menjadi cluthak (apa apa dan siapa siapa mau dimakan).

Jika burung klangenan anda lebih senang bernyanyi sambil tiduran, tak apa apa. Biarkan saja dia tidur asal sang burung tetap bernyanyi riang. Hanya anda harus bilang " Den Bagus, amit amit ya, saya terpaksa duduk di atas, pusing kalau ikut tiduran terus ". Jangan lupa bilang terima kasih bila sang burung habis bernyanyi, supaya selalu rajin bernyanyi dan menari nari. Memang banyak burung yang walaupun suka menyanyi tetapi sambil tidur malas malasan. Tak mau menari tak mau bergerak. Ini burung agak egoism maunya diservis terus, diputar putar sampai tertidur. Jangan biarkan burung kesayangan males malesan. Ingatkan sedikit dengan nyanyian masa kecil. "Di puncak pohon kelapa. Burung kutilang bernyanyi. Bersiul siul sepanjang hari. Menantang langit biru. Mengangguk angguk sambil berseru. Tri lili li lili ". Walaupun sambil tiduran jaga agar tetap mengangguk angguk sepanjang hari. Jaman sekarang banyak pelayanan spa dan pijat di mana mana. Jangan biarkan sang burung pergi ke spa dan panti pijat sendirian. Jika perlu kasih pelayanan spa di rumah. Banyak alat spa dengan berbagai merk dijual di toko besi. Kalau mau ngirit, bisa membuat modifikasi dengan alat untuk ngelas. Semprotkan api tetapi jangan terlalu dekat dengan sarang burung. Terlalu dekat bisa gosong dan berubah warna. Hati hati burung yang cluthak, suka bernyanyi dan menari dan makan di mana mana, warnanya bisa berubah tambah kusam dan gelap. Jangan lupa perhatikan warna burung piaraan anda.

Terakhir jangan suka membuat foto burung kesayangan. Boleh dibelai belai, tetapi jangan diambil gambarnya. Nanti malu. Nyanyian malu sang burung berkumandang merana. ”” Malu aku malu ada semut hitam. Malu aku malu ada hutan hitam. Lebih baik kusembunyi””. Biasanya burung begini suka malu malu kucing. Jaman sekarang banyak foto burung beredar di luaran. Entah burung dari DPR, pejabat, penguasa. Fotonya sih nggak istimewa sama sekali. Nggak gagah sama sekali. Nggak tahu kok banyak selebriti yang kecanduan. Jamane jaman edan.

Mohon ritual ini tidak disebarluaskan. Hanya untuk kalangan terbatas. Jangan dibahas di tempat tidur. Jangan dipraktekkan sambil ketawa, sang burung bisa ngambek tersinggung. Mohon maaf sebesar besarnya jika ada ibu ibu yang tersinggung membaca ritual gemblung ini.

Salam burung bernyanyi

Ki Ageng Similikithi