Monday, November 25, 2013

Sang Komandan



Dalam satu konperensi pers  mengenai  di tahun 2004 di Manila, seorang wartawan kantor berita pemerintah negara adidaya  Asia mencecar kami dengan pertanyaan, apa yang bisa anda lakukan dengan para pelaku dan pengedar obat palsu itu,  berapa banyak sumberdaya anda melawan mereka?  Boss agak tersentak dengan pertanyaan menusuk itu. Dia menjawab dengan tenang dan melempar inti pertanyaan ke saya, ‘He is the responsible officer in charge”.  Saya menjelaskan strategi  dan Rapid Alert System yang sedang kami kembangkan, dan meenghimbau agar pemerintahnya bisa bekerja sama.  Dengan nada meninggi saya menutup penjelasan, “I promise we will hunt down those criminals”. Boss saya agak  kaget mendengar nya. Di luar ruangan dia bertanya, apa maksud kata kata  saya. “Let me work out and get back to you”. 

Selang beberapa minggu kemudian, kami menyelenggarakan pertemuan  membahas masalah yang sama  di Hanoi. Malam malam di hari pertama, kira kira jam 1 pagi, ada tilpon berdering. Suara nyaring diseberang sana menanyakan mengenai masalah peredaran obat palsu, terutama anti malaria di Asia. What your organization has done so far? Is your organization sleeping and keep quiete on this issue?  Setengah ngantuk saya menjawab, organisasi kami punya berbagai program dan amunisi melawan peredaran obat palsu.  But you are wright, I am sleeping now,  its pass mid nite .  Not a good time for an interview.  Anda menghubungi kami lewat tengah malam, bukan saat tepat untuk wawancara. 

Erik, seorang perwira polisi dari salah satu negara Skandinavia mewakili lembaga kepolisian internasional sengaja kami undang dalam pertemuan tersebut. Kami belum sempat berbicara secara pribadi dengan dia. Hanya tahu dalam perkenalan di awal sidang dan saat dia presentasi menjelaskan programnya saja. Kemudian dia minta bertemu informal sorenya sesudah sidang selesai. Saya menyanggupi dan mengajak wakil saya Truls bertemu dia di coffee shop hotel. Erik ternyata  pribadi yang hangat, ramah dan mudah diajak diskusi. Agak terkejut ketika dia membawa hadiah sebotol anggur putih dengan merek dari lembaganya, lembaga kepolisian internasional.  Truls menginjak kaki saya ketika saya akan menerima botol anggur itu. Erik melihat keraguan kami. “No worry friends. This is a legal product from my organization. Not confiscated from raids”. Kami tertawa semua  dan bergurau tentang pemalsuan anggur. Kemudian  bicara santai mengenai kemungkinan kerja sama  operasi bersama. 

Beberapa waktu berlalu, Erik kembali ke negaranya dari kantor lembaga kepolisian internasional. Dia mendapatkan promosi menjadi kepala kepolisian wilayah di sana. Mungkin sama dengan Kapolda kalau di Indonesia. Truls, wakil saya pindah ke Fiji, kedudukannya digantikan oleh seorang staf putri yang tadinya pejabat tinggi di Mongolia.  Seorang perwira SY dari Inggris menggantikan kedudukan Erik, namanya John. Dia seorang perwira yang sangat berpengalaman dalam operasi sandi melawan kejahatan antar negara.
Dalam pertemuan di Manila tahun 2006, kami mulai membuat rencana strategis kerjasama antara dua organisasi untuk melawan peredaran obat palsu terutama anti malaria di Delta Mekong. Organisasi kami diwakili oleh Eva dan saya , penanggung jawab program malaria dan program obat obatan. Kami menyelenggarakan berbagai pertemuan dengan laboratorium laboratorium forensik  terkemuka di dunia dari Kanada, USA, Australia dan New Zealland. Menjelang salah satu pertemuan di Manila, di tahun 2007, John bilang kalau masa tugas di lembaga kepolisian antar negara sudah selesai dan harus kembali ke negaranya. Dia akan mengajak staf penggantinya.  

Ketika pertemuan koordinasi  terjadi, benar John membawa  kolega yang akan menggantikannya, seorang perwira polisi dari Perancis. Saya tidak bisa menutupi kekagetan saya ketika dia diperkenalkan, seorang wanita muda yang gemulai dan bahasa halus dengan  aksen Perancis yang khas. Dia lebih pantas  menjadi peragawati  atau bintang layar lebar kayaknya. Salah seorang pejabat senior  yang hadir sempat bertanya apa ranking dia di kepolisian negaranya, mungkin juga karena rasa kaget saja pertanyaan nggak pas ini meluncur.   Aline manjawab dengan tenang bahwa dia berpangkat kapten, tetapi sudah berpengalaman dalam investigasi forensic  dan  operasi  di lapangan.  

Kesan kami berubah total ketika dia mulai menjelaskan hasil hasil pemeriksaan forensik terhadap sampel sampel yang dikumpulkan. Analisisnya begitu tajam. Dia bisa memperkirakan kira kira fasilitas pabrik seperti apa yang dipakai untuk memproduksi obat palsu tersebut. Termasuk menebak lokasi asalnya berdasarkan kandungan  serbuk benang sari tetumbuhan dan senyawa kapur  yang ada di dalam sampel.  Ada satu lokasi  di salah satu daerah pegunungan di Asia yang sangat mungkin menjadi  tempat produksi obat obat palsu tersebut. Bukti bukti ini lebih dari cukup untuk diberikan kepada kepolisian negara yang bersangkutan dan mengajak kerja sama operasi lapangan. 

Sejak itu secara resmi kendali operasi dipegang oleh Aline atas nama organisasinya. Kami hanya mendukung di belakang dan melakukan koordinasi dan penggalian sumberdayanya.  Beberapa rapat koordinasi yang rumit, terutama yang menyangkut kepekaan politik suatu negara, bisa dilalui dengan lancar. Di sebagian besar negara kegiatan ini mendapatkan perhatian khusus dari pemimpin politik, bahkan seorang wakil menteri dalam negeri suatu negara penting, ikut datang dan memberikan masukan akan harapan dari negaranya.

Operasi pertama berhasil gemilang.  Berjuta juta dolar obat palsu bisa diamankan secara serentak di negara negara yang ikut dalam operasi bersama ini. Organisasi di mana Aline bekerja, yang memimpin operasi, menyebarkan press release di media global. Organisasi dimana saya bekerja, sesuai dengan cara kerja yang telah dianut bertahun tahun, tidak membuat publikasi besar besaran.  Tetap low profile, walau sebagian besar beaya operasi datang dari program saya.  Tetapi tak ayal, radio ABC mewawancarai saya langsung, hanya diberi tahu setengah jam sebelumnya. Karena keberhasilan operasi pertama, maka kemudian disepakati untuk mengulang sekali lagi operasi bersama yang melibatkan tiga lembaga internasional, dan tiga lembaga  nasional dari  6 negara Asia tersebut.  Aline memegang kendali operasi berkoordinasi dengan lembaga regulasi dan penegak hukum di masing masing negara.  Operasi tahap ke dua juga berhasil gemilang, dan ditutup secara resmi dalam satu pertemuan di Yogyakarta.  

Tahun tahun berlalu, saya masih mengingat dengan jelas kegiatan operasi tersebut. Saya merasa beruntung bisa mendorong dan terlibat dalam operasi bersama yang melibatkan berbagai lembaga internasional dan lembaga lintas sektoral di berbagai negara.  Betapapun rancangan dan rencana yang telah dibuat dalam perencanaan, tetapi  faktor keberhasilan adalah komando operasi antar negara, yang dipegang Aline. Dia seorang komandan operasi yang sangat teliti dan berdedikasi. Pribadi yang hangat dan sabar dalam setiap tahap negosiasi.  Ketika angin politik menerpa bertubi tubi,  semua keputusan dikembalikan kepada para politisi untuk membuat keputusan, asalkan kegiatan kerja sama tetap berjalan untuk keamanan publik.  Ketika tiba waktunya saya meninggalkan organisasi saya karena pension, pengganti saya Klara mempelajari operasi ini dengan seksama dan memutuskan akan meneruskannya.