Sunday, October 7, 2007

Perkosaan TKI

Lagi lagi kita dikejutkan dengan berita pemerkosaan terhadap tenaga kerja wanita Indonesia di Malaysia. Berita Tempo hari ini mengabarkan adanya penculikan, penyekapan dan pemerkosaan seorang wanita tenaga kerja asal Indonesia, yang dilakukan oleh sekelompok orang di Malaysia, termasuk diantaranya polisi dan mahasiswa (http://www.tempointeraktif.com/) .

Tentu saja kita prihatin dengan kejadian kejadian tragis yang menimpa para pekerja pendatang di negara tetangga ini. Seringnya pemberitaan akan kejadian serupa bukan karena ada kesengajaan untuk mengobarkan kasus seperti ini untuk kampanye anti Malaysia. Tetapi jika anda mengikuti berita berita terkait, banyak kejadian juga menyangkut para pekerja pendatang dari Sri Langka, Bangladesh dan negara2 Asia lain yang notabene secara ekonomi tidak sebagus Malaysia. Jadi bukan hanya kejadian terisolir semata mata. Tetapi sudah menjadi gejala yang berkembang akibat sikap umum yang tak menghargai dan ingin memanfaatkan kelemahan pekerja pendatang. Juga bagian dari rangkaian peristiwa yang mencerminkan ketidak mampuan aparat di Malaysia untuk menerapkan hukum melindungi kaum pendatang.

Anehnya yang kita sering dengar justru alasan alasn yang dibuat buat untuk semakin memojokkan si korban, seperti alasan karena toh kasus kasus serupa juga terjadi di negara asal pekerja bersangkutan, karena mereka tenaga kerja illegal, karena mereka berasal dari negara yang penuh korupsi dan sebagainya. Bahkan maraknya pemberitaan ini juga sering justru kadang merupakan kebanggan minir adanya keterbukaan dan kebebasan media masa di negara tetangga tersebut.

Alasan apapun yang sering terdengar dari pihak Malaysia, sangat sulit untuk diterima akal sehat. Pelaku kejahatan ini bukan semata mata kelompok bawah yang tidak berpendidikan. Tetapi juga melibatkan para pejabat dan petinggi di Malaysia. Mungkin anda masih ingat kejadian kasus artis Mongolia yang di bom oleh polisi atas perintah seorang pejabat tinggi penasehat kantor perdana menteri ? Toh alasan yang berkembanga dan disebarluaskan karena adanya motif pemersan dari si artis Altantuya.

Kasus perkosaaan dan pengyaniayaan para pekerja pendatang mencerminkan betapa lemahnya sistem perlindungan buruh migrant. Di negara Malaysia yang sebenarnya sistem publik dan hukumnya sudah berjalan rapi pun kejadian ini tetap saja berulang, baik oleh polisi, aparat sukarela, dan kalangan awam. Tak ada alasan untuk melakukan kesewenangan ini dengan dalih toh mereka pendatang illegal, toh mereka di negaranya juga nggak terkamin dan terlindungi, toh di negaranya menjadi sarang korupsi. Ini hanya alasan2 yang sengaja digemborkan oleh pejabat Malaysia hanya mencoba membodohi masyarakat internasional saja. Sayangnya di negara asalnya, kecuali mungkin di Filipina, perlindungan hukum bagi pekerja migrant ini sering tak memadai. Mereka selalu menjadi korban penipuan dan pemerasan di negeri sendiri.

Selain mengembangkan mekanisme perlindungan buruh migrant oleh pemerintah, kalangan sipil membantu meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan ketaatan hukum dan keterampilan pekerja migrant melalui berbagai kegiatan. Kejadian tragis ini akan selalu berulang, berita beritanya akan selalu menghiasi media massa, mungkin kadang sampai membosankan untuk pihak yang berwenang atau untuk pembaca. Ada pejabat kedutaan yang bilang, kalau ngurusi TKI sih, nggak akan ada habisnya. Ya memang, maka yang paling baik adalah dengan mencegah dan mengurangi resiko melalui pemberdayaan dan perlindungan hukum bo ! Memang lebih baik mengirim tenaga terampil dan terdidik dari pada mengirim un-skilled workers. Ada kesan dan stigma jelek yang selalu mendorong orang yang punya wewenang untuk memanfaatkan kelemahan pekerja migrant tadi. Ini mungkin yang mendorong kelompok penjahat tadi yang diantaranya pejabat polisi dan mahasiswa itu untuk memanfaatkannya.

Salam damai

Ki Ageng Similikithi

( Dimuat di Kolom Kta Kompas Cyber Media, 6 Oktober 2007)

No comments: