Thursday, October 4, 2007

Mitos dan kekuasaan

Dalam kehidupan spiritual, kita tak pernah lepas dari mitos. Yakni suatu cerita atau kepercayaan yang dianggap sakral yang berkaitan dengan asal muasal alam atau makhluk di dalamnya. Juga sering dikaitkan dengan dunia spiritual, dunia pahlawan, dunia pemimpin bangsa dan kekuasaan. Kadang banyak mitos dan legenda yang sengaja diciptakan untuk mendukung seorang penguasa, atau bahkan dalam kehidupan sehari hari untuk memberikan dukungan bagi orang yang disenangi. Saya bukan ahli filsafat atau antropologi. Tulisan saya hanyalah renungan pribadi semata dan tak bertujuan menghujat mitos tradisional yang sudah dipercaya ratusan tahun.

Contoh mitos atau legenda paling kuat yang saya kenal waktu anak anak adalah legenda Nyai Loro Kidul. Digambarkan sebagai seorang putri cantik yang menguasai laut Selatan, lautan Hindia yang ganas. Bahkan di tahun enam puluhan sewaktu saya di Sekolah Rakyat, saya membaca novel Nyai Loro Kidul, yang digambarkan sebagai wanita cantik dan seksi. Bahkan gambarnya sangat aduhai dengan pakaian dengan perut terbuka. Menurut kepercayaan banyak orang Jawa, Nyai Loro Kidul adalah TTM (teman tapi mesra) dari raja raja Jawa terutama dari Surakarta dan Yogyakarta. Sehingga selalu ada upacara persembahan larung di laut Selatan setiap tahun dari keraton keraton Jawa.

Saya masih ingat cerita di tahun tujuh puluhan, sewaktu seorang calon menantu pria salah satu keraton Jawa, menghilang beberapa hari sebelum pernuikahan agung. Ibu kost saya bilang, kelihatannya sang calon menantu ini diambil oleh Kanjeng Ratu Kidul oleh karena perkawinannya sebenarnya tidak disetujui. Yang terjadi sebenarnya sang calon menantu tidak lari ke laut Selatan dengan Nyai Loro Kidul, tetapi lari dengan seorang artis yang cantik. Mana tahan, si artis memang jelita ? Sayang hubungan cintanya dengan pria idaman yang notabene calon menantu keraton terlambat bersemi. Teman teman kost Ki Ageng berseloroh, mahasiswa kost memang tak pernah masuk hitungan para artist maupun Nyai Loro Kidul. Nggak usah ya!

Ada salah satu tulisan di Kompas di tahun tujuh puluhan yang mencoba mengungkap mengapa legenda Nyai Loro Kidul begitu hidup dalam kepercayaan Jawa. Mengapa tidak ada legenda mengenai laut Jawa di utara ? Ada beberapa kemungkinan, salah satunya karena utara tak pernah akrab dengan kerajaan2 Jawa. Musuh atau pengaruh kuat selalu datang dari utara. Salah satunya adalah armada Mongol, yang menyerbu Singasari di abad ke 13. Pengaruh budaya dan kekuasaan selalu masuk dari utara, termasuk masuknya orang Eropa di abad ke enam belas.

Tak pernah dalam sejarah Jawa musuh atau budaya kuat masuk dari selatan di masa lalu. Pengaruh kuat dari Selatan, terjadi waktu Timor Timur pisah dari RI, tetapi itu sudah bukan urusannya raja raja Jawa. Orang Jawa kemudian mencoba akrab dengan laut Selatan dengan legendanya. Putri cantik yang mengayomi, dan menjadi pacar raja raja Jawa. Saya pernah berseloroh dengan keluarga dekat Sinuwun Yogya mengenai hal ini, dan apa katanya ? Kurang kerjaan mas, kalau memang mau TTM nggak perlu cari demit dari laut Selatan. Dunia spiritual memang lain dengan dunia nyata. Kalau mau TTM nggak perlu susah2 kedinginan kungkum (mandi) di laut Selatan. Dugem (dunia gemerlap)dan spa yang hangat di kota2 besar di Jawa juga banyak, dan nggak pernah diskriminatif hanya untuk para raja bo !.

Cerita Ken Arok lain lagi. Ken Arok adalah salah satu penguasa Jawa di abad ke tiga belas, yang terkenal dari masa ke masa. Dia adalah raja Tumapel yang kemudian dikenal dengan Singasari. Dia berasal dari keluarga kebanyakan, bukan dari keluarga bangsawan. Tetapi karena kecerdikannya dia bisa menjadi pengawal (hulubalang) raja Tunggul Ametung. Suatu saat dia melihat sinar kemilau di antara paha Ken Dedes yang indah. Ken Dedes adalah isteri Tunggul Ametung. Ken Arok kemudian bertanya ke guru spiritualnya dan diberi tahu makna sinar itu. Jika dia bisa memperisteri Ken Dedes dia akan menurunkan raja raja Jawa yang akan bertahan dari masa ke masa. Ken Arok kemudian secara licik membunuh Tunggul Ametung dengan keris Empu Gandring, setelah sang Empu juga dihabisinya.

Tragedi bunuh membunuh ini kemudian berlanjut selama tujuh turunan. Ken Arok dibunuh oleh anak Tunggul Ametung, Anusapati. Anusapati terbunuh oleh anak Ken Arok, Panji Tohjaya. Dan Panji Tohjaya juga mati oleh keturunan Anusapati. Sekali lagi banyak mitos tercipta untuk melanggengkan kekuasaan. Bahwa sebenarnya Ken Arok lahir dari batu, untuk menutup asal usulnya yang nggak jelas. Juga mitos adanya sinar memancar dari antara paha Ken Dedes. Sejak dulu kala tak pernah vagina bisa memancarkan sinar meskipun orangnya secantik bidadari sekalipun. Untuk memperhalus supaya tak kelihatan porno, maka para pujangga keraton diminta menceritakan bahwa yang bersinar sebenarnya adalah betis dari Ken Dedes. Di jaman dulu penulis pun bisa dikooptasi kekuasaan. Sinar kemilau itu hanya mitos belaka yang diciptakan untuk justifikasi merebut Ken Dedes.

Di tahun enam puluh tujuh di Solo keadaan kalut, tawuran antara berbagai faksi politik sering terjadi di jalan raya. Sering tak aman berjalan sendirian apalagi buat orang dari luar Solo. Anak anak muda sering kemudian mencari perlindungan ke tokoh spiritual untuk mendapatkan "gemblengan", supaya kebal. Kami bertiga dengan teman sekelas juga mencarinya. Bukan karena ingin tawuran, tetapi untuk keamanan diri oleh karena pernah pulang sekolah hampir dikeroyok massa kelompok politik tertentu, karena kami tak membalas teriakan heroik mereka.

Kami malam malam mengunjungi seorang tokoh spiritual di Kemlayan. Beliau sudah tua bicaranya sudah nggak jelas. Tetapi para muridnya percaya kalau dia punya isteri peri yang cantik (makhluk halus wanita). Dia dengan semangat bercerita tentang peri cantik itu, yang katanya selalu membawanya terbang ke alam lain. Teman saya Diono, sewaktu pulang menggumam " Wah peri kok sukanya malah sama pria yang sudah uzur ya ?" Kami harus puasa mutih tiga hari tiga malam. Tak ada manfaat gemblengan itu oleh karena memang kami tak pernah tawuran. Hanya kalau pas sepak bola lawan main kami agak keder untuk tackling. Beberapa kali sesudah itu saya berhasil memasukkan gol dalam pertandingan antar kelas. Tak pernah sebelumnya saya bisa meng-goal kan bola. Imbas dari mitos sang tokoh spiritual dengan pacar perinya.

Dalam dinua modern, terutama di bidang politik, kita selalu mendengar mitos yang sengaja diciptakan. Mitos politik atau mitos sosial, bahwa seseorang telah memperoleh wahyu untuk memimpin bangsa. Kita pernah terlena selama tiga puluh dua tahun karena mitos yang diciptakan untuk kekuasaan. Mitos Ratu Adil yang menjadi dambaan setiap orang untuk kehidupan yang makmur dan adil. Dalam kehidupan sehari hari, kadang kita menokohkan seseorang karena mitos kepercayaan, bukan karena karyanya. Termasuk dalam kehidupan akademis, seseorang ditokohkan karena kepercayaan lingkungannya, bukan karena karya karya akademisnya. Dalam PILKADA (Pilihan Kepala Daerah) banyak mitos tercipta untuk memenangkan pemilihan.

Marilah mencoba menilai seseorang dengan karya dan pengabdiannya. Biukan karena mitos dan kepercayaan semata.

Salam damai dalam lamunan. Salam hormat untuk Nyai Loro Kidul.

Ki Ageng Similikithi (bs2751950@yahoo.com)

(Dimuat di Kolom Kita Kompas Cybermedia 4 Oktober 2007)

No comments: