Friday, September 21, 2007

Pagi yang cerah

Kami berjalan bersama. Di pagi yang indah. Di antara pematang sawah dan ladang yang permai. Dia berlari lari kecil. Bernyanyi nyanyi riang walau lafalnya nggak jelas benar. Bermain menatap langit. Menggapai awan. Kadang kadang dia menggapai tanganku "Pa, bawalah saya ke langit. Saya ingin tiduran di antara awan itu". Permainan lamunan rutin yang selalu kami lakukan, saya bersama anak anak. "Saya ingin sama bapak dan ibu mendaki gunung itu. Akan kubelai awan di puncak puncak gunung itu''.

Tangan tangan kecilnya selalu sibuk. Melambai, meraih sesuatu, menggapai tanganku. Dia memang sedang menikmati panorama. Menikmati semua gerakan, dan kegiatan hidup disekitarnya. Suaranya tak juga berhenti bernyanyi tanpa nada jelas. Hanya nada kegembiraan semata.

Pagi itu seperti pagi pagi biasanya. Kami berjalan jalan berdua. Ibunya di rumah. Anak anak yang lain tidak ikut. Mereka telah punya acara sendiri dengan teman tetangga. Kami menelusuri jalan jalan kecil di desa. Udara cerah,begitu indah. Langit tak bertepi, lamunan tak berhenti. Kami menikmati pagi yang indah dan damai.

"Haus pak " teriaknya. Lupa nggak bawa air minum. Mampir di warung kecil di ujung desa. Ada beberapa makanan kesukaanya. Dia masih senang makan. Umurnya belum genap sepuluh tahun memang. Selalu suka bercerita. Selalu suka ngomong. Di warung itu banyak sekali pertanyaannya ke penjual makanan. Bilangnya sesudah keluar dari warung 'Penjual makanan itu pasti senang. Bisa makan kueh terus tanpa bayar.

Kami berjalan sepanjang tepi selokan Mataram. Air mengalir tenang.. Dia bermain main air dengan patahan ranting bouginvilla. Saya mengingatkan agar hati hati. Berjalan ringan menelusuri tepian desa. Lewat kampus Bulaksumur. Masih sepi. Tak banyak manusia. Tak banyak kendaraan. Tanaman menghijau di sela sela bangunan dan jalan jalan kampus.

Bertemu beberapa kawan sekantor yang juga sedang jalan jalan pagi. "Kami libur. Laporan laporan penelitian semua sudah selesai. Menunggu proyek baru". Mereka nampak begitu relaks. Nggak kelihatan tegang karena dikejar kejar deadline. Hidup nampak ringan dan mulus. Tak terlihat tekanan.

Da masih berlari lari riang. Menikmati pagi yang cerah. Perhatiannya begitu intens mengejar kupu kupu yang beterbangan di antara bunga bunga biru itu. Saya terlena ngobrol dengan kolega yang bekerja di bekas laboratorium yang saya pimpin dahulu.

Tiba tiba anakku menjerit. Dia terjatuh mengejar kupu kupu itu. Saya dekati dan saya angkat dia di lenganku. Saya petik bunga biru itu. Sebentar kemudian dia sudah tertawa lagi. Dia ceria lagi dan teriak " Pak pulang saya kangen Ibu"

Tiba tiba terhenyak. Terjaga dari mimpi indah itu. Terduduk l;emas. Saya tersedu di pagi yang cerah merindukan saat saat indah seperti dalam mimpi tadi. Saat saat bermain dengan dia, sewaktu masih kecil. Saya tak kuasa berbuat apa. Dia telah pergi sepuluh tahun lalu. Kecelakaan itu telah merenggut semua kebahagiaan dan impian yang ada. Saya tilpon Nyi pagi itu. "Moko datang dalam mimpiku". Jawabnya terisak " Berdoalah, bulan puasa dia selalu akan datang". Dia datang hanya dalam impian sesaat. Dalam lamunan berkepanjangan. Impian impian indah itu selalu saja datang. Membawa kenangan indah, kebahagiaan masa lalu. Namun selalu meninggalkan kepedihan yang mendalam. Sepanjang perjalanan waktu. Ya Tuhan , berikan dia kedamaian di sisiMu.


Ki Ageng Similikithi


(Dimuat di Kolom Kita Kompas Cyber media 22 September 2007)

No comments: