Monday, June 16, 2008

Pecel semanggi Mak-i


Salam sejahtera. Agak terusik saya membaca ensiklopedia Wikipedia Indonesia tentang pecel semanggi yang konon khas dan asli Jawa Timur. Inilah kutipannya.

Pecel) Semanggi adalah sejenis makanan khas Jawa Timur, dibuat dari daun semanggi yang dikukus dan kemudian dinikmati dengan sambal pedas yang nikmat. Semanggi juga dapat dihidangkan dengan kecambah, kangkung, kerupuk uli yang terbuat dari beras serta bumbu yang terbuat dari ketela rambat. Ada bermacam-macam versi sambal untuk semanggi. Kalau di Banyuwangi sambal semanggi dibuat dari cabai, serai, belimbing dan sedikit gula jawa. Di tempat lain berbeda lagi, misalnya di Surabaya yang menggunakan sambal yang dibuat dari gula jawa (lebih banyak), terasi, cabai.
(
http://id.wikipedia.org/wiki/Semanggi_(makanan))

Uraian yang hampir sama diberikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Timur, seperti berikut

Pecel semanggi, dari namanya saja kita bisa menebak bahwa didalamnya terdapat rebusan daun semanggi. Daun ini direbus, atau dikukus dan disajikan bersama rebusan kecambah. Sausnya agak berbeda dengan saus pecel pada umumnya. Saus pecel semanggi bukan cuma terdiri dari kacang tanah plus bumbu-bumbunya, tetapi juga lumatan kacang singkong yang direbus. Hingga sausnya betul-betul kental. Dan sebagai bumbu penyedap, dibubuhi petis udang.
(
http://www.balitbangjatim.com/bul_d2.asp?id_subBab=47)

Pecel semanggi yang diuraikan di atas berbeda dengan pecel semanggi yang dulu banyak di konsumsi di Ngampin atau di Ambarawa. Bagi mereka yang pernah dibesarkan di Ngampin, dan ingat akan pecel semanggi model Ngampin di tahun tahun enam puluhan dan mungkin juga di tahun tujuh puluhan. Memang sama sama terbuat dari bahan semanggi. Pecel semanggi dari Ngampin waktu itu sangat sederhana. Dimakan dengan sambel pecel dari kacang tanah dengan rasa manis dan disajikan bersama dengan lonthong bentuk segitiga yang semula terbungkus dengan daun bambu. Tak ada campuran campuran lain. Tak ada kecambah, tak ada petis, tak ada singkong, tak ada kangkung. Mungkin pecel semanggi di atas memang khas Jawa Timur.

Di pasar Ngampin di tahun enampuluhan, , Mak-i seorang wanita dari desa Ngenthak dengan setia akan menjajakan ramuan pecel semanggi ini setiap pagi.Jam tujuh pagi atau kurang dia sudah siap di pasar Ngampin. Jam delapan biasanya jualannya sudah habis. . Dia wanita pekerja keras. Matanya cacat karena mungkin kekurangan vitamin A waktu kecil atau karena penyakit trachoma yang menggerogoti. Pulang dari pasar dia akan ke sawah mencari daun semanggi. Irama hidupnya secara rutin setiap hari.

Adiknya Mak-i ada dua, satu namanya Centhul dan satu Pangat. Mereka bekerja sebagai pekerja di tempat ayah saya, mencari rumput dan memelihara sapi dan kambing. Itu sebelum mereka pindah transmigrasi di akhir tahun enam puluhan. Bagi mereka yang dibesarkan di Ngampin dan pernah menikmati lezatnya pecel semanggi Mak-i, marilah kita kenang bersama dan berterima kasih sama Mak-i. Saya tak tahu mereka di mana sekarang. Dalam tulisan saya yang lain, saya menggambarkan Centhul layaknya tokoh Rusia dalam film Duska yang nampak bloon itu (http://saworo.blogspot.com/)

Sampai kini pecel semanggi masih juga populer di Ngampin dan Ambarawa. Tak hanya di Jawa Timur. Mungkin tak seperti dulu lagi dengan lonthong segitiga terbungkus daun bambu. Dalam web kuliner Ambarawa, nampaknya lonthong segitiga itu telah berubah bentuk (http://ambarawakuliner.multiply.com/photos/album/1/PECEL)

Para warga Ngampin dan Ambarawa. Marilah bersatu dan menikmati kembali pecel lonthong semanggi yang asli. Tak usah dicampur macam macam, mulai ketela rambat, singkong, daun sembukan apa lagi. Bersatu menikmati pecel semanggi yang asli Ngampin, asli Ambarawa.


Salam sejahtera

Ki Ageng Similikithi.

2 comments:

Josephine said...

saya tidak pernah mencoba "pecel" semanggi Ambarawa. Di Surabaya namanya juga bukan pecel tapi hanya disebut Semanggi. Memang membuat sausnya dari ketela rambat. Ini merupakan salah satu makanan favorit tradisional. Yang mana yang duluan saya tidak tahu, tapi yang pasti memang agak rancu disebut pecel semanggi, karena orang Surabaya sendiri setahu saya tidak pernah menyebutnya sebagai pecel,namun hanya menyebutnya sebagai semanggi. Rasanya sangat khas, berbeda dengan pecel

Ki Ageng Similikithi said...

Terima kasih Josephine. Semanggi memang makanan tradisional di Jawa. Kelihatannya walaupun menggunakan bahan dasar semanggi, antara pecel semanggi di AAmbarawa, dan Semanggi di Surabaya, berbeda. Menambah kekayaan khasanah makanan tradisional. Sayang semakin langka ok semanggi tidak di budidayakan ttp tumbuh di persawahan.

Saya juga masih mencari apakah pecel semanggi di Ngampin dengan lonthong dibungkus daun bambu tersebut masih ada. Aroma daun bambu begitu enak berpengaruh ke lonthongnya. Jika masih ada, saya kabari, nanti bisa mampir di Ambarawa.
Salam hangat dri Manila