Friday, August 17, 2007

Cerita dari Tonga

Awal bulan ini saya berkunjung ke Nuku’alofa di Tonga. Tepatnya dari tanggal 4 sampai 11 Agustus. Ada pertemuan antar negara di Pasifik mengenai kebijakan obat. Berangkat tanggal 3 Agustus sore hari dengan Cathay, Manila – Hongkong – Auckland, di sambung dengan NZ ke Tonga. Tiba di Tonga tanggal 4, lewat jam delapan malam.

Tonga adalah kerajaan kepuauan yang terletak di Pasifik Selatan, antara New Zealand dan Hawai (http://en.wikipedia.org/wiki/Tonga). Kira2 3 jam perjalanan pesawat antara Auckland ke Tonga. Berpenduduk kurang lebih hanya 102 000 orang dengan luas areal kira kira 750 kilometer persegi.

Tonga mempunyai system politik monarkhi konstitusional sejak beberapa ratus tahun lalu. Menjadi daerah protektorat Inggris sejak awal abad 20 dan merdeka penuh di tahun 1970. Penduduk Tonga adalah campuran ras Polinesia. Rata rata penduduk Tonga berperawakan besar. Di jalan jalan dengan mudah melihat postur orang dengan berat antara 100 – 150 kg. Di tahun tujuh puluhan raja Tonga berkunjung ke Jakarta. Beliau beratnya di atas 150 kg membuat protocol kalang kabut menyiapkan tempat tidur dan merombak pintu kamar hotel.

Kami datang bertiga bersama staf dari Manila. Pertemuan diselenggarakan di International Dateline Hotel. Hotel terbaik di Tonga. Tetapi pelayanan masih jauh di bawah standard internasional. Pelayanan sangat lambat walau beaya relatif mahal. Ruang pertemuan praktis harus kami siapkan sendiri. Fasilitas pengeras suara harus bayar sewa tambahan dan separoh nggak berfungsi. Pengatur pengeras suara pasti datang terlambat hampir satu jam dari acara.

Yang paling parah adalah keamanan. Staf kolega dari Manila di rampok dalam kamar jam 400 pagi. Perampok masuklewat balkon yang tak terkunci. Dia memang nggak diberi kunci balkoni. Ternyata banyak peserta yang tidak mendapat kunci balkoni, bahkan kunci kamar. Untung tak cedera apa apa, hanya kehilangan computer, kamera dan sejumlah uang tunai. Saya laporkan ke UN Field Security coordinator, dan staf saya minta lapor ke kedutaan Jepang di Pasifik Selatan ok dia warga Jepang. Response dari pihak hotel dan kepolisian juga lamban dan datar, business as usual, nggak ada kesan urgent reaction sama sekali. Saya sendiri sangat kecewa, dan saya sampaikan ke UN Security coordinator.

Pertemuan berlangsung sukses walau dengan segala kekurangan yang ada. Acara sosial petang hari pasti hangat. Memang tak semegah seperti di kota2 metropolitan Asia. Tetapi tetap hangat dan akrab. Khas suasana Pasifik, nyanyi dan tari. Sulit untuk dilupakan. Anggota2 delegasi Pasifik ini sempat saling kumpul lewat pertemuan2 seperti kali ini.

No comments: