Friday, December 14, 2012

Andriana


“ Andri, jangan tinggalkan kami. Kasihan anak kita Tantri”. Terdengar suara seorang pria berteriak parau. Suara orang berlari lari ditengah hiruk pikuk  stasion. Stasion Tugu, Yogyakarta. Jeritan seorang anak kecil, menangis pilu. “ Mami, jangan pergi. Tantri nggak mau ikut. Tantri takut”. Kemudian suara  bergetar seorang wanita nyaring melengking “ Mas Hari, kita cukupkan sekian saja. Saya pergi meninggalkanmu. Titip jaga Tantri. Saya menemukan cinta. Saya ingin menggapai bahagia dengan orang yang saya kasihi”.  Hiruk pikuk suara manusia bercampur dengan desah mesin lokomotif, terdengar memekakkan telinga.  Kuatkan hatimu, Andriana. Saya sangat mencintaimu. Jangan ragu. Kita harus berangkat sekarang”. Suara lain seorang pria, bergema berwibawa. Semakin gaduh,  suara musik menghentak hentak, menambah ketegangan.

Itu suara dari radio. Lupa stasiun mana. Mungkin RRI satu  Nusantara, Yogyakarta. Acara sandiwara radio. Suatu siang yang panas.  Tahun 1995 bulannya lupa. Jam setengah dua siang. Saya mendengarkannya  di mobil, dalam perjalanan kembali ke kantor lewat jalan Kaliurang. Baru saja mengontrol pembangunan rumah saya di Ngaglik, Sleman. Tak sengaja menghidupkan radio di mobil dan mendengar dialog itu. Saya memegang setir dengan tenang menikmati  sandiwara tersebut. Ingat masa masa di tahun enam puluhan saat sekolah di Solo. Selalu mendengar sandiwara radio. Begitu adiktif. Tetapi sudah lama sekali berlalu. Hiburan radio kemudian menjadi jauh dari kehidupan saya. Hanya sempat mendengar  jika pas mengemudikan mobil berangkat dan pulang kantor saja. Seperti siang hari itu.

Tiba tiba terdengar jeritan memilukan dari radio. “Andrianaaaaaaaaaa”. “Mamiiiiiiiiiiiiiiii”. “Mas Hari,  selamat tinggal. Saya pergi. Tak akan kembali. Tantriiiiiiiiiiiiii, I love you Tantri. Maaf, Mami pergi ya”. Musik menggema memilukan. Hiruk pikuk suara manusia. Suara sempritan berkepanjangan. “Priiiiiiiiiiiiiiiit”.  Ada yang berteriak tak jelas. Menyusul suara rem kereta, nyaring mengiris. “ Griiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit”. Saya terbawa. Instink saya menginjak pedal rem mobil. Mendadak berhenti.

“Braaaaak”. “Gomballlllllll”. Tiba tiba suara menggebrak mobil. Terkejut setengah mati saya. Seseorang berteriak nyaring. Masih kebingungan saya ketika orang tersebut menghardik marah. “ Oom, bahaya. Jangan berhenti mendadak di tengah jalan”. Menjawab sekenanya “ O iya ? Sori”. “Si oom berlagak pilon”. Sepasang muda mudi boncengan naik motor. Mereka pergi meninggalkan saya. Si gadis masih sempat mengumpat “ Bloon banget”.

Kembali tenang. Bangun dari lamunan.  Radio saya matikan. Saya  menjalankan mobil pelan pelan. Sambil berpikir. Andriana, Andriana. Siapakah kamu ini?. Menyakiti suami. Menyakiti anak tersayang. Demi cinta. Mungkin gombal. Saya yang hanya jadi pendengar setia pun, hampir ikut celaka. Dihardik orang di tengah jalan. Edaaaaan.

Hidup memang penuh sandiwara. Manusia hanya menjalani. Orang di sekitar kita yang menonton dan menikmati. Yang penting jangan menyakiti dan menyengsarakan orang lain.

Salam damai
Ki Ageng Similikithi.

http://www.facebook.com/notes/ki-ageng-similikithi/andriana/10151178168418467

2 comments:

Indro Saswanto said...

Ki, boleh coba aki nonton drama2 korea. Bagus2 deh, seperti wedding dress, jewel of the palace, alice, horse doctor, priences man dll banyak dijual di toko2 vcd.

Ki Ageng Similikithi said...

Iya saya sering nonton drama Korea