Thursday, March 6, 2008

Ritual burung bernyanyi

Burung tak pernah lepas dari kepercayaan sakral masyarakat. Di Jawa, Malaysia atau Thailand, tokoh masyarakat sering memelihara burung perkutut, yang dipercaya bisa membawa peruntungan pangkat dan martabat. Pebisnis biasanya punya klangenan burung cocak rawa. Sebagian anggota masyarakat mempunyai keterikatan emosional dengan burung, entah sebagai klangenan (hobi) atau karena kepercayaan sakral tadi. Semuanya lekat dengan perjalanan hidup, kebahagiaan rumah tangga, perjalanan karier dan pangkat. Sayangnya, kecintaan akan burung lebih banyak didominasi kelompok pria. Wanita tak banyak terlibat dalam khasanah perburungan. Kecuali ibu ibu di pasar Ngasem di Yogya yang ikut berjualan burung. Wanita umumnya tak banyak yang mempunyai klangenan tentang burung. Mungkin sebagian memang tak begitu menyukai atau mengindahkan dunia perburungan. Atau ada anggapan keliru bahwa para wanita tak perlu mensakralkan atau punya klangenan burung, tinggal menikmati saja. Tak susah susah ikut memikirkan tetek bengek ritualnya.

Khasanah perburungan sebenarnya penting bagi para wanita, juga bagi pasangan yang masih menggebu gebu menyanyikan nyanyian burung. Jika irama dendang lagu perburungan selalu berkumandang setiap hari dalam rumah, dampaknya akan membawa kebahagiaan dan kedamaian berdua, terutama pasangan suami isteri yang masih banyak punya impian masa depan. Janganlah klangenan tentang burung ini hanya menjadi urusan pria semata. Peristiwa ritual yang menyangkut burung juga harus diperhatikan oleh para isteri yang selama ini agak mengacuhkan dan menelantarkan burung. Bukan maksud tulisan ini mengumandangkan semangat maskulisnisme dan mengabaikan kesetaraan gender. Justru tulisan ini mencoba memberikan dorongan para isteri akan pentingnya ritual perburungan.

Pertama tentang nama panggilan untuk burung klangenan (nick name). Jika anda berdua punya burung piaraan janganlah diberi paraban/nick name yang mengecilkan peran, jasa dan kemampuan sang burung adik kecil, anak kecil, anak nakal, si begog, si gundhul, si pandir dll. Jangan panggil si burung dengan panggilan Ndhul, walau mungkin sebagian besar burung sebenarnya gundhul plonthos. Jangan panggil ”Adik Kecil” walau ukurannya kecil. Ini tidak layak. Mengurangi rasa percaya diri. Yang penting bisa bernyanyi lantang dan menari lincah. Burung agar tegar, berwibawa dan selalu bernyanyi harus punya nama panggilan yang keren dan berwibawa, misalnya Yang Dipertuan, Tan Sri, Ki Demang, Den Behi, Kyaine, Den Baguse dll. Cara memanggilnyapun harus penuh penghormatan dan kemesraan. ""Den bagusssssssss””, ””Tan Sriiiii gemes aaaah””, ””Ki Demang ah ah aaaaah””.

Jika mau menyentuh sang burung piaraan, jangan langsung menyentuh dengan ujung jari, menjepit dengan jari tangan atau membelai dengan punggung tangan. Mulai dengan ngapurancang (dua telapak tangan saling menutup dan diletakkan di dada), tak perlu sampai menyembah, lalu sentuh pelan pelan. Dianjurkan mulai pembicaraan dengan kata kata " Amit amit yang mulia, nuwun sewu denmaaaaaas, ampuuuuun yang mulia, Geliiiiiiiii kangmas dll". Dengan ritual ini sang burung akan mempunyai rasa percaya dhiri yang besar, tak pernah kecil nyali, walau ukurannya agak kecil. Jangan sekali sekali bertindak kasar terhadap burung klangenan anda, apa lagi sampai nylentik. Jika den mas burung masih belum mau bangun, suka ngantuk atau tidur terkulai, bangunkan pelan pelan dengan berbisik mesra. " Denmas mari olah raga, mari bernyanyi, mari bermain. Asoooooi ". Tak perlu sampai harus menyeret, menjewer atau menyakiti secara fisik ataupun non fisik. Dampaknya jangka panjang. Burung kadang2 bisa ngoceh cerita ke orang lain. Jaman sekarang banyak orang suka usil dan menggoda dan memperlakukan burung dengan mesra dan halus, terutama para selebriti. Yang disukai biasanya adalah burung cocak rawa piaraan anggota DPR atau politikus, yang biasanya loyo kebanyakan tidur di ruang sidang atau haus belaian kasih sayang di rumah. Kurang tegar sedikit dijamoni, kurang lantang sedikit di STMJ (susu telor madu jahe). Disuruh manggung semalam suntuk, sampai bentuknya bengkok nggak karuan.

Jika dibisiki dengan bisikan mesra belum juga mau bernyanyi, mungkin harus sedikit manja, atau sedikit genitlah " Kanjeng, mbok saya diajak bermain dan bernyanyi, ah ah ah. Gemesssss ah " . Jika anda sudah berlaku persuasif belum juga sang burung mau bangun bernyanyi, mungkin sedikit diberi air yang dicampur cabe atau merica. Jangan banyak banyak. Asal jangan nylentik atau njewer. Ini bisa kualat. Kesukaan burung biasanya buah misalnya pisang raja. Agar nyanyiannya lebih nyaring dan tegar. Kadang kadang sering diberi makan dicampur cabe rawit. Suara bertambah lantang dan berani. Jangan terlalu banyak diberi kroto atau telur semut. Kabarnya burung yang diberi terlalu banyak kroto atau semut nyanyiannya tak nyaring, dan bisa menjadi cluthak (apa apa dan siapa siapa mau dimakan).

Jika burung klangenan anda lebih senang bernyanyi sambil tiduran, tak apa apa. Biarkan saja dia tidur asal sang burung tetap bernyanyi riang. Hanya anda harus bilang " Den Bagus, amit amit ya, saya terpaksa duduk di atas, pusing kalau ikut tiduran terus ". Jangan lupa bilang terima kasih bila sang burung habis bernyanyi, supaya selalu rajin bernyanyi dan menari nari. Memang banyak burung yang walaupun suka menyanyi tetapi sambil tidur malas malasan. Tak mau menari tak mau bergerak. Ini burung agak egoism maunya diservis terus, diputar putar sampai tertidur. Jangan biarkan burung kesayangan males malesan. Ingatkan sedikit dengan nyanyian masa kecil. "Di puncak pohon kelapa. Burung kutilang bernyanyi. Bersiul siul sepanjang hari. Menantang langit biru. Mengangguk angguk sambil berseru. Tri lili li lili ". Walaupun sambil tiduran jaga agar tetap mengangguk angguk sepanjang hari. Jaman sekarang banyak pelayanan spa dan pijat di mana mana. Jangan biarkan sang burung pergi ke spa dan panti pijat sendirian. Jika perlu kasih pelayanan spa di rumah. Banyak alat spa dengan berbagai merk dijual di toko besi. Kalau mau ngirit, bisa membuat modifikasi dengan alat untuk ngelas. Semprotkan api tetapi jangan terlalu dekat dengan sarang burung. Terlalu dekat bisa gosong dan berubah warna. Hati hati burung yang cluthak, suka bernyanyi dan menari dan makan di mana mana, warnanya bisa berubah tambah kusam dan gelap. Jangan lupa perhatikan warna burung piaraan anda.

Terakhir jangan suka membuat foto burung kesayangan. Boleh dibelai belai, tetapi jangan diambil gambarnya. Nanti malu. Nyanyian malu sang burung berkumandang merana. ”” Malu aku malu ada semut hitam. Malu aku malu ada hutan hitam. Lebih baik kusembunyi””. Biasanya burung begini suka malu malu kucing. Jaman sekarang banyak foto burung beredar di luaran. Entah burung dari DPR, pejabat, penguasa. Fotonya sih nggak istimewa sama sekali. Nggak gagah sama sekali. Nggak tahu kok banyak selebriti yang kecanduan. Jamane jaman edan.

Mohon ritual ini tidak disebarluaskan. Hanya untuk kalangan terbatas. Jangan dibahas di tempat tidur. Jangan dipraktekkan sambil ketawa, sang burung bisa ngambek tersinggung. Mohon maaf sebesar besarnya jika ada ibu ibu yang tersinggung membaca ritual gemblung ini.

Salam burung bernyanyi

Ki Ageng Similikithi

2 comments:

Anonymous said...

"hahahaha.. Ki Ageng..!! tulisan anda tentang RITUAL BURUNG BERNYANYI membuat saya tersenyum dan tertawa lucu.. Anda ini bisa saja..!!!"

Salam..
(Prabowo Subiyanto)

Ki Ageng Similikithi said...

Bung Prabowo,
Kita kan punyanya piaraan cuma burung saja. nggak ada piaraan lain. Maka harus selalu di kasih ritual supaya langgeng. Terima kasih mampir