Saturday, November 17, 2007

Pemilu yang sejuk dan damai

Salam dari Geneva yang dingin.

Genderang pemilihan, entah itu PEMILU (pemilihan umum) atau PILKADA (pemilihan kepala daerah), sudah berdentang di tanah air.. Bukan genderang perang. Pemilu atau Pilkada itu sama sekali bukan perang, walaupun kadang gelora kampanyenya seperti seolah olah mau perang. Sentimen (mood) pemilihan ada di mana mana. Genderang pemilihan membahana bahkan di tingkat propinsi dan kabupaten. Suasana agak sedikit memanas. Ada yang bilang ini pesta pora demokrasi. Bagi saya sama sekali bukan pesta pora. Rasa ketar ketir setiap kali ketemu rombongan kampanye di jalan raya.

Para tokoh dan politisi yang berambisi terpilih nampak siap berlaga. Masyarakat seolah disibukkan atau terpaksa larut secara emosional dalam kegiatan kampanye, baik yang secara aktif menikmati hiruk pikut itu, atau bahkan yang ketar ketir terkena imbas di jalan raya. Semua terlibat baik secara aktif atau pasif dalam hiruk pikuk kampanye. Katakanlah itu pemilihan Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, DPR, bahkan lurah. Hanya pemilihan ketua RT yang sepi dan senyap, tak ada gelora kampanye. Orang jadi ketua RT karena semangat sukarela dan pengorbanan. Tak ada kekuasaan tak ada otoritas yang bisa dibelokkan untuk kepentingan pribadi. Jarang ketua RT terlibat dalam penggelapan harta negara.

Banyak terjadi perubahan perlaku para tokoh dan pimpinan politik. Perilaku untuk memikat pemilih. Yang tadinya suka dugem, untuk jaim (jaga image) mulai banyak ikut pengajian, diskusi kelompok di masyarakat, atau bahkan tirakat. Jika memungkinkan semua diskusi kelompon dan seminar diikuti, mulai dari perdamaian dunia, terorisme, pelecehan seksual, hak azasi manusia, good governance. Sebagian ada yang kemudian mendekatkan diri dengan tokoh tokoh para normal untuk sekedar minta doa restu, berkah sampai ke dukungan supranatural. Mantan Gubernur Jakarta nampak sangat akrab berfoto dengan Mbah Maridjan, untuk meluruskan jalan ke RI 1. Mbah Maridjan urusannya sebenarnya hanya mengamati gunung Merapi, menandingi para pakar gunung api dari Lembaga Geologi di tingkat propinsi dan nasional. Tetapi karena ada demand spiritual dari dunia politik dan selebritis, ya mau sekedar turun gunung memenuhi demand budaya pop politik masa kini. Saling menguntungkan.

Lokasi lokasi untuk nyepi tidak lagi sepi. Banyak tokoh yang tiba tiba senang nyepi. Bisa ke Parangtritis untuk ngalap berkah Nyai Loro Kidul. Nyai Loro Kidul juga senang disambangi tokoh2 ini. Betapa sepinya hidup di bawah laut sendirian. Kalau ada calon yang datang menyambangi apa salahnya. Peri pun juga perlu hiburan. Dunia memang berubah. Nyai Loro Kidul juga kadang kala suka dugem, apa lagi sama calon Gubernur atau Bupati. Gunung yang kesohor untuk nyepi juga makin banyak dikunjungi, Gunung Kawi, Gunung Kendalisodo, Gunung Srandil dan lain lain. Namun jangan lupa, gunung2 ini khasiatnya beda beda untuk nyepi. Kalau mau kaya nyepilah ke gunung Kawi. Kalau mau cari WIL atau PIL, nyepilah ke gurung Srandil. Kalau mau naik pangkat nyepilah ke Gunung Kendalisodo. Kalau mau menang pemilihan, datanglah ke pantai Parangtritis.
Jangan sampai nyepi di tempat yang salah. Penginnya cari sebanyak mungkin pendukung, salah salah bisa dapat WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain). Di Indonesia punya WIL atau PIL adalah kontra indikasi untuk terpilih. Hanya presiden Clinton yang bisa menang PEMILU sekaligus dapat WIL Monica Lewinski. Jangan sampai ketahuan kalau punya WIL atau PIL, kalau mau menang.

Buat orang awam seperti saya, datangnya masa kampanye Pemilu kadang terasa seperti datangnya bencana yang terencana. Jalanan macet, kadang harus menunggu berjam jam sampai barisan kampanye lewat. Masih untung kalau mobil tak digores gores. Tetapi jelas mobil akan di gebrak gebrak jika ada barisan kampanye lewat.

Pemilihan di tingkat manapun selalu menebarkan suasana hingar bingar, tak nyaman dan tak aman untuk kalangan awan. Kapankan para pimpinan partai politik dan organisasi massa ini mampu menciptakan suasana sejuk dan damai dalam pemilihan ? Tidak kah mereka punya kamus kata kata sejuk, kata kata damai dengan toleransi ? Membakar massa untuk berperilaku keras dan sok heroik bisa dilakukan siapa saja. Jika kemampuannya hanya mampu membakar massa, tetapi tak mampu meciptakan kesejukan dan tak mampu menyejahterakan masyarakat, bukanlah karakter pemimpin yang bijak.

Sebagai orang awam saya tak banyak bisa menyumbang bagaimana menciptakan suasana pemilu yang damai dan sejuk. Tetapi karena saya ada minat perdukunan dan perintelan, saya mencoba menyumbangkan sesuatu. Saya berusaha menggelar satu operasi sandi melincinkan pemilihan. Saya namakan dengan kode sandi operasi PILKADA. Operasi khusus pemilihan damai dan sejuk. Kombinasi operasi dukun dan intel ini akan melibatkan berbagai unit intelijen dari badan badan terkait di tingkat nasional, KopKamtibus, Kasipidus, Balibangopsus, Baopsusintel, Polkamsus. Saya juga nggak dhong arti singkatan singkatan ini. Yang saya tahu hanyasingkatan TONANGKIMA (Peleton Angkutan Kompi Lima) di dekat kraton Yogya , DANCUKPELI (komandan pucuk peluru kendali) di Surabaya. Tetapi badan badan tersebut belum saatnya masuk dalam koordinasi intelijen operasi ini.

Saya akan menggelar operasi sandi untuk membersihkan mimpi yang tak rasional, mimpi pengin jadi presiden, atau jadi gubernur. Kalau mau mimpi, mimpilah jadi ketua RT. Banyak anak kecil suka diberi pesan agar bermimpi jadi presiden atau gubernur. Ini bisa merusak stabilitas nasional. Maka target operasi saya akan saya persempit ke guru guru TK. Sebagian besar dari mereka adalah figur2 lembut, cantik dan menarik. Saya selalu mengagumi guru TK sejak masa kanak kanak. Memandangpun orang bisa terbawa hanyut. Tetapi karena saya berjiwa INTEL, rasa pribadi ini saya redam. Ini prinsip, titik. Tetapi jika ibu ibu guru ini ngajari anak anak TK jadi presiden atau gubernur, ini bisa membahayakan stabilitas nasional. Sebagai abdi negara (bukan abdi dalem), saya harus bertindak decisive.

Ada dua strategi dalam operasi sandhi ini. Pertama dengan memonitor mimpi anggota masyarakat. Para tokoh spiritual atau dukun yang kampiun akan saya kumpulkan untuk mengembangkan alat khusus yang bisa memonitor mimpi seseorang di masyarakat. Karena tingkat kesulitan spiritualnya tinggi, mungkin para dukun ini akan minta kenduri dengan menyembelih kambing dan sapi sampai empat puluh ekor. Ini terlalu mahal dan boros. Kalau syarat motong ayam 7 ekor sih boleh. Kalau kambing atau sapi sampai empat puluh, payah. Kalau mereka sekedar pengin sate atau gulai kambing, bisa saya traktir.

Strategi kedua adalah memonitor materi yang diajarkan oleh ibu ibu guru TK ini. Jangan jangan disisipkan pesan tersamar agar bercita cita jadi presiden atau gubernur. JIka ada murid TK yang diberitahu ibunya agar kelak jadi presiden atau gubernur, ibu ini akan saya litsus. Litsus itu kepanjangannya adalah penelitian khusus di jaman Orba. Rencana operasi sandi ini siap digelar dan dikoordinasi lintas sektoral.

Namun sebelum digelar saya merenung, tidakkah para pemimpin partai dan kelompok kelompok politik ini punya strategi alternatif untuk menciptakan suasana pemilu yang sejuk dan damai. Mungkin dengan melihat rencana operasi sandhi ini bisa mendorong mereka untuk mencari alternatif alternatif yang lebih rasional. Ketakutan saya kalau mereka malah melaksanakan strategi konyol yang saya uraikan di sini. Jamane jaman edan.

Salam damai Ki Ageng Similikithi

No comments: