Saturday, August 6, 2011

Bercinta dengan bidadari

Terpana saya mendengar ceritanya. Eyang Hargana, seorang dukun renta di kampung Serengan Solo. Malam Anggoro kasih, tahun 1967. Baru saja dia sembuh dari sakit, tak sadarkan diri beberapa hari. Sakit lever. Dalam pengembaraan mimpinya, dia bermadu asmara dengan seorang bidadari jelita. Dewi Supraba, yang konon tak pernah pakai beha atau celana dalam. Kenikmatan tiada tara. Namun dia ingin kembali ke mayapada. Demi tugas mulia membimbing para murid yang setia. Puluhan murid terlolong mendengar kisahnya. Mas Tarno, yang suka main perempuan, mendesah. “Enak enak karo widadari kok ndadak bali nang ngalam donya mikir murid gemblung ora nggenah”.

Tahun 1961, saya main sepak bola di alun alun Van de Paal, Ngampin. Saya tendang bola dari tengah lapangan. Slamet, si penjaga gawang melolong bingung. Tak mampu menangkap nya. Suara gemuruh bergema memenuhi lapangan. Seorang wanita cantik gemulai putih bersih menggapai tanganku. Dengan lembut menggamit ku ke luar lapangan. Bersamanya saya melayang bersembunyi ke balik awan. Kenikmatan luar biasa. Belum pernah rasa surge saya rasakan sebelumnya. Ah ternyata hanya mimpi. Eyakulasi pertama kali dan mimpi bersama bida dari.

Impian dan imajinasi klasik para pria Jawa. Bercinta dengan bidadari. Sang Raja pun berpacaran dengan Nyai Loro Kidul. Jumadi, teman saya di sekolah rakyat lebih realistis. Kalau bisa mimpi bercinta dengan Sisu, teman sekelas kami, akan berbahagia sekali. Impian itu tak pernah datang. Terlalu realistis untuk sebuah mimpi. Kalau mimpi bercinta, mimpilah dengan bidadari surga. Jangan mimpi bercinta dengan seorang tetangga.

Salam damai
Manila, 8 Juli 2011
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150250226018467

No comments: