Sunday, July 25, 2010

It is boiling my friend - suara dari balik tirai besi

Hampir tengah malam ketika pesawat Biman Bangladesh Arline yang saya tumpangi mendarat di bandara Zia International Airport, Dhaka. Pertengahan delapan puluhan, lupa bulan dan tanggalnya. Jelas bukan musim panas. Hawa terasa sejuk merasuk badan meski saya memakai jaket kulit. Juga topi laken kesukaan saya. Topi laken selalu saya pakai saat bepergian. Hanya kesukaan semata mata. Saya baru sadar saat keluar dari imigrasi kalau lupa membawa scarf. Ini sebenarnya lebih penting. Padahal di Yogya saya selalu memakai scarf tipis warna biru atau kuning. Terutama saat memberi kuliah.

Sesudah lewat imigrasi dan pabean, saya bergegas keluar ke ruang penjemputan. Tak ada janji untuk dijemput. Pesan teleks yang saya terima di Yogya dari Jonathan, teman satu misi yang datang dari Washington, memberitahu agar saya langsung menghubungi counter hotel Sheraton. Ada pelayanan antar jemput. Tetapi agak terkejut ketika mengetahui tarip hotelnya, seratus tujuh puluh lima dolar semalam. Mahal untuk ukuran saat itu. Urung pesan hotel. Mau tukar dolar ke taka dulu. Beberapa counter tukar uang bersaing menawarkan jasanya. Saya menuju yang paling ujung. Diminta mengisi formulir dan tanda tangan. Kertasnya kumal seperti kertas buram. Saya hitung uang taka cepat cepat. Mau naik taksi ke kota cari hotel yang sedang taripnya.

Begitu keluar di ruang penjemputan, suasana terasa sesak dan hiruk pikuk. Banyak yang menawarkan taksi. Terkesan semrawut. Tiba tiba seseorang memanggil nama saya dari antara kerumunan orang. Terlihat Jonathan dengan kaos warna hijau melambaikan tangan. “Hi Ki”. Perawakannya yang tinggi dan wajah tampan seperti Pierce Brosnan, gampang sekali dikenali. Kami berpelukan akrab. Kami sudah kenal hampir sepuluh tahun, sering bersama dalam misi gabungan di banyak tempat, mulai dari Aceh, Padang, Kupang sampai Nepal. “Hi Jono, happy to meet you here”. Jono panggilan akrabnya, bilang kalau tinggal di Dhaka Midtown hotel. Saya sudah dipesankan kamar di sana. Kami menuju taksi, yang dibawa Jono dari hotel. Begitu mobil meninggalkan bandara, baru saya sadar kalau pulpen Parker saya, hadiah ulang tahun, ketinggalan saat tukar uang tadi. Tetapi malas mau turun lagi. Rasanya lega terbebas dari kerumunan orang.

Sampai di hotel sudah hampir jam satu pagi. Di daerah Gulshan. Kamarnya lumayan bagus. Saya bersebelahan dengan Jono di lantai 2. Tak sempat bicara banyak dengan dia. Terlalu capai. Dia datang pagi harinya. Katanya sudah ketemu James, anggota misi yang lain yang tinggal di Dhaka. James juga warga negara Amerika. Setahun terakhir tinggal di Dhaka, penanggung jawab proyek. Jono dan James bekerja untuk lembaga yang sama. Kami datang di Bangladesh untuk melakukan penilaian kesiapan menjadi anggota International Network for Rational Use of Drugs yang bersama sama kami bentuk. Masih ingat dulu kami bertiga membicarakan pertama kali usulannya saat makan malam di Korean Dragon Jakarta setahun sebelumnya. Jejaring internasional itu diresmikan setahun kemudian di Yogya, beranggotakan kelompok dari 4 negara di Asia dan 4 negara di Afrika.

Bangun pagi agak terperanjat saat membuka jendela. Burung gagak banya sekali di halaman dengan suara gaduh. Tak takut sama orang burung burung ini. Di Jawa sudah banyak punah karena pestisida. Kalau adapun jika berkicau dianggap pertanda akan ada orang meninggal. Jika kicauan gagak ini benar pertanda kematian, pasti sudah habis penduduk Dhaka ini, karena begitu banyak burung gagak yang berkicau gaduh sepanjang hari. Saya sama Jono makan pagi dikafe di lantai dasar. Banyak tamu, sebagian orang asing. Sempat kenalan dengan seorang tamu pria yang kamarnya satu lantai dengan kami. John, orang Inggris, seorang insinyur yang sedang menangani proyek jalan di tepi kota Dhaka. Mantan dosen politeknik.

Mulai bicara dengan Jono mengenai misi kami di Dhaka. Jono dan James sudah merencanakan siapa siapa yang akan ditemui dalam misi ini. Kami menyepakati lembaga lembaga mana dan siapa siapa yang akan ditemui, untuk membahas rencana pembentukan jejaring internasional tadi. Ada seorang tokoh senior Bangladesh, seorang national professor, yang namanya kondang dan sangat berpengaruh di Bangladesh dan di tingkat internasional saat itu. Profesor Nurul Islam. Kami sepakat akan menemuinya walau mungkin dia tak banyak punya waktu dengan inisiatif ini. Keterlibatannya akan sangat berpengaruh di kemudian hari. Kebetulan saya pernah bertemu dengan dia saat di NewCastle di tahun 1982.

Sesudah sarapan kami bertemu dengan James yang datang ke hotel. Rencana rinci misi selama di Dhaka semuanya pasti. Setelah misi di Dhaka, disepakati Jono terus ke Pakistan, saya dan James ke Nepal, diteruskan ke Indonesia. Jono nampaknya ingin menghindari menjalani misi bersama dengan James. Walau bekerja dalam organisasi yang sama, dua pribadi yang kontras. Jono pekerja ulet, berbahasa halus dan diplomatis. James agak angin anginan dan semau gue. Seorang pekerja lapangan yang handal. Kalimat kalimatnya selalu terbumbui dengan kata kata yang bisa menusuk lawan bicara.

Hari pertama seharian mengunjungi berbagai lembaga baik sendiri sendiri atau berkelompok. Ada pengalaman yang lucu ketika saya berkunjung ke salah satu lembaga penelitian di Universitas Dhaka. Guru besar yang saya temui, nampak gelisah saat bertemu saya. Katanya pada saat yang sama dia punya janji menerima misi dari Washington. Saya jelaskan bahwa saya mewakili misi itu. Ketika membaca kartu nama saya, dia balik terperanjat. “Are you Ki? I do not expect you are still this young” Beberapa kali kami saling komunikasi lewat surat dan tilpon. Belum ada email saat itu. Kami bedua satu profesi, farmakologi, dan sama sama mendapatkan gelar doktor dari UK. Saya berkesempatan melihat lihat fasilitas risetnya dan diskusi dengan beberapa peneliti yang sedang melakukan program doktor dibawah bimbingannya. Tahun tahun kemudian kami bersahabat dekat dengan professor Chaudhury. Beberapa tahun kemudian dia menjadi presiden universitas Dhaka.

Malamnya kami memutuskan makan malam di hotel saja. Saya Jono dan John, insinyur dari Inggris itu. Mau keluar malas. Hawa dingin. Hotel di daerah Gulshan, jauh dari pusat perbelanjaan. Sebagian besar yang makan malam juga rombongan ekspat yang sedang melakukan misi di Bangladesh. Tak sengaja berkenalan dengan tiga orang tamu, dua pria dan satu wanita. Mereka insinyur2 dari Moskow yang sedang mengerjakan proyek waduk. Nggak tahu waduk apa. Tak sempat cerita banyak. Bahasa Inggris mereka sangat terbatas. Satu orang bicara patah patah. Pria yang lain kelihatannya suka bicara, tetapi tak menguasai bahasa Inggris. Wanitanya nampak pendiam walau tatap matanya terkesan tajam. Tak bicara bahasa Inggris. Dia berambut blonde, kulit mukanya begitu putih hampir memucat. Begitu cantik tetapi agak pucat, saya bayangkan seperti Putri Salju. John orang Inggris itu nampak antusias mau ngobrol sama mereka. Jono yang selalu kalem tak begitu antusias. Tetapi saya melihat wanita cantik ini nampaknya selalu mencuri pandang wajah Jono, yang memang tampan seperti bintang film. Kami hanya ngobrol sebentar. Saya dan Jono akan bicara tentang hasil kunjungan hari itu.

Jam sepuluh selesai menyimpulkan hasil diskusi hari itu, saya masuk kamar. Di langit langit ada baling baling atau kitiran besar. Bunyinya tak keras tetapi konsisten seperti mesin. Saya merebahkan diri di atas tempat tidur beralaskan kain katun putih. Tidur tidur ayam. Tiba tiba secara tak sadar saya menjerit keras sekali. Mimpi buruk. Seolah ada helikopter mendarat dengan orang orang berwajah seram bersenjata lengkap mau membunuh saya. Rupanya suara kitiran angin itu yang membuat saya mimpi buruk. Pintu kemudian diketok keras dari luar. Ternyata penjaga hotel dan Jono berdiri dimuka pintu. “Are you OK?”. “Sorry I am having a nightmare”. Nampak tamu tamu dari Moskow juga kelihatan di luar. Mereka belum tidur, masih duduk duduk ngobrol di ruang duduk sebelah kamar saya.

Hampir jam sebelas saya masih membaca dokumen dokumen yang saya bawa ketika tiba tiba listrik mati. Gelap gulita. Hening sekali. Hanya terdengar suara dengkur dari kamar John, sang insinyur itu. Beberapa saat kemudian terdengar suara gaduh dalam bahasa Rusia. Nggak tahu Putri Salju itu berkata kata lantang, hampir berteriak. Mungkin memanggil petugas hotel. Saya keluar dengan lampu lilin. Petugas hotel belum juga nampak. Rupanya ada aliran listril yang nggak benar di hotel itu karena bangunan2 sebelah masih terang benderang. Petugas hotel datang beberapa saat kemudian. Mencoba mencari sekering di lantai itu. Ada di sudut ruang duduk. Suara ketukan keras mencoba membuka kotak sekering membangunkan John dan Jono. Mereka ikut datang ke kamar duduk. Saya dan petugas hotel mencoba membuka dan memperbaiki sekering yang anjlog itu. Tak lama kemudian lampu menyala kembali.

“Spasibo. Thanks”. Sang Puteri Salju nampak lega mengucapkan terima kasih. Mereka sejenak berbicara dalam bahasa Rusia. Kemudian salah satu pria mengungkapkannya dalam bahasa Inggris. Mereka ingin mengundang minum wodka malam itu. John insinyur dan mantan dosen politeknik itu dengan antusias mengiyakan. Dia kembali ke kamar ambil wiskhy. Saya menatap Jono, dia agak ragu. Sekedar sopan santun kami bergabung di ruang duduk itu. Jono mengenakan kaos panjang dengan kerah tinggi. Nampak atletis tubuhnya. Tidak seperti ke dua pria Rusia dan Inggris yang nampak gendut. Saya lupa nama mereka satu per satu. Jika tak salah ingat si wanita bernama Valentina. Mengingatkan nama astronot wanita pertama Uni Soviet Valentina Tereskhova di akhir tahun lima puluhan. Jelas astronot itu tak secantik Valentina si Puteri Salju ini.

Ketiga tamu dari Moskow itu dan John begitu antusias ngobrol sambil minum wodka. Dengan sopan saya bilang kalau tak biasa minum. Saya minum juice yang saya beli sore tadi. Juga buah jeruk yang saya beli di pasar saya keluarkan. Seperti pesta kecil kecilan. Mereka mengeluarkan caviar. Pembicaraan mereka terutama mengenai perubahan yang sedang terjadi di Uni Soviet. Tentang glasnost dan perestroika. Begitu berapi api salah satu pria itu bercerita dengan gerakan gerakan tubuh yang lucu. Perubahan besar akan terjadi sesaat lagi di Uni Soviet. Tak akan ada lagi Uni Soviet. “It is boiling my friend”. Berkali kali dia bilang, it is boiling, sambil kedua tangannya dibulatkan di depan dada dan tubuhnya berputar ke arah kiri. It is boiling. Kata kata itu yang saya ingat sampai sekarang. Kadang kadang terdengar seperti it is bowling. John nampak begitu terlarut dengan obrolan mereka. Di akhir kata it is boiling, selalu diikuti derai tawa mereka berempat. Nggak tahu apa yang diketawakan. Saya ikut tertawa karena seperti mendengar it is bowling.

Jono nampak tenang. Hanya minum sedikit. Saya tahu perilaku dia. Tak pernah mau bercanda urakan gaya bohemian. Juga tak sedikitpun memberikan reaksi walau Svetlana mencoba menarik perhatiannya berkali kali. Jono pria puritan. Istrinya Tina, jelita seperti bintang pemain film the Devil Wears Prada. Lewat tengah malam ketiga pria itu dan Svetlana sudah setengah mabuk. Jono nampak tidak tenang, pengin mundur. Ketika Svetllana duduk mepet ke arah Jono dan menawarkan wodka, Jono menghindar “ I am crashed”. Dia pamit masuk kamar. Svetlana beralih bersandar dan mendesak saya mencicipi wodka. Saya mencoba menolak halus. Tetapi akhirnya minum juga walau hanya seteguk. Setiap minum alkohol kepala saya rasanya berputar putar, tak dapat konsentrasi. Itu yang saya rasakan saat itu. Tak banyak bisa mengikuti pembicaraan dan gelak tawa mereka lagi. Masih terdengar juga. It is boiling. It is bowling. Sementara saya lihat John nampak asyik benar bicara dengan Svetlana, jarak bicara begitu dekat. Lewat jam satu malam, perut saya rasa nggak enak, mual. Ada alasan pamit. “My stomach is boiling”. Dari dalam kamar saya masih mendengar gelak dan tawa mereka. Obrolannya sudah tak karuan, kadang Inggris, kadang Rusia, sering campur.

Paginya saya dan Jono makan pagi di kafe. Dia bilang agar menghindari acara tak terencana dan obrolan tak karuan semalam. John bergabung kemudian. Saya berkelakar, awas agen agen Uni Soviet sering menjebak dengan wanita. Dengan enaknya si John yang usianya sudah lewat setengah abad itu menjawab. Itu yang saya tunggu, sampai jam dua pagi kok jebakan itu tak pernah dipasang. Saya dan Jono masih umur pertengahan tiga puluhan. Setiap kali pergi jauh yang kami ingat hanya anak sama isteri. Mana sempat mau mikir orang lain. Si John, ini orang sudah mau pension, malah menggebu cari perangkap. Edan, mungkin puber kedua. Saat ini kadang saya berpikir dengan sedikit kecewa, kok dulu nggak memanfaatkan kesempatan itu ya. Kapan lagi, kesempatan tak akan datang dua kali. Mungkin juga John berpikir begitu saat itu. Sudah lewat lebih dua puluh tahun. Tak guna disesali.

Esok malamnya kami bertiga, Jono, James dan saya ada acara makan malam di American club. Club ini bersebelahan dengan kedutaan Uni Soviet. Juga di daerah Gulshan atau Dalmonde. Kami bertemu ketiga tamu dari Moskow dan John di lantai bawah. Lebih baik pergi sendiri sendiri. Salah salah bisa dapat kesulitan nanti kalau kelihatan menyolok beramai ramai.

Peristiwa sudah lewat lebih dua puluh tahun. Yang paling saya ingat hanya ungkapan ‘It is boiling my friend”. Pesan singkat dari balik tirai besi.
Salam damai
Ki Ageng Similikithi

10 comments:

paromo suko said...

ketika membaca seratan panjenengan, emosi saya selalu seperti mendidih, mumpal=mumpal,
apalagi ketika lama saya tidak mengunjungi blog ini,
dari satu topik ke yang lainnya, grafik detak jantung saya naik-turun..

salam, ki
semoga panjenengan, NYI dan keluarga selalu sehat

Ki Ageng Similikithi said...

Matur nuwun Romo Paromo Suko,
Ya saya bisanya hanya bercerita tentang perjalanan. Naik turun mendaki bukit melintas lembah, melanglang lamunan masa lalu. Baru saja datang dri Beijing. Kagum saya sama detak transformasi perubahan di Asia. Asia memang akan berjalan di depan. moga moga Indonesia tetap bisa ikut berperan.

Anonymous said...

Memang perlu di tulis lo KI pengalaman hidup itu,biar buat bacaan nanti klo sudah sepuh ,ada yang bisa buat hiburan sambil momong cucu,dan bisa juga agar tulisan penjenengan di baca oleh mereka -mereka yang butuh pencerahan dalam menapaki kehidupan ini ,maksudnya bisa berguna untuk orang lain ,agar menambah wawasan dan juga mengerti bahwa ini lho hidup itu

Anonymous said...

Hidup itu memang butuh perjuangan ,hidup itu kenyataannya tidak seperti yang kita bayangkan ,hidup itu harus penuh pengharapan dan hidup itu harus disertai dengan doa-doa yang jangan sampai terputuskan ,artinya selalu berhubungan dengan Sang Punya Kehidupan yaitu Allah SWT,agar kita selalu bisa membaca maksud -maksud dan tujuan NYA ,Pesan-pesan yang disampaikan dan yang tak kalah pentingnya kita dapat menyadari bahwa keberadaan kita di dunia ini jangan lupa membawa misi yang Alloh kehendaki melalui diri kita ,artinya kita menyadari bahwa tiada yang sia-sia keberadaan setiap mahkluk ciptaan Nya di muka bumi ini ,entah itu baik ataupun buruk sekalipun menurut pandangan kita manusia ini sejatinya hanya Allah yang memgang rahasiaNya, jadi hiduplah dengan selalu berbaik sangka kepadaNya agar Allah mengijinkan ,meridhoi dan menjawab segala doa-doa yang selalu kita panjatkan, dengan kepasrahan mutlak

Anonymous said...

Dan jangan menawar kehendak Alloh ataupun apalah namaya,tunggu bersabar ,Yakin bahwa Allah itu sangat mengasihi kita ,jangan main selingkuh ,ingat selingkuh di dunia saja akibatnya bisa bahaya ,apalagi mau selingkuhi Allah ,auzubillahimindalik ......mau sorga atau mau neraka????? selanjutnya apa yang akan terjadi ...kita akan terkagum-kagum dengan perlakuan Allah kepada kita,merasakan sentuhan tanganNya ketika kita haus kasih sayang,merasakan kehadiranNya ketiks kita kesepian,merasakan merasakan dan merasakan terusssss hal -hal yang sungguh kadang -kadang kita tidak bisa lagi menyebutkan rasa ini,selain semakin cintaaaaa,rinduuuuuu,dan terus menjadi candu buat kita agar berlari -lari mendapatkan segala rasa ,karena sebagai hamabaNya kita menyadari keterbatasan kita di dunia tanpa campur tanganNya semua menjadi hambar tak berarti apa-apa.

Anonymous said...

ya Allah, ampuni dosa hamba Mu ini,jika kadang -kadang lalai ,saya rasa Engkau pasti mengetahui segala rahasia hati tiap-tiap hambaMu ini .tolong ampuni karena saya menyadari tiada yang sempuna di dunia ini tanpa kesempurnaanMU .Jadikan diri ini sebagai alat agar dapat mengerti maksud -maksud dari segala anuerah dan ujianMu.dan tuntunlah menuju jalan yang Kau ridhoi.

Anonymous said...

Dan jangan menawar kehendak Alloh ataupun apalah namaya,tunggu bersabar ,Yakin bahwa Allah itu sangat mengasihi kita ,jangan main selingkuh ,ingat selingkuh di dunia saja akibatnya bisa bahaya ,apalagi mau selingkuhi Allah ,auzubillahimindalik ......mau sorga atau mau neraka????? selanjutnya apa yang akan terjadi ...kita akan terkagum-kagum dengan perlakuan Allah kepada kita,merasakan sentuhan tanganNya ketika kita haus kasih sayang,merasakan kehadiranNya ketiks kita kesepian,merasakan merasakan dan merasakan terusssss hal -hal yang sungguh kadang -kadang kita tidak bisa lagi menyebutkan rasa ini,selain semakin cintaaaaa,rinduuuuuu,dan terus menjadi candu buat kita agar berlari -lari mendapatkan segala rasa ,karena sebagai hamabaNya kita menyadari keterbatasan kita di dunia tanpa campur tanganNya semua menjadi hambar tak berarti apa-apa.

Anonymous said...

Berbicara masalah hidup ini ya Ki wah bakalan pannnnnnjang banget critanya,nggih Ki tapi bagaimanapun bentuk kehidupan yang Allah paringi buat kita ini ya Ki harus banyak-banyak bersyukur apalagi kalau bisa berbagi apa saja untuk sesama waaaah ,pokoknya rasanya bahagiaaa banget ya Ki betul kan Ki? wah kok banyak banget komentarnya ya KI ,maaf ya Ki sekedar tukar pengalaman ga ada salahnya kan Ki ,orang namaya belajar ,apalagi belajar hidup itu bisa kita dapatkan dari mana saja kan Ki ,ini lho Ki yang saya maksudkan merasa diri kaya ning ra butuh bondo,lha karena kalau kita yakin atas Kekuasaan Nya ,ndilalah paribasane ben ra mangan we rasane wareg , e.e.boso apa itu ? saya ini memang pengagum berat segala seni dan budaya ,khususnya Jawa lho ki ya nyuwun sewu ...kadang-kadang ra perduli ngerti ra ngerti boso JOWO WAE KARO KONCO LAWAS ATAU BARU KETEMU KOK RASANE YO NYAMBUNG TUH KI MAKSUDKU SBUHANALLOH ASAL JANGAN LUPA DALAM BERGAUL DENGAN SIAPAPUN SELALU DIINGAT BAHWA PADA DASARNYA SEMUA MANUSIA DI DUNIA INI JUGA INGIN DIHARGAI GA PEDULI PAK PRESIDEN SAMPAI TUKANG SAPU JALANAN SEKALIPUN DIA TETAP MAU DIMANUSIAKAN BUKAN BEGITU ki????? MAKANYA SAYA TUH SUKA HERAN KOK ADA YA ORANG ITU BAAAANGAA BANGET DENGAN KEKUASAAN, APA GA SADAR SIH SEGALA-GALA APA YANG MEREKA DEWA-DEWAKAN HANYA TITIPAN SEMANTARA.? KEMBALI KEMASALAH BERGAULKU CARA jOWO KI ,RASANYA GA ADA MASALAH ,TAPI YA ITU SENYUMMMMM SELALU JANGANKAN IBADAH YANG MURAH INI ,KECILLLL DIANGGAP SEPELE ,TAPI JUSTRU INI DIA KUNCI BERUMAH TANGGA YANG JARANG DIKETAHUI KAUM IBU YA KI,MELEK MATA BUAH HATI KITA DI PAGI BUTA ,BERILAH DIA SENYUMAN TULUS....AGAR MEREKA TAHU BAHWA IBUNDANYA BAE-BAE SAJA, DAN PERCAYA KALAU KI APA YANG TERJADI ANAK -ANAK BUAH HATI KITA INSYAALLAH JADI ANAK YANG BAE.BUKANNYA MEMANG BERAT TUGAS KAUM IBU DI DUNIA INI SAMPAI HAL-HAL KECIL INIPUN JANGAN SAMPAI TERLEWATKAN DI SAMPING MEMANG TUGAS

Anonymous said...

TUGAS-TUGAS YANG SUDAH MENUNGGU DI BELAKANG YANG MEMANG TIDAK PERNAH ADA HABISNYA ,BETULKAN KI????? MAKANYA ALANGKAH SEDIHNYA KALAU KAUM BAPAK TIDAK MAU IKUT BERPARTISIPASI DI DALAMNYA.YAH ,KITA SEMUA PAHAM TUGAS KAUM BAPAK ITU JUGA BERAT.APALAGI KALAU SEDANG MERINTIS KARIER ..TAHU KOK BERAT TTTT,TAPI YA NGAAK BOLEH DONG MAU MENANG SENDIRI ,NANTI KALAU KECAPAIAN TAHUNYA MARAH-MARAH DI BILANG ISTRI TAK BERSYUKURLAH INILAH ,ITULAH YA AMPUNNNNN BAPAK-BAPAK MEMANG ISTRI INI TOH JUGA MANUSIA YA KAN KI,MAU JUGA DI INGAT KEBERADAANNYA,BUKAN HANYA BAPAK-BAPAK LO YANG MAUNYA DIMANJAAIN ,YA KAN KI....KITA TAHU KOK BAHW KAUM BAPAK ITU MAHKLUK YANG MAUNYA DIPUJA TERUUUUS BIARPUN SUDAH BERUBAN ,MAUNYA TETAP SEPERTI ANAK IBUNYA ,KITA PAHAM KOK ,YA MEMANG SUATU DILEMA ,KALAU MO BERONTAK SAMA SIAPA ,TOH MEMANG KENYATAAN NYA KITA KAUM WANITA SEJAK KECIL SUDAH DI DOKTRIN BAPAK IBU DAN AGAMA MEMANG MENGATAKAN BAHWA SEBAIK-BAIK PERHIASAN DI DUNIA ADALAH WANITA YANG SOLEKHAH....AMPUN YA ALLAH YA GUSSSTI BETUL KAN KI?????? JADI ANAK PEREMPUAN HARUS AIUEO .

Anonymous said...

TUGAS-TUGAS YANG SUDAH MENUNGGU DI BELAKANG YANG MEMANG TIDAK PERNAH ADA HABISNYA ,BETULKAN KI????? MAKANYA ALANGKAH SEDIHNYA KALAU KAUM BAPAK TIDAK MAU IKUT BERPARTISIPASI DI DALAMNYA.YAH ,KITA SEMUA PAHAM TUGAS KAUM BAPAK ITU JUGA BERAT.APALAGI KALAU SEDANG MERINTIS KARIER ..TAHU KOK BERAT TTTT,TAPI YA NGAAK BOLEH DONG MAU MENANG SENDIRI ,NANTI KALAU KECAPAIAN TAHUNYA MARAH-MARAH DI BILANG ISTRI TAK BERSYUKURLAH INILAH ,ITULAH YA AMPUNNNNN BAPAK-BAPAK MEMANG ISTRI INI TOH JUGA MANUSIA YA KAN KI,MAU JUGA DI INGAT KEBERADAANNYA,BUKAN HANYA BAPAK-BAPAK LO YANG MAUNYA DIMANJAAIN ,YA KAN KI....KITA TAHU KOK BAHW KAUM BAPAK ITU MAHKLUK YANG MAUNYA DIPUJA TERUUUUS BIARPUN SUDAH BERUBAN ,MAUNYA TETAP SEPERTI ANAK IBUNYA ,KITA PAHAM KOK ,YA MEMANG SUATU DILEMA ,KALAU MO BERONTAK SAMA SIAPA ,TOH MEMANG KENYATAAN NYA KITA KAUM WANITA SEJAK KECIL SUDAH DI DOKTRIN BAPAK IBU DAN AGAMA MEMANG MENGATAKAN BAHWA SEBAIK-BAIK PERHIASAN DI DUNIA ADALAH WANITA YANG SOLEKHAH....AMPUN YA ALLAH YA GUSSSTI BETUL KAN KI?????? JADI ANAK PEREMPUAN HARUS AIUEO .