Saturday, April 19, 2008

Monolog celdam

Hikayat celdam selalu menyita perhatian khalayak dari masa ke masa. Tak ketinggalan juga di panggung sandiwara politik tanah air. Kini banyak cerita celdam menjadi bahasan utama berbagai media massa. Bahkan cerita celdam dan gembok sampai ke jaringan tv CNN dan Aljazeera. Celdam yang biasanya tersembunyi rapi dibawah busana, tiba tiba muncul ke permukaan dan mengguncang panggung politik nasional. Untung tidak tampil ke permukaan beserta isinya. Menjadi topik hot dalam pergunjingan politik papan atas di tingkat nasional atau kabupaten. Jika masalah politik dan administrasi publik mengalami desentralisasi karena dorongan badan badan keuangan internasional, maka bahasan tentang celdam, burung kondor dan arus bawah juga ikut terdesentralisasi sekalipun tanpa bantuan dana badan badan keuangan multilateral. Semata mata karena dorongan hati nurani rakyat banyak, baik di tingkat parlemen maupun eksekutif. Ini satu prestasi tersendiri. Menunjukkan kemandirian nasional, walaupun hanya tentang celdam dan harta karun dibaliknya. Suatu episode ada politisi Senayan yang sengaja membuang celdam dan bergambar ria dengan teman wanita yang aduhai. Di lain episode seorang penguasa kabupaten, seorang wanita penuh kharisma, berfoto ria tanpa celdam dengan sang wakil dengan nyanyian burung burung kondor yang gagah. Foto ini beredar di kalangan anak muda, ABG, yang gampang bergejolak. Namun bukan cuma ABG yang sebenarnya rentan, pasangan manula pun bisa kesengsem cari foto foto erotik tersebut. NYI melihat foto foto itu di arisan ibu ibu, sebagian ibu ibu pensiunan.

Memang pusing memikirkan mengapa fenomena celdam, burung kondor dan kawah impian dibawah celdam begitu menghangat. Sepanjang pengembaraan saya di dunia spiritual, ini fenomena aneh. Ini jelas bukan fenomena jaman edan. Tetapi merupakan tanda perubahan makrokosmos. Mungkin karena terkait pemanasan global. Orang tak perlu buru buru menyalahkan para pelaku dan aktor intelektualnya. Mungkin saja karena pengaruh perubahan iklim. Orang segan pakai celdam. Biar angin bisa lewat. Penuh tansparansi tanpa malu malu. Jaman keterbukaan, semua ingin berperan. Tak hanya di Indonesia. Imbas politik keterbukaan di Rusia juga menyebabkan salah satu menteri dalam kabinet Boris Yeltsin, berfoto ria dalam keadaan bugil. Untung presidennya sendiri suka mabuk dan sedang tidak dalam keadaan sehat. Jika beliau sangat sehat seperti presiden Clinton, mungkin bisa lain jadinya. Dampak memanasnya dunia bawah celdam, karena pemanasan global maupun lokal, juga berdampak terhadap supplai pangan dunia. Hiperaktifitas dunia dibawah celdam, baik sang burung kondor maupun sang kawah impian, akan meningkatkan fertilitas dan angka kelahiran. Supplai pangan dunia tak lagi cukup memenuhi kebutuhan manusia. Krisis iklim, krisis lingkungan, krisis celdam, dan krisis pangan. Gejala krisis pangan mulai nampak. Edan krisis celdam kok berpengaruh global juga. Apa nggak ngeri atau geli ?

Riuh rendah tentang celdam juga merambah dunia remang remang panti pijat. Banyak mbakayu celdam yang notabene bertugas mulia sering teraniaya karena tangan tangan jahil para pelanggan pria. Tak kurang akal, demi menjaga stabilitas nasional di bidang akhak, susila, dan dunia arus bawah, para petinggi yang berwenang dalam dunia remang remang, lantas mengambil langkah cemerlang dengan program gembokisasi celdam. Sang burung kondor, kangmas dan mbakayu celdam bisanya hanya ngudoroso. Pasrah, mau digembok, mau dikunci, apa sih bedanya. Mereka kan hanya obyek semata mata. Obyek pembangunan manusia seutuhnya. Walaupun tanpa celdam toh masih bisa dibilang utuh. Kalau burung kondor dikebiri, atau kawah impian dibuntu (disumpeli, Jw), baru ini bukan manusia seutuhnya. Kangmas dan mbakayu celdam juga resah tentang masa depan profesinya. Jika manusia tak mau lagi pakai celdam, mau kemana mereka? Mereka merasa tak dilibatkan. Merasa dibuang dan disisihkan. Hanya sekedar jadi obyek pembangunan manusia seutuhnya. Dengarlah keluh kesah mereka.

Kangmas Celdam (KMCD)
Diajeng, bagaimana kabarmu ? Aman aman saja kan ? Banyak berita tak enak sering muncul dalam media massa akhir akhir ini. Mana tentang foto bugil anggota parlemen, mana tentang gembokisasi, krisis pangan, krisis energi, pemanasan global, kok selalu dikaitkan denganmu.

Diajeng Celdam (DMCD).
Kangmas, saya pasrah. Situasi keamanan aman dan terkendali. Saya selalu setia menjalankan tugas turun temurun. Mengamankan taman tropika basah dan kawah impian. Iimpian kaum pria. Apapun kata orang, saya masih seperti yang dulu, menunggumu sampai akhir hidupku.
KCDM
Sokur diajeng bisa pasrah menerima kenyataan. Kita ini kan hanya aparat lapangan, menjalankan tugas dan perintah atasan, sesuai sumpah jabatan. Bumi makin panas, luar dalam atas bawah. Tugas saya hanyalah mengamankan burung kondor piaraan induk semang saya. Agar tidur enak, istirahat cukup, siap bertugas sesuai kodrat.

DCDM
Betul kangmas. Saya tidak ingin macam macam. Kawah impian induk semang memang akhir akhir ini menunjukkan gejala gejala aktif. Tak ada lahar panas, tak ada letusan . tetapi yang keluar kok malah awan hangat dan suara siulan siulan mesra. Aaaah mungkin iklim memang sudah berubah.

KCDM
Burung kondor induk semang saya juga agak hiperaktif akhir akhir ini. Selalu tidur gelisah mematuk matuk. Suka ngintip keluar, apa lagi kalau ke karakoke atau ke panti pijat. Padahal nggak mau ganti celdam tiap hari. Baunya sampe apeg. Bau apeg ini juga memperparah polusi lingkungan tentunya.

DCDM
Saya malah berpikir gimana kalau burung kondornya saja yang di ikat dan dikalungi bandul supaya nggak berdiri tegak dengan sikap sempurna. Sikap sempurna hanya kalau pas bertugas atau pas upacara di lapangan ramai ramai. Dietnya di jaga, banyak di beri sayur terong, biar gampang tidur. Masakan jangan sampai kebanyakan merica, telur, madu sama jahe. Ini berabe. Bisa terus bersikap sempurna terus.

KCDM
Ide cemerlang. Saya kadang kadang curiga. Kalau pas sidang parlemen itu apa dietnya kebanyakan jahe sama merica ya ? Kok burung kondornya begitu aktif. Perusahaan perusahaan catering Senayan perlu di advokasi agar memasak sebanyak mungkin sayur terong sama kangkung. Ada efek penenang burung kondor. Menyehatkan fisik dan pikiran.

DCDM
Sampeyan ini gimana sih kangmas? Kangkung sama terong memang menenangkan burung kondor. Tapi induk semang kan ikut ngantuk. Nggak pakai sayur kangkung sama terong saja tidurnya di dalam sidang seperti overdosis diazepam. Apa lagi digelontor terong.

KCDM
Nek tak pikir pikir, ide gembokisasi pemijat wanita ini juga brilian dan inovatif lho. Tapi yang perlu digembok atau dibanduli juga pelanggan prianya. Inisiatif orisinal ini juga harus dilihat sisi positipnya. Bisa memacu perkembangan profesi tukang gembok atau tukang kunci. Sokur kalau diberi sedikit insentip sedikit boleh ngintip taman dibalik celdam. Juga memacu sektor riel produksi gembok. Bisa bisa ide ini dipatenkan dan dibawa ke World Economic Forum.

DCDM
Kangmas, masalah celdam, burung kondor dan gembok kok mau dibawa ke sidang dunia to ya ? Risih rasanya. Kalau saya kok kembali saja ke cara tradisional, tak usah pakai celdam. Pria pakai celana komprang tanpa celdam. Wanita pakai kain jua tanpa celdam. Praktis. Kalau burung kondor bergeliat berdiri sempurna di muka umum, gampang di deteksi. Kalau wanita mau pipis. Gampang, tinggal berdiri di tepi jalan sambil menikmati air mancur. Pemandangan ini dulu masih lajim di desa desa di tahun tujuh puluhan. Lebih akrab dengan alam. Tak perlu gembok gembokan.

KCDM
Jeng, saya kurang setuju. Ini berlawanan dengan kemajuan pembangunan. Tak bisa dipungkiri, kita berbeda pendapat. Tak perlu debat berkepanjangan. Baiknya kita bawa saja debat celdam ini ke parlemen. Bisa masuk bahasan komisi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, atau komisi ketahanan nasional dan pembangunan manusia seutuhnya. Dari pada mikir masalah masalah ekonomi yang rumit dan bikin ngantuk. Debat celdam, burung kondor, kawah impian dan arus bawah lebih asyik.

DCDM
Aah aaah aaah. Sampai jumpa di Senayan atau di pantai pijat kangmas. Tidur di dalam sidang, di panti pijat, tak beda bermakna. Hanya masalah tempat. Angin gemuruh di luar, angin lembut di bawah celdam bersatu dalam damai di panti pijat. Asooooooooi.

Salam gembok salam celdam

Ki Ageng Similikithi

(Dimuat di Kolom Kita Kompas Cyber 18 April008)

Friday, April 11, 2008

Penyidikan spiritual kasus penyuapan anggota DPR

Berita menarik koran Kompas hari hari ini. Seorang anggota DPR bernama AN, seorang SEKDA (sekretaris daerah) dan pejabat publik pemerintahan tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di hotel Ritz Carlton, Jakarta, sedanga melakukan transaksi penyuapan. Disebutkan ada seorang anak wanita belasan tahun yang ikut tertangkap. Dia diduga seorang PSK (pekerja seks komersial).
(http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/09/0929056/pertama.dalam.sejarah.kpk.tangkap.tangan.anggota.dpr.). Kasus korupsi anggota DPR dan pejabat, entah se eselon, atau di atas dan dibawah SEKDA, sedang hangat disorot masyarakat. Banyak komentar dan protes terlontar dari pembaca akan kasus penyuapan ini. Ini salah satunya,

benny tri @ Rabu, 9 April 2008 | 11:27 WIB
Dulunya kamu merayu rakyat untuk memilihmu, kamu mencumbunya dengan uang dan janji-janji tat kala rakyat terjebak dengan ulahmu, kamu meninggalkannya dan membuat hati rakyat menangis dan menjerit melihat tingkahmu, apakah tidak ada tersirat hukuman alam dari tingkahmu itu ? dunia itu sempit dan sementara, coba gapai media yang lebih luas dari dunia--semoga kau tidak tuli, dan buta.


Begitu membaca situasi dan melihat berbagai reaksi dari masyarakat, sebagai aparat intel dunia maya, sekaligus penasehat ahli spiritual imaginer, dengan sigap saya lakukan pengumpulan bukti apakah bukti primer, sekunder atau subsider. Saya lakukan analisis intelijen dan investigasi kriminal spiritual secara mendalam agar kasus ini tidak menjalar kemana mana menganggu stabilitas nasional.

Tujuannya, pertama agar masyarakat tidak emosi dan mengambil tindakan di luar hukum. Prinsip negara hukum harus tegak. Entah itu hukum rimba, hukum dagang atau dagang hukum, hukum adat atau setengah ngadat. Kedua, agar peristiwa memalukan tersebut tidak menular dan memberi inspirasi penyimpangan, penyuapan, korupsi, bagi para pejabat publik lain atau bagi para pemilik modal yang pengin beramal dengan menyogok anggota DPR. Ketiga, agar kasus penyuapan anggota DPR dengan melibatkan ABG (anak baru gede) sebagai PSK tersebut bisa ditempatkan dalam perspektif hukum yang pas, tidak menceng ke sana kemari. Penyuapan ya penyuapan, PSK ya PSK, DPR ya DPR, SEKDA ya SEKDA. Jangan dicampur aduk. Semua harus lurus dalam perspektif masing masing. Kalau toh suatu saat terjadi bersamaan, itu namanya nasib. Bencana dan kenikmatan kadang bisa terjadi bersamaan tak terduga.

Ehhhm. Inilah hasil analisis saya. Pertama mengenai alibi penyuapan. Mengapa harus ditangkap dan diributkan ? Mungkin saja ini merupakan bagian dari hak azasi anggota DPR atau SEKDA. Perlu di kaji secara lebih dalam semua peraturan dan perundangan tentang fungsi dan sumpah anggota DPR dan SEKDA. Jangan jangan memang soal suap menyuap dijamin oleh sumpah jabatan mereka. Apalagi jika pejabat pejabat ini selama masa kanak kanak jarang disuapi oleh ibunya. Mungkin tidak pernah. Jika pernahpun mungkin oleh pembantu. KPK harus hati hati, menindak penyuapan yang merupakan hak asasi bisa dituntut ke mahkamah internasional. Masyarakat juga harus ikhlas dan pasrah oleh karena kasus kasus seperti ini sudah lajim. Sudah menjadi konvensi dalam dunia perlemen. Kebiasaan yang sudah lajim.

Kedua mengenai keterlibatan ABG sebagai PSK. Perlu dikaji secara lebih rinci, oleh karena dalam memperjuangkan nasib rakyat banyak, baik SEKDA atau anggota DPR harus banyak bergaul dengan masyarakat bawah. Termasuk bergaul dan berdiskusi dengan PSK. Mendengar suara dari bawah. Mendalami dan menyalurkan arus bawah. Terutama di bawah pusar. Jangan hanya menyuarakan bagian atas. Jika bagian atas sudah mengendor toh bisa ditarik ke atas dengan operasi plastik (katanya La Rose). Tetap tegak seperti papaya. Dugaan bahwa kasus penyuapan itu disertai dengan penyediaan pelayanan seksual oleh ABG PSK, susah dibuktikan secara hukum. Pada waktu penangkapan terjadi sang burung piaraan anggota DPR tidak sedang berkicau. Kalau toh misalnya, si PSK sedang memilin milin sang burung piaraan anggota DPR, kalau dilakukan mau sama mau, tahu sama tahu, KPK mau apa? Bisa saja sang anggota DPR menggunakan prinsip terduga tanpa salah ''Burung burung saya sendiri kok sampeyan mau ikut ikut urusan. Mentang mentang jadi KPK. Emangnya anggota KPK tak suka pelihara burung?"

Ketiga mengenai tempat penyuapan, kok di hotel bintang lima ? Di Ritz Carlton Hotel. Masalah tempat memang sudah disepakati dan direncanakan, oleh penyuap, penerima suap, penyidik. Masak mau suap menyuap nggak boleh di hotel? Mana mau suap menyuap di kandang kerbau. Bau tahi kerbau sudah mengurangi animo untuk saling suap menyuap. Tidak ada hukum yang mengharuskan bahwa penyuapan harus dilakukan di kandang kerbau.

Keempat mengenai motif penyuapan. Diduga berkaitan dengan status hutan agar bisa diubah jadi hutan yang bisa dikelola dan dikomersialkan. Sah sah saja. Mau jadi hutan lindung, mau jadi hutan HPH ( hak penguasaan hutan), itu kan terserah saja sama selera pejabat berwenang. Mengapa pusing pusing. Pengelolaan hutan ya harus mentaati hukum rimba. Mau tebang pilih Indonesia (TPI) atau tebang habis itu hanyalah sekedar retorika.

Kelima mengenai keterlibatan ABG yang baru berumur belasan tahun. Secara logika mungkin ada saja dasarnya. Kalau mau kongkow kongkow antara penyuap dan tersuap, masak harus ngundang PSK yang sudah manula (manusia usia lanjut) ? Apa harus ke panti jompo ? Sori mek. Mau suap menyuap, mau sogok menyogok, dengan PSK kok nggak ngajak ajak. Kalau pengin aman ya ajak teman sebanyak mungkin. Belum tentu mereka tidak suka sogok menyogok, suap menyuap, apalagi kalau ada PSKnya. Prinsip pemerataan dan solidaritas.

Saya minta NYI untuk membaca analisis saya ini. Komentarnya singkat. Logika hukumnya terbalik balik nggak karuan. Ya, apa boleh buat. Mana sih ada logika yang masih pas dalam dunia hukum dan politik kita. Yang penting saran saya sederhana. Aja kagetan, aja gumunan. Jamane jaman edan. Nek ora ngedan ora keduman. (Jangan kaget, jangan heran. Jamanya jaman gila. Kalau nggak ikut gila nggak akan kebagian). Yang kita saksikan adalah sandiwara besar kehidupan politik dan hukum di Nusantara.

Salam damai

Ki Ageng Similikithi

(Kolom Kita Kompas Cyber, 11 April 2008

Monday, April 7, 2008

Catatan yang tersisa

Tulisan tentang Geng Sekolahan oleh Anonymous – Jakarta Selatan beberapa waktu lalu, (http://www.kompascommunity.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=62004§ion=92) mengingatkan saya akan bahasan serupa yang pernah ditulis anak saya almarhum Moko lebih sepuluh tahun lalu. Tulisan itu saya temukan di antara tumpukan buku buku di meja belajarnya. Mungkin bagian dari tugas sekolahan. Berjudul Remaja Harapan Bangsa. Walau sudah lewat sepuluh tahun, mungkin tulisan ini bisa sedikit menggambarkan kegelisahan anak remaja tentang dunianya. Ibunya juga menemukan tullisan pendek berisi doa doa di dalam sabuk yang dikenakan saat kecelakaan itu terjadi. Tulisan tulisan tersebut masih tersimpan. Untuk mengenang pesan terakhirnya.

***

Remaja harapan bangsa

Akhir akhir ini di ibu kota sedang diguncang dengan masalah tawuran remaja yang terjadi di sekolah sekolah lanjutan. Korban korban pun berjatuhan, bahkan sampai ada yang meninggal dunia. Keadaan itu tentu saja sangat memprihatinkan bagi seluruh penduduk di ibu kota, bahkan seluruh bangsa Indonesia pun ikut merasakan. Remaja sekarang sudah berbeda dengan remaja zaman dulu. Remaja zaman dulu masih sadar akan kewajibannya sebagai pelajar, sedangkan remaja pada jaman sekarang terlalu banyak menuntut dan meminta tanpa menghasilkan prestasi yang berarti.

Tetapi bagaimanapun semua ini bukan hanya salah dari para remaja itu sendiri. Pengaruh keluarga dan lingkungan di sini juga sangat berperan, di samping pengaruh dari perkembangan teknologi dan kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Sebagai contoh adalah kebudayaan pemakaian ekstasi, dan obat obat terlarang lainnya di kalangan remaja yang akhir akhir ini semakin ramai dibicarakan. Penggunaan ekstasi ini sebenarnya datang dari luar negeri atau pengaruh dari kebudayaan asing, maka di sini moral dan hati nurani remaja itu sendiri yang harus menyaring apakah kebudayaan asing tersebut baik ataukah tidak bagi dirinya.

Sebenarnya para remaja tersebut belum mengerti benar kewajiban dan hakekatnya sebagai remaja. Jika mereka tahu kewajiban mereka adalah belajar dan menuntut ilmu dengan giat, sedangkan hakekat mereka adalah sebagai tumpuan harapan bangsa yang kelak akan menggantikan angkatan angkatan sebelumnya yang telah pension untuk membawa bangsa ini menuju kea rah yang lebih baik, maka seharusnya mereka menjaga dan mempersiapkan diri untuk mendapatkan "tongkat estafet" meneruskan pembangunan negeri ini.

Oleh karena itu sebagai tumpuan harapan bangsa, para remaja itu seharusnya kreatif mengembangkan kebudayaan mereka sendiri, jangan sampai kebudayaan mereka hilang, dan mereka dijajah oleh kebudayaan asing yang belum tentu baik bagi mereka. Dan sebagai tumpuan harapan bangsa mereka juga harus selalu bersatu dangan para temaja yang lain di dalam negeri ini, untuk bersama mengadakan kegiatan kegiatan remaja dalam rangka mengembangkan kreatifitas, menyiapkan fisik dan mental, untuk kelak membangun bangsa yang mereka cintai ini.

Jadi tumpuan harapan bangsa para remaja itu seharusnya menjaga diri dan mempersiapkan diri mereka untuk kelak akan meneruskan pembangunan di negeri ini. Merke tidak hanya siap dengan otak yang cerdas, tapi juga keluhuran budi, kecakapan sikap agar kelak nasib bangsa kita akan lebih baik di tangan mereka.


***

Tulisan tersebut kami masukkan dalam buku Perjalanan Terakhir yang kami terbitkan dan sebarkan dikalangan teman, sanak keluarga untuk mengenangnya. Mungkin tulisan itu tak terlalu istimewa isinya. Tetapi tetap merupakan kenangan dan cerminan isi hatinya yang mungkin kami memang jarang berkesempatan untuk saling berbagi. Hanya sesudah dia pergi saya bersama ibunya sering sering membaca tulisan dan doa doanya.. Hanya catatan yang tersisa.

Salam damai

Ki Ageng Similikithi

(Dimuat di Kolom Kita Kompas Cyber, 7 April 2008)