Wednesday, December 24, 2008

Ah pura pura tidak kenal

Ini cerita dari pertengahan sembilan puluhan. Sore sore saya bersama NYI dan anak saya almarhum Moko, mau beli sesuatu di mall Malioboro. Kami naik lift dari ruang parkir. Ada beberapa pengunjung yang bersama dalam lift. Saya tak begitu memperhatikan. Tiba tiba saja saya menyadari kalau satu di antara yang berada di lift adalah teman sejawat, Mr. X, yang pernah duduk bersama bertahun tahun dalam salah satu komisi di kampus. Saya menyapanya dengan ramah dan hangat. Saya ajak dia bersalaman. Agak terkejut melihat reaksinya. Dingin seolah belum pernah kenal. Saya tak memikirkannya. It is not a big deal.

Baru kemudian NYI cerita setelah keluar dari lift, kalau Mr. X sudah melihat saya sejak kami masuk lift. Dia tak menyapa, hanya menatap sepintas, walau kami telah kenal baik bertahun tahun. Beberapa hari kemudian, dalam perjalanan ke Jakarta, kami bertemu tak sengaja di bandara. Dia menjawab sapaan saya dengan dingin seolah belum kenal. Dan kemudian menghindar menemui temannya yang lain. Mr.X memang sudah beberapa tahun berdomisili di Jakarta. Pejabat tinggi di pemerintahan, dekat dengan RI 1. Tak mungkin dia tak mengenal saya oleh karena kami bekerja bersama selama bertahun tahun. Tetapi nggak tahulah, mungkin jabatan barunya di Jakarta membuatnya lupa koleganya. Atau dipikirnya saya akan meminta fasilitas ini itu. Tak ada dalam kamus saya boo. Tak pernah terpikir memanfaatkan teman dan persahabatan.

Di akhir tahun delapan puluhan. Di stasiun Ambarawa, saya bersama anak anak di hari Minggu melihat lokomotif pensiunan. Saya melihat seorang kolega muda, asisten ahli di rumah sakit pendidikan, Mr Y. Kebetulan beberapa minggu sebelumnya datang ke kantor saya, konsultasi penelitian. Saya sediakan waktu khusus ok kebetulan saya juga memberikan mata kuliah itu. Saya sapa dengan ramah ok saya pikir dia baru saja konsultasi sama saya. Anehnya dia seolah nggak kenal sama sekali. "Anda siapa ya? Kenal saya di mana?" jawabannya mengejutkan. Agak tersipu saya ok pertemuan di muka umum. Anak anak saya pada bilang " Bapak sok akrab sih". Beberapa hari kemudian, sekretaris saya memberitahu kalau Mr. Y yang dulu konsultasi barusan lulus pendidikan spesialisnya. Cepat benar berubah, hanya beberapa minggu ganti predikat sudah seolah "lupa". Begitu berbeda sewaktu dia datang minta konsultasi.

Kelupaan memang kadang datang menghinggapi tanpa kita sadari. Tak selamanya kita akan ingat siapa siapa yang pernah kita jumpai sebelumnya. Ini alamiah belaka. Saya juga sering kelupaan. Terutama mereka yang sudah lama nggak ketemu. Biasanya sikap kita menjadi agak kikuk jika tak bisa mengingat siapa yang menyapa kita. Rasanya malu karena kita kehilangan daya ingat. Juga ada rasa bersalah seolah kita menganggap remeh orang yang sebenarnya kenal sama kita. Kadang untuk menutup rasa kikuk kita berusaha mengalihkan pokok bicara seolah kita kenal betul. Dua tahun lalu dalam sebuah negosiasi antar negara, salah seorang pimpinan delegasi dari Butan menyapa dengan ramah " Ki how are you. Long time no see". Saya agak terkejut, sama sekali lupa siapa dia dan saya belum tahu kalau dia ketua delegasi dari Butan. Mencoba menutupu rasa kikuk saya menjawab sekenanya " Yes the last time we met, a few years ago in Delhi". Lebih terkejut lagi sewaktu dia menjawab spontan " Ki, we are getting old. We met in Yogya, 15 years ago. I am Sonam from Bhutan".

Baru sadar saya dia adalah kenalan lama yang datang ke Yogya 15 tahun lalu. Jelas saya masih ingat benar. Saya selalu menyampaikan salam lewat kolega2 juniornya jika ketemu dalam forum internasional. Lima belas tahun berlalu, banyak perubahan baik fisik maupun profesi. Lima belas tahun lalu, dia masih muda, sangat tampan seperti aktor Bollywood. Sekarang dengan cambang lebat, muka berwibawa, dia menjadi menteri di pemerintahannya. "I must apologize for not recognizing you. You look great, my friend". Saya terang terangan minta maaf. Model cambangnya banyak merubah konstelasi roman mukanya. Cambangnya sangat bagus, seperti cambang Burisrawa gandrung dalam cerita wayang orang.

Selain kelupaan yang bersifat alamiah fisiologis, banyak kebiasaan kelupaan atau pura pura lupa karena faktor jabatan dan martabat. Kadang orang lupa karena jabatan baru yang dipegangnya, atau karena kekayaan yang diraihnya. Tidak otomatis sebagai syarat untuk kenaikan pangkat. Tak semua orang akan berperilaku demikian. Hanya yang saya pengin tahu secara kualitatif, bagaimana rasa dibalik pura pura lupa tidak kenal itu ya? Jika kita kebetulan lupa sama orang yang pernah kita kenal yang menyapa kita, rasanya kok kikuk dan merasa bersalah. Tetapi bagaimana rasanya mereka yang pura pura tidak kenal teman karena jabatan barunya. Nggak tahulah. Tak bisa saya menjelaskannya. Hanya pesan singkat "Aja kagetan. Aja gumunan. Aja dumeh".

Salam aja dumeh
Ki Ageng Similikithi

http://community.kompas.com/read/artikel/1926

3 comments:

Ki Ageng Similikithi said...

Ini komentar dri pak Kenthut (Dr Eddhie Prasetya Utomo, Bandung), yang masuk ke email saya.
-----------------------------
Membaca tulisan Pak So Ini menjadi suatu cerita yang menarik.Pengalaman yang sama sering saya temukan juga. Pada tahun 1992-1995, saya dengan team melakukan tugas survei hidrogeologi didaerah Wonosari-Wonogiri. karena sifatnya survei integrasi, bukan hanya dari geologi saja pelaksanaya, tetapi melibatkan pula dari disiplin ilmu lain. Waktu itu kelapangan bersama, melakukan publikasi bersama, di shooting TVRI bersama dan macam-macam event dilakukan bersama.

Mulai th 2002, ybs posisi-nya menjadi struktural eselon II. Masih kadang-kadang bersapa. Kemudian beberapa tahun kemudian menjadi eselon I. Mulai saat itu seolah juga sudah tidak kenal sama sekali jika bertemu. Jaga jarak. Waduh kok ya saya sok ramah didepan dia, yg kemudian didepan orang banyak dia ngomong gak ingat tentang pernah bersama dilapangan.

Ini juga saya temui dengan kolega terutama yang bekerja di Departemen. Dimana suasana birokratis sangat kental. Yg tadinya kenal, setelah jadi pejabat kok berubah seolah gak kenal. Diajak salaman juga mukanya tengok kanan tengok kiri, gak perhatian dengan yg sedang bersalaman. Pengalaman ini sering saya jumpai bila bertemu dengan pejabat-pejabat atau senior-senior yang pegang jabatan di jaman ORBA.

Saya sering memperhatikan POST POWER SYNDROME pada mereka yang sudah pensiun dari jabatannya. Itu akibat ulah mereka sendiri. Sering mereka yg sudah pensiun datang ke kamar kerja saya dan CURHAT. Lho kok balik kenal lagi yaa, dalam pikiran saya. Apalagi kalau kemudian ditambah dengan pernyataan ingin gabung mengerjakan sesuatu. Ini memang realita yg ternyata cukup sering saya alami hingga sekarang, dan membuat saya harus hati-hati atau pilih-pilih kalau bersikap ramah baik kepada senior di instansi pemerintah maupun di perusahaan BUMN ataupun di apa saja.

Sebenarnya saya punya rasa malu kalau sampai lupa pada mereka yg pernah kenal dengan saya, tetapi kok ada juga orang yg terus terang ngomong tidak pernah kenal/berhubungan setelah jadi pejabat atau bermateri cukup atau sukses dibidangnya. Itulah realita. Demikianlah sedikit pengalaman dari saya.

Terimakasih dan SELAMAT HARI NATAL kepada keluarga yang merayakannya. Salam Pak Kenthut

Anonymous said...

Pejabat (Gaya pejabat) memang banyak seperti itu. apalagi kalau nerima uang lalu lupa (pura2 lupa) itu sudah biasa tapi kalau ngutang lalu lupa.. jadi luar biasa kan?

Ki Ageng Similikithi said...

Salam hangat. Yang parah kalau nggak cuma pura pura lupa, tetapi mengecilkan pihak yang menyapa. Saya pernah berjumpa dengan seorang kenalan, saya sapa baik baik. Dia seorang dosen, jawabannya aneh sampai saya nggak bisa mengerti how stupid his remark. "Anda nggak terpakai di Indonesia kok masih ditampung di Manila ya. Heran saya?" saya pikir ini komentar orang yang sama sekali nggak tahu dunia luar. Jika tokoh2 teras kita yang nota bene pemegang kebijakan saja demikian sempit, nggak heran jika bangsa ini hanya jalan ditempat berdebat prekara masalah yang nggak relevan.