Thursday, June 30, 2011

Vaginoplasty

“ Lampu” teriak Dr. Pram memecah kesunyian di kamar operasi. Pagi itu di awal tahun 1974, beliau sedang melakukan operasi vaginoplasty di rumah sakit Kandungan dan Kebidanan Mangkubumen, Yogya. Terhenyak saya mendengar teriakannya. Saya masih ko-asisten mendapat tugas mengarahkan lampu ke daerah operasi. Cepat cepat saya benarkan arah sinar lampu. Perhatian saya terganggu karena permintaan mas Pur, fotografer yang bertugas mengabadikan jalannya operasi. Kami tidak begitu terkejut akan teriakan Dr. Pram, kebiasaannya memang begitu. Mas Pur, fotografer itu kadang2 terlalu aktif di hadapan ko as, melebihi para dokter asisten ahli.

“ Siapa yang menyiapkan pasien ini?”. Ganti pertanyaan ditujukan ke asisten operasi. Almahum Dr. Suro, sedikit terkejut. “Kok kurang bersih gimana sih ?”. Dokter Suro coba menjelaskan. “Tadi saya cek, rambutnya sudah bersih dicukur Dok”. “Mas, saya tidak tanya cukur pubes. Tetapi itu organ yang mau digarap kok masih kotor dan bau”. Tim asisten operasi semua terdiam. Tak ada gunanya mencari dalih. Dr. Suro dengan sabar membersihkan vagina dan daerah sekitar vagina.


Dr. Pram kemudian mulai operasi trans vaginal. Hati hati sekali memotong dan menyambung jaringan jaringan yang telah kendor. Pasien mengalami prolapsus vagina. Organ vagina melorot oleh karena otot2 dan jaringan penyangga sudah kendor. Pasien berumur sekitar lima puluh tahun. Isteri seorang pejabat di propinsi. Alasan operasi memang pertimbangan medis semata mata. Sambil operasi, Dr. Pras cerita, jika pasien ini adalah kasus ketiga yang dioperasi dengan teknik ini. Temannya di Denpasar telah melakukan operasi sebanyak tujuh kali. Mereka janji akan mempresentasikan hasilnya di konggres nasional tahun depan. Ada semacam pacuan di antara kedua sahabat itu. Operasi berjalan lancar, selesai dalam waktu dua jam.

Vaginoplasty adalah operasi yang bertujuan untuk merekonstruksi kelainan di organ vagina, penunjang vagina dan jaringan mulut vagina karena berbagai sebab (http://en.wikipedia.org/wiki/Vaginoplasty ). Yang paling sering adalah kelainan karena mengendornya jaringan otot vagina dan penunjang vagina, sehingga kantung vagina melorot turun. Jelas ini membawa dampak terhadap fungsi seksual, terhadap bentuk estetika vagina dan juga menyebabkan keluhan tidak enak untuk pasien. Sebagian besar alasan vaginoplasty adalah karena pertimbangan medis dan kesehatan.

Namun dengan berjalannya waktu dan membanjirnya budaya komersial, disertai meningkatnya tuntutan dan selera kaum wanita, semakin banyak operasi vagionaplasty yang tujuannya bukan semata mata untuk rekonstruksi medis, tetapi untuk tujuan estetika semata mata. Untuk memperbaiki penampilan vagina dan alat alat sekitar vagina, misalnya bibir vagina, jaringan klitoris. Yah mungkin biar penampilannya lebih cantik menawan dan memikat pasangan. Bahkan juga untuk menutup kembali selaput dara yang telah robek karena perkawinan. Ini semata mata hanya indikasi social, bukan medis. Karena ada permintaan pasar, tak ayal lagi pelayanan vaginoplasty estetika semakin populer, semakin mahal dan jadi simbol gengsi.

Vaginoplasty estetika populer dikalangan kaum wanita kelas atas yang berduit dan kalangan selebriti. Mungkin demi gengsi, atau demi meningkatkan popularitas di kalangan penggemar. Walau sudah kawin, hymen atau selaput dara yang sudah robek atau hilang, bisa ditautkan kembali atau ditambal dengan jaringan lain. Perawan kembali walau hanya secara artifisial. Dalam konteks non rekonstruksi, vaginoplasty juga bisa untuk meremajakan kembali jaringan vagina, mengembalikan kekencangan otot otot dan meningkatkan penampilan estetika dan kepuasan sang pasangan.

Tak dimungkiri, kini vaginoplasty seolah menjadi bagian budaya popular kelas atas, kalangan orang berduit dan selebriti. Bukan lagi hanya sekedar untuk memperbaiki disfungsi vagina karena sebab sebab medis seperti yang digambarkan dalam operasi di atas. Orang bisa minta dioperasi agar Ms. V bisa tersenyum manis menarik sang pasangan. Bisa untuk memperbaiki penampilan bibir vagina. Ada bibir yang mungkin terlalu besar, bergelantungan tak beraturan, bisa diperbaiki supaya bisa mungil dan menawan. Mungkin juga beralasan. Jika penampilan Ms. V tidak menawan, serong ke kiri, serong kekanan, dengan bibir bergantungan tak beraturan, bisa bisa sang burung tidak mau berkokok, mampir, apalagi masuk. Manusiawi lah.

Yang menjadi berlebihan karena kemudian ini dipromosikan sebagai salah satu simbul budaya pop kelas atas. Budaya kekinian yang mahal. Bayangkan bagaimana bangganya sang selebriti kita DP sesudah menjalani vaginoplasty selaput dara (http://kayosakti.blogdetik.com/2011/06/04/dewi-persik-perawan-lagi-biarpun-janda/). Mungkin bagi yang bersangkutan ini sebagai aktualisasi diri sebagai artis papan atas. Bahkan tripnya digabung dengan umroh, biar semakin afdol. Bagi sang produser, meningkatnya popularitas bisa untuk menggaet penggemar, menggaet pasar. Bayangkan bila image sang selebriti tersebar luas, wah Ms. V nya sudah melorot, sudah kendor, sudah miring sembilan puluh derajad. Jelas para penggemar lari. Sori mek sori sori. Ini harus dicegah secara proaktif, vaginoplasty, walau harus bayar milyaran.

Ketika saya omong omong dengan beberapa teman ahli kandungan dan kebidanan, menghadapi komersialisasi dan penyebarluasan image vagionaplasty ini di kalangan orang berduit dan selebriti papan atas, ada ada saja inovasi yang mungkin bisa dilakukan. Perlu langkah langkah untuk menyelaraskan (alignment) dengan merebaknya budaya korupsi, penyimpangan, politik uang di tanah air. Saya sarankan dokter dokter tersebut membuat inovasi teknologi dan kemitraaan (alliance) dengan pengusaha melalui mekanisme pasar. Sokur kalau bisa dipasarkan untuk ekspor. Salah satu inovasinya, bagaimana kalau dokter dokter itu bekerja sama dengan produsen jenang atau wajik. Entah jenang Kudus atau dodol Bandung, untuk menyubal Ms. V saat vaginoplasty biar tambah lekat. Atau kemitraan dengan pedagang rujak cingur, biar aromanya semakin aduhai dan menggoda.

Wah wah wah edan kabeh. Maaf malah ngelantur. Terlalu vulgar mungkin.

Salam damai

Ki Ageng Similikithi

Manila, 30 Juni 2011
(http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939#!/note.php?note_id=10150244848488467)

Ciuman bibir

Terhenyak saya membaca tulisan di Kompas yang mengatakan bahwa banyak wanita Indonesia yang tidak tahu dan tidak merasakan puncak kenikmatan hubungan seksual (orgasmus) dengan pasangannya (http://health.kompas.com/index.php/read/2011/06/26/22443255/Banyak.Perempuan.Tak.Tahu.Orgasme). Tulisan semacam ini memang sudah banyak di terbitkan di kepustakaan. Tetapi kali ini berdasarkan pengalaman yang diungkapkan oleh seseorang yang sangat banyak mengamati dan mendalami permasalahan hubungan pria dan wanita di dunia nyata, Liany Hendranata. Pandangannya bukan semata mencerminkan pandangan teori dunia akademis, tetapi mencerminkan apa yang banyak dialami wanita di dunia nyata.

Saya bukan ahli dalam seksologi. Juga bukan marital counselor. Tetapi sejak tulisan ringan tiga tahun lalu tentang ciuman pipi (http://www.facebook.com/notes/ki-ageng-similikithi/tulisan-lama-3-tahun-lalu-cipika-cipiki-di-kolom-kta-kompas/10150243731363467) banyak komentar dan masukan yang berkaitan dengan ciuman bibir dan masalah kepuasan puncak hubungan seksual. Karena saya bukan ahlinya, dan saya juga tidak mengkhususkan tulisan saya dalam hubungan seksual , maka komentar dan masukan tersebut tak menjadi bahan ulasan lebih lanjut. Tetapi membaca pendapat Liany Hendranata dalam rubrik kesehatan Kompas tadi, saya ingin ungkap beberapa kasus, mungkin bermanfaat sebagai masukan, renungan dan bahan diskusi. Terutama untuk kalangan wanita mengenai masalah ciuman bibir dan puncak kepuasan seksual.

Coba kita simak kasus kasus dibawah ini. Silahkan komentar dan bagi bagi pengalaman, analisis dan pandangan. Bukan dari sisi ahli, tetapi dari sisi pelaku yang mengalami sendiri. Kasus kasus ini datang lewat dunia maya mengomentari tulisan tulisan di atas.

Kasus pertama.
Seorang wanita karier, pendidikan tinggi dari kelompok menengah, umur sekitar empat puluh tahun. Berkeluarga dengan suami seprofesi, selisih umur kira kira sepuluh tahun. Suami pilihan sendiri dan ada masa pacaran beberapa tahun sebelum kawin. Putra tiga, yang nomer satu sudah hampir masuk universitas. Karier profesi berjalan bagus dengan jejaring luas. Mengatakan bahwa selama lebih lima belas tahun terakhir semenjak kelahiran putri pertama tidak pernah merasakan puncak kenikmatan dalam hubungan seksual. Juga tidak pernah lagi melakukan ciuman bibir bersama sang suami seperti saat pacaran dan saat awal perkawinan. Bahkan mengatakan sudah lupa cara dan rasa berciuman bibir. Hubungan seksual dilakukan hanya sekedar menjalani tugas sebagai isteri. Hubungan dengan suami dingin karena sebab yang tak diungkapkan. Tak pernah mengungkapkan masalah ciuman dan hubungan seksualnya dengan sang suami. Tak pernah melakukan hubungan dengan orang lain, meski punya kawan dan jejaring luas.

Kasus kedua
Seorang wanita muda dengan pendidikan tinggi, umur awal tiga puluhan, baru merangkak membina karier profesi. Juga mempunyai usaha swasta. Berputra tiga dan bersuamikan seorang pengusaha muda. Belum mapan benar. Suami sangat sibuk dalam berusaha sehingga nampaknya waktu dan perhatian untuk isteri dan keluarga tidak optimal. Dia mengatakan sudah 7 tahun lebih tidak pernah melakukan ciuman bibir. Masih berhubungan badan tetapi kurang optimal karena kesibukan suami. Paling banter sebulan sekali dua kali. Masih bisa menikmati puncak kenikmatan seksual, tetapi sudah menurun. Tidak seperti waktu awal perkawinan. Hubungan seksual hanya cepat cepatan asal puas. Asal cepat selesai. Ingin sekali merasakan kembali berciuman bibir, tetapi tak sampai hati mengatakan keinginanya ke sang suami. Walaupun berkomitmen sangat kuat untuk tetap mendampingi suami, dia merasa rasa cinta dan simpati ke suaminya mulai menyurut. Bertransformasi menjadi rasa kasihan. Berkeingian kuat untuk menikmati kenikmatan berciuman bibir, ingin menikmati kembali cumbu rayu, dan ingin lebih menikmati puncak kepuasan seksual.

Kasus ketiga
Seorang ibu rumah tangga, umur lewat pertengahan lima puluhan, pendidikan menengah. Suami selang umur 3 tahun lebih tua. Pernah punya usaha, ditinggalkan karena mengikuti kesibukan suami. Berkecukupan dengan status sosial bagus. Tak banyak kawan dan jejaring social. Putra 5 sudah berkeluarga semua. Suami dikenal sejak mahasiswa dan pacaran beberapa tahun sebelum kawin. Ciuman bibir masih dilakukan dengan hangat walaupun tak membara seperti di jaman pacaran dan waktu masih muda. Masih menikmati hubungan seksual dan puncak kenikmatan seksual, walau tidak sesering sewaktu masih muda. Puncak kenikmatan seksual dalam berhubungan dinikmati semenjak pacaran dengan sang suami. Sekarang hanya seminggu sekali atau lebih jarang. Sejak awal perkawinan selalu berhubungan badan dengan suami setiap hari, atau paling istirahat sehari dalam seminggu. Komunikasi dengan suami cukup tebuka mengenai masalah seksual walau tidak sampai vulgar.


Apakah yang bisa dipetik dari ketiga kasus di atas ?

Masalah kepuasan seksual dan status hubungan pasangan suami steri sangat kompleks dan multi dimensi. Tak bisa disangkal jika hubungan emosional dan keharmonisan hubungan antara masing masing anggota pasangan sangat menentukan. Ada hubungan dekat antara kebiasaan berciuman bibir, ber mesraan dan bercumbu rayu antara kedua anggota pasangan dengan kemampuan untuk mencapai puncak kenikmatan seksual. Ketidak mampuan melakukan ciuman bibir mungkin bisa menjadi tanda awal munculnya masalah hubungan seksual dan masalah keharmonis hubungan ke dua pasangan.

Juga ada hubungan dekat antara kegagalan berkomunikasi antara kedua anggota pasangan dengan meningkatnya masalah hubungan seksual yang mulai dengan masalah ciuman bibir. Saya merasa kaget di alam keterbukaan komunikasi saat ini, masih banyak pasangan yang tak mampu mengembangkan budaya keterbukaan dalam kebiasaan berciuman dan berhubungan badan.

Tak ada gunanya buka buka jika tidak disertai dengan cumbuan cumbuan mesra. Jangan membiasakan diri untuk buka buka, asal cepat terpuaskan. Rebat cekap nimas. Itu tak bertanggung jawab.

Sekali lagi, saya bukan ahlinya. Ini pandangan awam saja. Pandangan anda berdasarkan pengalaman masing masing akan sangat berharga demi pembaca yang lain. Masihkan anda berciuman bibir ? Masihkah anda menikmati puncak kenikmatan seksual ?

Bersatulah para wanita, untuk menikmati cumbu rayu, untuk menikmati ciuman bibir, untuk menikmati puncak kepuasan seksual, dengan orang yang anda cintai. Hidup adalah pilihan. Bukan takdir dan suratan tangan.



Salam sejahtera

Ki Ageng Similikithi

Manila, 29 Juni 2011.

Kisah perjalanan anak manusia - cerita dari seberang lautan

Sudah beberapa hari hujan angin mendera tanpa ampun. Hari Jumat kemarin transportasi Manila lumpuh karena banjir. Terpaksa akhir pekan hanya tinggal di rumah. Kadang menghabiskan waktu, melanglang jagad maya lewat internet. Jam sepuluh malam tadi ada titik merah di kotak chatting face book. “Selamat malam Ki. Happy week end”. Pesan dari Yulia yang tinggal di HongKong. Saya mengenalnya sejak beberapa minggu lalu. Dia bekerja di Hong Kong sudah enam tahun. Saya menjawab singkat “Terima kasih, tak ada happy week end. Typhoon dan banjir”. “Typhoon dari Filipina sudah sampai di HongKong siang tadi Ki. Hanya lewat sebentar. “

Kemudian kami terlibat dalam percakapan maya yang asyik.. Dunia maya memberi kesempatan banyak orang untuk saling menyapa dan memberi salam, di manapun mereka berada. Semua serba cepat. Kadang bisa lihat foto kawan diseberang. Edan, kemajuan teknologi tak terbayangkan. “Jika punya waktu banyak, saya ingin cerita agak panjang ya Ki. Tentang pengalaman hidup ” “Silahkan, terima kasih kepercayaanya. Saya menjadi pendengar setia”.

Paragraf demi paragraf pesannya datang mengalir. Kadang tergangggu hubungan internet. “Keluar masuk secara teratur Ki”. Ceritanya deras dan teratur. Saya menyimak kalimat demi kalimat. Tak menyela sedikitpun. Di akhir cerita, saya bertanya apakah kisahnya dapat dirangkum dan dinaikkan ke internet. Mungkin bisa jadi bahan pemikiran pembaca. Yulia sepakat. Nama dan tempat disamarkan. Kami sempat bertukar pikiraan. Konsultasi lah istilah gagahnya. Edaaan ah, jadi konsultan hubungan asmara dunia maya.

Pagi ini saya buka rekaman catatannya. Agak kesulitan merekonstruksi jalan cerita.. Biasanya dalam format wawancara, ada pertanyaan dan ada jawaban. Tetapi ini menampung cerita lewat pesan maya. Saya susun kembali dengan hati hati, inilah ceritanya.

Setelah lulus SMA, Yulia diajak paman ke Jakarta. Paman waktu itu lagi sukses sebagai penata artistik film hingga bisa meraih piala Citra. Jangan disela ya Ki, biar saya selesaikan dulu ceritanya. Sambil les komputer Yulia melamar pekerjaan dan diterima di satu perusahaan yang waktu itu lagi buka banyak restoran. Yulia bekerja di salah satu restoran milik perusahaan tersebut, di Jakarta. Saat kerja di sana Yulia bertemu dengan seorang pejabat yang menjadi salah satu wakil pimpinan instansi penting di bidang perhubungan. Namanya pak Rasid.

Pak Rasid sudah punya isteri dan lima anak sebenarnya. Tetapi singkat cerita Yulia nikah sama dia di tahun 1992. Pak Rasid cinta setengah mati sama Yulia. Dia seorang anggota militer yang waktu itu diperbantukan ke instansi sipil di mana dia bertugas. Keluarganya semua tahu, juga anak anaknya, kalau pak Rasid menikahi Yulia. Isteri pertamanya menderita sakit kanker leher rahim, sehingga tak bisa lagi melayani suami. Bisa dimaklumi.

Keberuntungan datang bertubi semenjak perkawinan kami. Sebulan setelah nikah dengan Yulia, pak Rasid di promosikan menjadi kepala kantor cabang di Jakarta. Jabatan barunya bisa dikatakan lebih basah saat itu. Baru setahun di sana, dipindah ke Kepala Bagian Perijinan di kantor propinsi. Promosi yang luar biasa. Semula Yulia tinggal bersama pak Rasid di Jakarta. Tetapi kemudian pindah ke Tangerang, dekat dengan rumah orang tua Yulia.. Orang tua Yulia punya toko di Tangerang. Kami tidak dikaruniai anak. Sesudah dua tahun perkawinan, ternyata baru saya tahu kalau suami gak bisa lagi punya anak karena sudah di vasektomi, setelah kelahiran anaknya yang ke lima. Isteri sama anak anaknya tinggal di Bandung waktu itu. Yulia menjalani rumah tangga dengan pak Rasid selama empat belas tahun. Pisah di tahun 2006. Banyak ceritanya. Ada pertanyaan Ki, kok diam saja ?

Pak Rasid datang dari keluarga terpandang di Bandung. Saudaranya banyak yang menjadi pejabat tinggi, termasuk di militer. Keluarganya juga banyak yang jadi pengusaha. Hubungan Yulia dengan keluarga pak Rasid baik baik saja. Keluarga besarnya menerima kehadiran Yulia. Selama jadi isterinya, Yulia yang selalu di ajak kemana mana. Isteri pertamanya sudah nggak mau diajak. Pak Rasid tinggal sama saya di Tangerang, kalau anak anaknya ada perlu, mereka akan tilpon, baru pak Rasid pulang ke Bandung. Anak anaknya semua sudah sukses.

Pak Rasid terbiasa hidup di dunia keras sebelum menduduki jabatannya saat itu. Sebelum nikah sama Yulia dia suka mabuk, judi dan main perempuan. Tenang Ki, saya masih cerita ini. Setelah nikah dia berobah total. Tentu dengan perjuangan dan pengorbanan berat yang mesti Yulia lalui. Pak Rasid sangat temperamental, bertahun tahun Yulia bersabar menerima pukulan, hajaran dan siksaan hanya karena masalah masalah yang sangat sepele. Bahkan terakhir dia mau bunuh Yulia dengan gunting yang sudah siap dia tancapkan ke perut Yulia. Saya mempertahankan nyawa saya walau sampai harus berdarah darah. Yulia sebenanrya sangat berharap dia dapat berubah dan tidak menyakitinya lagi.

Pak Rasid selalu bilang, kalau dia memanggil atau membutuhkan Yulia, nggak peduli apapun harus cepat datang dan melayani. Jika tidak dia akan cepat emosi dan turun tangan, Jika tilpon ke rumah yang angkat tilpon bukan Yulia, dia akan marah besar. Dan saya harus selalu siap menerima kemarahannya dan kekerasannya. Suatu saat Yulia diajak ayah untuk nyekar ke makam kakek, saat pak Rasid sedang ke Bandung. Kebetulan dia tilpon ke rumah, saya nggak ada, waktu pulang dia ngamuk dan marah besar. Semua barang dilemparkan ke saya. Saya dipukuli habis habisan. “Kamu melanggar aturan suami. Ijin nengok orang tua kok malah nglayap ke mana mana”. Saya tak pernah menceritakan kekasarannya ke orang tua saya.

Suatu malam setelah mengalami siksaan, ketika dia lengah saat shalat subuh Yulia kabur dari rumah lari ke rumah orang tua. Saya sujud sama orang tua dan menceritakan semua masalah yang Yulia alami selama empat belas tahun. Saya tidak pernah mengadu ke orang tua sebelumnya. Singkat cerita Yulia mengajukan gugat cerai ke pengadilan agama. Gugat cerai dikabulkan pengadilan setelah satu tahun. Paman Yulia ada yang bekerja di KUA, beliau yang membimbing saya di pengadilan agama. Yulia kemudian lari jauh ke HongKong sampai sekarang karena mantan suami mengancam kalau ketemu dimanapun akan dibunuh.

Saya sudah sering bilang sama dia tolong jangan sering sakiti saya. Kalau habis kesabaran Yulia tak ada celah sedikitpun untuk dia. Selama ini Yulia selalu memaafkan dia. Terakhir saat Yulia memutuskan cerai, dia sujud di kaki dan menangis sejadi jadinya. Tetapi saya sudah tutup semua celah untuk dia keluar masuk.

Jika pas nggak marah dia cinta setengah mati sama saya. Semua permintaan selalu diberikan. Kami sering pelesiran, banyak kali ke Bali. Dia sangat menyayangi Yulia. Saya hanya minta jangan disakiti. Secara ekonomi, dia tidak ngerem, apa saja selalu diberikan untuk memanjakan Yulia. Jika lagi baik, apapun yang saya ucapkan akan segera dia turuti. Beli harta apapun pasti atas nama Yulia. Pada saat cerai di tahun 2006, dia meninggalkan dua rumah dan tanah untuk Yulia. Ki habis ceritaku. Ki saya lega bisa cerita tentang kisah saya. Masih membaca?


Itulah yang diceritakan Yulia suatu semalam lewat chatting. Semua jelas dan gamblang walau hanya dari satu sisi. Beberapa saat saya kemudian bertukar pesan dengannya. Tak ada pretensi untuk menggurui. Tidak sok bijak menasehati. Yulia telah menjalani kisahnya selama empat belas tahun. Banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik. Dia pasti bisa memutuskan yang terbaik untuk perjalanan ke depan.

Banyak wanita mempunyai kebahagiaan semu, berkeinginan memperbaiki tabiat dan kelakuan hitam sang pasangan melalui perkawinan. Berkeinginan berkorban dan menderita fisik ataupun emosi, demi kebahagiaan pasangan. Itu hanya masokisme. Hidup bukanlah hanya untuk berkorban, untuk menderita demi pasangan. Hidup adalah perjalanan bersama. Bahagia bersama. Berjuang dan berkorban bersama, demi masa depan bersama dengan orang yang dicintai dan mencintai.

Akhirnya Yulia cerita akan kembali ke Indonesia tahun depan. Ingin memulai lagi hidup baru, bersama pasangan yang dikenalnya di dunia maya. Dia baik sekali , pesan pesannya selalu lembut di dunia maya. Dunia maya sering mempertemukan pasangan dan kawan hidup.

Kebahagiaan adalah pilihan dalam perjalanan hidup yang panjang. Jika salah langkah suatu saat orang harus berani memutuskan kembali ke jalan semula. Dan meneruskan perjalanan selanjutnya. Hidup bukan sekedar berkorban sia sia, bukan sekedar menderita. Banyak dari kita yang tak berani mengambil keputusan untuk kembali ke jalan semula.



Salam damai, hidup adalah karunia yang harus di dinikmati dan dijalani bersama seseorang yang kita cintai.



Ki Ageng Similikithi

Manila 26 juni 2011.