“Ketiwasan Gus, gawat gawat gawat. Nyai Loro Kidul marah luar biasa. Calon mantu Kanjeng Ratu diambil, sudah tiga hari tidak kembali”.
Awal tahun tujuh puluhan. Sore hari yang panas. Pak Djo, pembantu tua di pondokan Gerjen Yogya, tiba tiba datang menemui saya. Saya baru saja pulang dari praktikum anatomi di Mangkubumen. Capai dan pusing bau mayat campur formalin. Saya belum jelas apa maksudnya, dia masih nyerocos terus, bahkan isterinya ikut nimbrung.
“Nyai Loro Kidul tidak berkenan karena tidak diaturi sesaji. Ditinggalkan dalam persiapan acara perkawinan agung minggu depan”.
Saya masih belum dhong dan menjawab sambil lalu.
“Saya tak kenal Nyai Loro Kidul. Apa hubungannya dengan perkawinan agung putri Kanjeng Ratu ?.
“ Gus jangan berlagak pilon. Calon mantu kanjeng Ratu hilang sudah tiga hari. Pamitnya hari Minggu kemarin ke Parangtritis. Sampai sekarang beritanya ramai di koran. Nyai Loro Kidul tersinggung berat”.
Saya memang tidak mengikuti rutin berita koran. Anak kos tak mampu lengganan koran. Kemudian pinjam koran tetangga sebelah. Memang ramai diberitakan, baik oleh koran lokal maupun nasional, jika calon mantu Kanjeng Ratu, hilang tak berbekas sudah beberapa hari ini. Mestinya sudah harus mulai masuk karantina, dipingit. Dia seorang insinyur lulusan perguruan tinggi terkenal di Semarang. Berpenampilan nggantheng dengan brengos gagah seperti intel. Sudah bekerja dengan karier gemilang di salah satu perusahaan umum milik pemerintah.
Banyak spekulasi berkembang di masyarakat tradisional Yogya tentang periistiwa mengejutkan itu. Ada yang katanya melihatnya waktu di Parangtritis, sang calon menantu, kencing dilaut. Nyai Loro Kidul yang menjadi pacar gelap raja raja Jawa, demikian terbuai melihat sang burung emas, lalu menariknya ke istananya di laut selatan. Kebanyakan percaya, seperti pak Djo, kalau telah ada kekilafan memberi sesaji, sehingga sang Ratu Kidul, tersinggung dan ngadat.
Lupa wartawan mana yang kemudian membeberkan apa yang sesungguhnya terjadi. Dia melakukan penelitian secara mendalam dan mewawancarai banyak saksi yang layak dipercaya. Ternyata sang calon menantu, menghilang pergi bersama kenalan barunya, seorang peragawati yang rumah tinggalnya juga dekat kampung Gerjen. Tak bisa disalahkan. Seminggu lagi akan kawin dengan putri Kanjeng Ratu, seumur hidup harus setia tanpa reserve. Kapan lagi mau bersenang senang sama seorang peragawati selebriti?
Kebiasaan yang umum di dunia kotemporer dengan istilah bachelor party (http://en.wikipedia.org/wiki/Bachelor_party), untuk memperingati kebebasan di malam malam terakhir bagi sang burung. Seminggu kemudian dia memang kembali, tak banyak berita yang menyebutkan pengakuan sebenarnya. Cerita wartawan itu yang melaporkan kalau sang calon menantu rupanya bersembunyi di Tasikmalaya. Bukan Nyai loro Kidul yang tinggal di sana. Tetapi sang peragawatilah yang ada di sana. Maaf tak bermaksud menyinggung siapa siapa
Salam damai,
Ki Ageng Similikithi
Manila, 25 Juli 2011
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150266732138467
Saturday, August 6, 2011
Nama saya DP - konsultasi spiritual
Duduknya tak tenang. Dibalik sikap yang menjurus genit dan wajah menggoda itu tersembunyi kegelisahan jiwa yang dalam. Sebagai penasehat spiritual senior jauh jauh saya telah bisa membacanya. Wanita muda itu duduk bersilang kaki di depanku. Belum tahu siapa dia sebenarnya. Konsultasi spiritual begini sudah berjalan rutin puluhan tahun. Setiap malam Anggoro Kasih. Sejak dari Solo dulu di tahun enampuluhan. Kungkum di Bengawan Solo tengah malam menjadi sarana pengasah ketajaman indera ke enam. Harus tengah malam. Menjelang pagi sudah banyak orang buang air besar di bengawan. Bukan berkah yang didapat jika kesiangan. Tetapi kotoran manusia. Jelek jelek pernah menjadi murid Ki Ageng Gentallogeddy, tokoh spiritual kondang dari Solo yang konon punya wanita simpanan dari laut selatan.
“Panjenengan siapa nimas. Silahkan duduk yang baik dan menghadap ke arah mata hari terbit. Wahyu selalu datang dari Timur”.
Saya mempersilahkannya dengan nada suara dalam. Dia sedikit terkejut. Membetulkan posisi duduk. Satu kaki diangkat naik ke atas kursi. Saya terkesiap. Rok nya tersingkap jelas. Tak bergetar saya. Sudah biasa menghadapi segala godaan atas bawah, luar dalam. Dia memakai celana kolor hitam. Model tahun lima puluhan. Heran saya, luar supra modern, dalam kolor. Jaman memang berubah.
“ Nama saya DP Ki. Saya seorang selebriti terkenal. Pengin konsultasi tentang masalah yang agak intim ya Ki. Tapi mohon jangan disiarkan TV. Untuk di TV tentang hal hal yang intim, saya telah punya penasehat khusus. Ki Ageng hanya saya minta nasehat masalah substansial saja”.
Perasaan saya tak enak. Ada kesan mendikte ini wanita muda. Mentang mentang montok dan cantik. Tak bisa itu diterima. Saya bukan psikiater, tetapi biasa saya mulai analisa dalam. Analisis spiritual. Hening sejenak. Ada kegelisahan jiwa yang berkobar dalam wanita ini. Bisa meledak sewaktu waktu. Moga moga jangan di sini. Bisa masuk koran beritanya. Analisis fisik luar tak butuh waktu lama. Bertubuh bahenol berisi. Bahasa spiritualnya sintal. Gerakan fisiknya selalu penuh goda dan pesona.
“ Nimas saya tak pernah membedakan para klien saya apakah selebriti, bidadari atau isteri kedua. Semua sama di hadapan saya. Ini prinsip kesetaraaan gender. Apa yang menjadi masalah? Katakan sejujurnya.
Dengan gerakan gerakan menggoda wanita muda itu menjawab secara lancar. Kadang2 kakinya naik ke atas kursi. Kadang2 dia menurunkan kerah bajunya. Ingin memamerkan isi dibalik baju. Nampak menerawang. Transparansi dan keterbukaan. Tanpa beha. Bergerak naik turun.
“ Saya ingin tubuh saya bertambah bersinar dengan aura pesona yang dalam Ki. Terutama bagian dada saya. Rasanya kok kurang imaginer bagi para pria. Buah dadaku kurang inovatif”.
“ Dada panjenengan sudah sangat indah menawan nimas. Memberi inspirasi lelaki untuk berimaginasi. Siapa yang bisa menaklukan sampeyan, bakal punya wahyu jadi pejabat, anggota DPR, minimal pengurus partai. Tetapi memang auranya terasa kurang terarah. Kurang terpancar. Makanya sering saja makan papaya. Atau kombinasi papaya mangga, pisang sama jambu. Banyak dijual di Pasar Minggu. Terserah bentuknya yang anda senangi. Modelnya lain lain. Jika kurang besar, seringlah makan buah nangka mentah atau gori. Ini tanggung dada jadi besar berwibawa seperti buah nangka”.
“ Lho kok pakai papaya dan buah nangka segala Ki?. Di luar negeri orang pakai silikon buat membentuk buah dada supaya indah. Apakah teknologi silikon belum dikenal ?. Ki, saya juga barusan operasi vaginoplasty di Arab, juga reparasi keperawanan. Bahkan saya disuruh milih selaput dara, yang kenyal atau yang mendut. Dokter2 kita mestinya belajar teknik ini”.
“ Jangan kagetan. Jangan gumunan nimas. Para dokter di sini juga sudah terbiasa segala macam operasi, suntik silikon, vaginoplasty, sampai permak segala macam onderdil seksual tubuh. Baik untuk kuda, sapi dan para selebriti. Hanya ada kearifan lokal, untuk operasi buah dada, mereka sesaji dengan buah papaya atau nangka. Biar hasil operasinya bagus. Seperti buah nangka atau papaya. Mana tahu dokter Arab akan kearifan lokal kita. Untuk opersi vaginoplasty biasanya ditambah subal pakai jenang dodol atau jadah”.
Ketika mendengar jenang dodol, jadah sama tempe, wanita muda ini semakin bersemangat. Menggali teknologi dan kearifaan tradisional untuk budaya kotemporer, tambal sulam alat tubuh.
‘ Jangan khawatir. Seminggu sekali bisa disubal pakai jenang. Jenang Kudus paling ampuh. Bisa mencekat kencang. Atau jadah sama tempe. Ini bisa sampai memabukkan nanti kalau sang kekasih datang”.
“Ki gimana advisnya untuk menambah aura dan pesona buat para pemuja pria ya? Aura saya akhir akhir ini sedikit terganggu karena TV. Tolong ya terutama para pemuja pria, juga untuk pasangan saya”.
Pertanyaannya kok semakin aneh saya pikir. Tak apalah, dukun tersohor seperti saya tak akan kurang akal. Apa saja klien pasti percaya. Walaupun sadar kalau mereka tertipu, tetapi mereka malah merasa bangga tertipu dukun seperti saya.
“Jangan khawatir nimas. Sering dibilas pakai sambel petis rujak cingur. Auranya meningkat, aromanya menggigit betul. Buat pemuja pria gampang saja, suruh mereka banyak makan pisang raja. Jangan kasih pisang kluthuk, bikin Impoten. Untuk pasangan tetap, tambah dengan lombok rawit, madu sama jahe. Semoga anda aura dan aromanya tambah nges ngesss nimas. Andum slamet ya, ngati ati, ah ah ah”.
Tiba tiba dia beranjak berdiri. Bergerak meliuk liuk. Tari perut dengan gerakan gerakan ritmis. Buah dadanya berputar putar seperti gangsingan. Baru sekali ini dalam perjalanan profesi sebagai penasehat spiritual saya merasa nanar. Kenapa berputar seperti gangsingan? Mungkin tadi minum es teller putar di Bulaksumur. Mungkin saja. Segalanya bisa terjadi di dunia spiritual. Saya semakin larut dalam tarian ritmis itu ketika pintu kamar dibanting keras sekali. Tiba tiba Nyi berdiri bercekak pinggang “Dukun porno. Konsultasi gombal”.
Ah saya sadar dari mimpi dimuka teve. Jatuh terduduk dari kursi. Koran tentang DP masih belum selesai say baca. Isinya tentang DP (http://entertainment.kompas.com/read/2011/07/11/18490554/Pamer.Payudara.Lagi.DP.Tolak.Berkomentar) .
Edan secuil berita kok bisa mengguncang impian manula. Kebebasan pers.
Salam damai
Ki Ageng Similikithi
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150265142113467
“Panjenengan siapa nimas. Silahkan duduk yang baik dan menghadap ke arah mata hari terbit. Wahyu selalu datang dari Timur”.
Saya mempersilahkannya dengan nada suara dalam. Dia sedikit terkejut. Membetulkan posisi duduk. Satu kaki diangkat naik ke atas kursi. Saya terkesiap. Rok nya tersingkap jelas. Tak bergetar saya. Sudah biasa menghadapi segala godaan atas bawah, luar dalam. Dia memakai celana kolor hitam. Model tahun lima puluhan. Heran saya, luar supra modern, dalam kolor. Jaman memang berubah.
“ Nama saya DP Ki. Saya seorang selebriti terkenal. Pengin konsultasi tentang masalah yang agak intim ya Ki. Tapi mohon jangan disiarkan TV. Untuk di TV tentang hal hal yang intim, saya telah punya penasehat khusus. Ki Ageng hanya saya minta nasehat masalah substansial saja”.
Perasaan saya tak enak. Ada kesan mendikte ini wanita muda. Mentang mentang montok dan cantik. Tak bisa itu diterima. Saya bukan psikiater, tetapi biasa saya mulai analisa dalam. Analisis spiritual. Hening sejenak. Ada kegelisahan jiwa yang berkobar dalam wanita ini. Bisa meledak sewaktu waktu. Moga moga jangan di sini. Bisa masuk koran beritanya. Analisis fisik luar tak butuh waktu lama. Bertubuh bahenol berisi. Bahasa spiritualnya sintal. Gerakan fisiknya selalu penuh goda dan pesona.
“ Nimas saya tak pernah membedakan para klien saya apakah selebriti, bidadari atau isteri kedua. Semua sama di hadapan saya. Ini prinsip kesetaraaan gender. Apa yang menjadi masalah? Katakan sejujurnya.
Dengan gerakan gerakan menggoda wanita muda itu menjawab secara lancar. Kadang2 kakinya naik ke atas kursi. Kadang2 dia menurunkan kerah bajunya. Ingin memamerkan isi dibalik baju. Nampak menerawang. Transparansi dan keterbukaan. Tanpa beha. Bergerak naik turun.
“ Saya ingin tubuh saya bertambah bersinar dengan aura pesona yang dalam Ki. Terutama bagian dada saya. Rasanya kok kurang imaginer bagi para pria. Buah dadaku kurang inovatif”.
“ Dada panjenengan sudah sangat indah menawan nimas. Memberi inspirasi lelaki untuk berimaginasi. Siapa yang bisa menaklukan sampeyan, bakal punya wahyu jadi pejabat, anggota DPR, minimal pengurus partai. Tetapi memang auranya terasa kurang terarah. Kurang terpancar. Makanya sering saja makan papaya. Atau kombinasi papaya mangga, pisang sama jambu. Banyak dijual di Pasar Minggu. Terserah bentuknya yang anda senangi. Modelnya lain lain. Jika kurang besar, seringlah makan buah nangka mentah atau gori. Ini tanggung dada jadi besar berwibawa seperti buah nangka”.
“ Lho kok pakai papaya dan buah nangka segala Ki?. Di luar negeri orang pakai silikon buat membentuk buah dada supaya indah. Apakah teknologi silikon belum dikenal ?. Ki, saya juga barusan operasi vaginoplasty di Arab, juga reparasi keperawanan. Bahkan saya disuruh milih selaput dara, yang kenyal atau yang mendut. Dokter2 kita mestinya belajar teknik ini”.
“ Jangan kagetan. Jangan gumunan nimas. Para dokter di sini juga sudah terbiasa segala macam operasi, suntik silikon, vaginoplasty, sampai permak segala macam onderdil seksual tubuh. Baik untuk kuda, sapi dan para selebriti. Hanya ada kearifan lokal, untuk operasi buah dada, mereka sesaji dengan buah papaya atau nangka. Biar hasil operasinya bagus. Seperti buah nangka atau papaya. Mana tahu dokter Arab akan kearifan lokal kita. Untuk opersi vaginoplasty biasanya ditambah subal pakai jenang dodol atau jadah”.
Ketika mendengar jenang dodol, jadah sama tempe, wanita muda ini semakin bersemangat. Menggali teknologi dan kearifaan tradisional untuk budaya kotemporer, tambal sulam alat tubuh.
‘ Jangan khawatir. Seminggu sekali bisa disubal pakai jenang. Jenang Kudus paling ampuh. Bisa mencekat kencang. Atau jadah sama tempe. Ini bisa sampai memabukkan nanti kalau sang kekasih datang”.
“Ki gimana advisnya untuk menambah aura dan pesona buat para pemuja pria ya? Aura saya akhir akhir ini sedikit terganggu karena TV. Tolong ya terutama para pemuja pria, juga untuk pasangan saya”.
Pertanyaannya kok semakin aneh saya pikir. Tak apalah, dukun tersohor seperti saya tak akan kurang akal. Apa saja klien pasti percaya. Walaupun sadar kalau mereka tertipu, tetapi mereka malah merasa bangga tertipu dukun seperti saya.
“Jangan khawatir nimas. Sering dibilas pakai sambel petis rujak cingur. Auranya meningkat, aromanya menggigit betul. Buat pemuja pria gampang saja, suruh mereka banyak makan pisang raja. Jangan kasih pisang kluthuk, bikin Impoten. Untuk pasangan tetap, tambah dengan lombok rawit, madu sama jahe. Semoga anda aura dan aromanya tambah nges ngesss nimas. Andum slamet ya, ngati ati, ah ah ah”.
Tiba tiba dia beranjak berdiri. Bergerak meliuk liuk. Tari perut dengan gerakan gerakan ritmis. Buah dadanya berputar putar seperti gangsingan. Baru sekali ini dalam perjalanan profesi sebagai penasehat spiritual saya merasa nanar. Kenapa berputar seperti gangsingan? Mungkin tadi minum es teller putar di Bulaksumur. Mungkin saja. Segalanya bisa terjadi di dunia spiritual. Saya semakin larut dalam tarian ritmis itu ketika pintu kamar dibanting keras sekali. Tiba tiba Nyi berdiri bercekak pinggang “Dukun porno. Konsultasi gombal”.
Ah saya sadar dari mimpi dimuka teve. Jatuh terduduk dari kursi. Koran tentang DP masih belum selesai say baca. Isinya tentang DP (http://entertainment.kompas.com/read/2011/07/11/18490554/Pamer.Payudara.Lagi.DP.Tolak.Berkomentar) .
Edan secuil berita kok bisa mengguncang impian manula. Kebebasan pers.
Salam damai
Ki Ageng Similikithi
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150265142113467
Hati tak pernah bisa sedingin salju
Malam hari di tahun 1972. Saya sudah beranjak mau pergi . Ketika tiba tiba gadis itu muncul dari balik pintu. Diantara tirai warna biru. Lampu temaram kamar tamu tak memungkinkan mengamati wajahnya dengan jelas. Saya tergagap ketika MUS, kakaknya memperkenalkannya singkat. “ Kenalkan adikku LIN”. Saya menyambut uluran tangannya dengan ringan. Jabatan tangan biasa. Tak menggenggam erat, juga tak longgar sekali. Wajar wajar saja. Sedang sedang saja. Hati tak tergetar, pikiran tak tergoyahkan. Aku selalu ingin sekokoh batu karang. Dihadapan gadis yang baru kenal.
Hanya ketika dia tersenyum lembut, saya sedikit terpana. Ada getaran ringan. Namun tak jelas juga wajahnya. Ah biarlah kesan itu berlalu. Walau seribu bidadari datang menemuiku, hati ini ingin tetap sedingin salju. Jangan hiraukan senyum itu. Ini prinsip. Aku ini bukan lelaki malang yang terbuang.
Dengan langkah ringan saya keluar dari kamar tamu. Sang kakak berucap “ Terima kasih, mau ngantar ya”. Di pintu pagar, LIN berucap “ Main ke sini Mas kalau ada waktu ”. Saya hanya menggumam ringan. Maunya tahan diri, tahan harga. Bergegas saya naik becak dari jalan Gadjah Mada 25 ke Patangpuluhan, tempat pondokan saya. Dua puluh lima rupiah tanpa tawar menawar. Pantang pemuda masa kini tawar menawar dengan sopir becak dihadapan gadis yang baru dikenal.
Sore itu saya dalam perjalanan dari Ambarawa kembali ke Yogya. Sudah hampir gelap ketika di alun alun Magelang, kondektur mengumumkan kalau bis batal menuju Yogya. Hanya sampai Magelang. Saya dan penumpang lain, dipindah ke bis yang sedang menunggu di barat alun alun. Bis Mustika. Hanya ada satu kursi kosong. Saya duduk di situ. Bersebelahan dengan seorang gadis. Berpenampilan tinggi kokoh. Kuat seperti karateka. Kami berkenalan dan bicara ringkas. Dia kuliah di fakultas hukum UGM. Sampai Yogya sudah gelap. Dia turun di Bausasran. Saya ikut turun. Tak terpikir panjang, saya mengantarkannya ke tempat pondokan di jalan Gadjah Mada. Dia mondok bersama adiknya LIN, katanya kuliah di AKUB.
Malam harinya saya teringat kembali senyum itu. Teringat kata kata itu. Wajah LIN terkesan lembut dalam keremangan malam. Ingin melihat wajahnya secara jelas. Ingin menatapnya tegas. Ingin menyapanya dengan hangat. Beberapa hari berlalu. Saya tak mampu melupakan semua itu. Senyum itu. Tak bisa melupakan sapaannya. Hari Jum’at malam saya bersama teman akrab, AJI, kembali ke sana. Tak juga bisa membuat tenang. Hari berikutnya, Sabtu siang, bersama teman sekuliah At, datang ke sana. Semakin galau. Bah, persetan dengan prinsip prinsip itu. Walau yang kutemui bukan bidadari, hatiku tak bisa sedingin salju. Dia gadis yang lembut sederhana, mahasiswa AKUB. Bukan bidadari yang beramai ramai menemui dalam khayalku. Lagi pula mana ada sih bidadari ramai ramai mau datang menemuiku. Hari hari selanjutnya saya ke tempat pondokan itu, di jalan Gadjah Mada. Dekat bioskop Permata, Yogya. Hati selalu berbunga bunga. Memang hati tak akan pernah bisa sedingin salju.
Hampir empat puluh tahun berlalu. Gadis yang saya kenal waktu itu, sudah tertidur pulas. Dini hari, saya masih terjaga, tenggelam dalam lamunan, tak bisa tidur. Edaaan enggak.
Salam damai,
Ki Ageng Similikithi
Manila, 23 Juli 2011.
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150264496108467
Hanya ketika dia tersenyum lembut, saya sedikit terpana. Ada getaran ringan. Namun tak jelas juga wajahnya. Ah biarlah kesan itu berlalu. Walau seribu bidadari datang menemuiku, hati ini ingin tetap sedingin salju. Jangan hiraukan senyum itu. Ini prinsip. Aku ini bukan lelaki malang yang terbuang.
Dengan langkah ringan saya keluar dari kamar tamu. Sang kakak berucap “ Terima kasih, mau ngantar ya”. Di pintu pagar, LIN berucap “ Main ke sini Mas kalau ada waktu ”. Saya hanya menggumam ringan. Maunya tahan diri, tahan harga. Bergegas saya naik becak dari jalan Gadjah Mada 25 ke Patangpuluhan, tempat pondokan saya. Dua puluh lima rupiah tanpa tawar menawar. Pantang pemuda masa kini tawar menawar dengan sopir becak dihadapan gadis yang baru dikenal.
Sore itu saya dalam perjalanan dari Ambarawa kembali ke Yogya. Sudah hampir gelap ketika di alun alun Magelang, kondektur mengumumkan kalau bis batal menuju Yogya. Hanya sampai Magelang. Saya dan penumpang lain, dipindah ke bis yang sedang menunggu di barat alun alun. Bis Mustika. Hanya ada satu kursi kosong. Saya duduk di situ. Bersebelahan dengan seorang gadis. Berpenampilan tinggi kokoh. Kuat seperti karateka. Kami berkenalan dan bicara ringkas. Dia kuliah di fakultas hukum UGM. Sampai Yogya sudah gelap. Dia turun di Bausasran. Saya ikut turun. Tak terpikir panjang, saya mengantarkannya ke tempat pondokan di jalan Gadjah Mada. Dia mondok bersama adiknya LIN, katanya kuliah di AKUB.
Malam harinya saya teringat kembali senyum itu. Teringat kata kata itu. Wajah LIN terkesan lembut dalam keremangan malam. Ingin melihat wajahnya secara jelas. Ingin menatapnya tegas. Ingin menyapanya dengan hangat. Beberapa hari berlalu. Saya tak mampu melupakan semua itu. Senyum itu. Tak bisa melupakan sapaannya. Hari Jum’at malam saya bersama teman akrab, AJI, kembali ke sana. Tak juga bisa membuat tenang. Hari berikutnya, Sabtu siang, bersama teman sekuliah At, datang ke sana. Semakin galau. Bah, persetan dengan prinsip prinsip itu. Walau yang kutemui bukan bidadari, hatiku tak bisa sedingin salju. Dia gadis yang lembut sederhana, mahasiswa AKUB. Bukan bidadari yang beramai ramai menemui dalam khayalku. Lagi pula mana ada sih bidadari ramai ramai mau datang menemuiku. Hari hari selanjutnya saya ke tempat pondokan itu, di jalan Gadjah Mada. Dekat bioskop Permata, Yogya. Hati selalu berbunga bunga. Memang hati tak akan pernah bisa sedingin salju.
Hampir empat puluh tahun berlalu. Gadis yang saya kenal waktu itu, sudah tertidur pulas. Dini hari, saya masih terjaga, tenggelam dalam lamunan, tak bisa tidur. Edaaan enggak.
Salam damai,
Ki Ageng Similikithi
Manila, 23 Juli 2011.
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150264496108467
Dalam kegelapan selalu ada keindahan
Manusia Homo sapiens secara alamiah tak suka kegelapan. Dalam temuan temuan purba kala selalu ditemukan perapian yang dulunya digunakan untuk penerangan, penghangatan dan masak memasak. Para pujangga sejak dahulu kala, menggambarkan kegelapan sebagai lambang kesedihan dan kekacauan. Hanya suasana remang remang yang sering dikaitkan dengan suasana romantis dan cinta sepasang anak manusia. Tak sampai gelap. Dalam dunia asmara, gelap hanya dikaitkan dengan perselingkuhan.
Saya terbiasa dengan kegelapan. Karena dibesarkan di suatu desa di Ambarawa di tahun lima puluhan dan enampuluhan. Belum ada listrik waktu itu, penerangan hanya dengan lampu petromaks. Jika waktu tidur tiba, penerangan diganti dengan lampu teplok. Sering tanpa penerangan demi keamanan. Kalau ada maling masuk, dia tak akan melihat apa apa. Tetapi ada penyair yang pernah merangkai puisi. Hanya dalam gelap orang dapat melihat bintang bintang dilangit. Ada keindahan dalam kegelapan. Keindahan yang hening dan dalam.
Awal tahun sembilan puluhan di Amsterdam. Saya menghadiri kongres sedunia farmakologi. Penyelenggaranya kebetulan teman satu klik. Sama sama generasi farmakolog klinik yang dibimbing oleh Folke Sjoqvist (Karolinska) dan Sir Michael Rawlins (UK), tokoh2 generasi pertama dan kedua di Eropa Barat. Hubungan kami cukup erat selama bertahun tahun. Saya mendapat berbagai keringanan untuk menghadiri konggres tersebut.
Kantor saya memesan suatu hotel, relatif murah dan memadai. Hanya agak kaget ketika masuk (check in) ternyata hotel tersebut satu kamar bisa ditempati oleh beberapa tamu. Fasilitas kamar lumayan, ada dua bed, satu single dan satunya double. Hari pertama, aman aman saja. Saya sendirian dan menggunakan tempat tidur tunggal. Hari kedua, jam sembilan malam, masuk pasangan dari Polandia. Agak kikuk, tetapi kami saling ngobrol sampai tengah malam. Sang pria, seorang pilot maskapai penerbangan dari Eropa Timur, adalah teman ngobrol yang sopan, hangat dan bersahabat. Sang pacar kelihatan pendiam, dengan penampilan cantik dan seksi. Kami sepakat mematikan lampu biar bisa tidur nyenyak.
Hari kedua, seusai menghadiri acara konggres, saya kembali ke hotel. Habis makan malam sengaja tidak ke kamar, tetapi melihat TV pertandingan bola World Cup, antara Cameroon yang dibintangi oleh Makanaky lawan Netherland. Masuk kamar lewat tengah malam. Hati hati sekali jangan sampai berisik mengganggu pasangan pilot sama pacarnya, sang pramugari. Saya langsung tertidur lelap.
Belum lama terlelap ketika saya dikejutkan oleh suara gaduh seperti orang berkelahi. Reaksi saya langsung bangun secepatnya dan melacak arah suara. Ternyata suara hiruk pikuk itu datang dari tempat tidur seberang. Kadang diselingi dengan jeritan jeritan tak karuan. Atau desah napas yang memburu. Tak terlihat apa apa, oleh karena gelap. Ada sinar remang remang menerobos masuk, tetapi tak membantu penglihatan saya sama sekali. Hanya kadang kadang saja saya merasa ada gerakan kaki yang menyeberang dan menggetarkan tempat tidur saya. Entah kaki sang pilot atau si pramugari. Tak relevan untuk diverifikasi. Saya kembali berbaring dalam kegelapan yang temaram. Mendengar dan menikmati suara suara dua anak manusia yang bercinta. Dalam gelap ternyata bisa mendengar mereka asyik bercinta. Bukan kegelapan yang hening tetapi penuh suara berdesah bersahutan. Batin saya mengeluh tanpa daya. Ngono ya ngono ning mbok aja ngono. Paginya bangun agak siang. Sudah lewat jam tujuh pagi. Kami bertemu di kantin di lantai dasar. Sang pria bilang kalau mereka sudah dapat hotel yang murah dan nyaman. We will not disturb you anymore with our physical exercise. Saya hanya bilang, enjoy your vacation.
Dua puluh tahun lewat, awal dua ribu sepuluh. Nyi didiagnosis menderita tekanan bola mata meninggi (glaucoma). Tidak boleh tidur dalam gelap. Harus pasang lampu sepanjang malam, supaya tekanan bola mata tak meninggi. Sejak lama memang dia tak bisa tidur dalam gelap. Kami selalu berselisih prekara lampu tidur. Ketika masih muda dia pernah mengeluh, katanya saya bosan melihat wajahnya saat tidur. Terpaksa harus pakai lampu, walaupun hanya samar samar. Sekarang kami sudah sepakat, mulai tidur pakai lampu. Jika salah satu sudah tidur, kami boleh pindah kamar. Saya meneruskan tidur dengan lampu mati atau NYI meneruskan tidur dengan lampu menyala terang. Hak azasi pasangan manula. Tak ada desah memburu. Sudah terlalu tua untuk bergelut dalam kegelapan. Demi transparansi harus pasang lampu. Good governance and transparency in bed. Edan, prinsip transparansi dan keterbukaan di bidang politik kok sampai ranjang.
Salam damai
Ki Ageng Similikithi
Manila, 18 Juli 2011.
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150260810303467
Saya terbiasa dengan kegelapan. Karena dibesarkan di suatu desa di Ambarawa di tahun lima puluhan dan enampuluhan. Belum ada listrik waktu itu, penerangan hanya dengan lampu petromaks. Jika waktu tidur tiba, penerangan diganti dengan lampu teplok. Sering tanpa penerangan demi keamanan. Kalau ada maling masuk, dia tak akan melihat apa apa. Tetapi ada penyair yang pernah merangkai puisi. Hanya dalam gelap orang dapat melihat bintang bintang dilangit. Ada keindahan dalam kegelapan. Keindahan yang hening dan dalam.
Awal tahun sembilan puluhan di Amsterdam. Saya menghadiri kongres sedunia farmakologi. Penyelenggaranya kebetulan teman satu klik. Sama sama generasi farmakolog klinik yang dibimbing oleh Folke Sjoqvist (Karolinska) dan Sir Michael Rawlins (UK), tokoh2 generasi pertama dan kedua di Eropa Barat. Hubungan kami cukup erat selama bertahun tahun. Saya mendapat berbagai keringanan untuk menghadiri konggres tersebut.
Kantor saya memesan suatu hotel, relatif murah dan memadai. Hanya agak kaget ketika masuk (check in) ternyata hotel tersebut satu kamar bisa ditempati oleh beberapa tamu. Fasilitas kamar lumayan, ada dua bed, satu single dan satunya double. Hari pertama, aman aman saja. Saya sendirian dan menggunakan tempat tidur tunggal. Hari kedua, jam sembilan malam, masuk pasangan dari Polandia. Agak kikuk, tetapi kami saling ngobrol sampai tengah malam. Sang pria, seorang pilot maskapai penerbangan dari Eropa Timur, adalah teman ngobrol yang sopan, hangat dan bersahabat. Sang pacar kelihatan pendiam, dengan penampilan cantik dan seksi. Kami sepakat mematikan lampu biar bisa tidur nyenyak.
Hari kedua, seusai menghadiri acara konggres, saya kembali ke hotel. Habis makan malam sengaja tidak ke kamar, tetapi melihat TV pertandingan bola World Cup, antara Cameroon yang dibintangi oleh Makanaky lawan Netherland. Masuk kamar lewat tengah malam. Hati hati sekali jangan sampai berisik mengganggu pasangan pilot sama pacarnya, sang pramugari. Saya langsung tertidur lelap.
Belum lama terlelap ketika saya dikejutkan oleh suara gaduh seperti orang berkelahi. Reaksi saya langsung bangun secepatnya dan melacak arah suara. Ternyata suara hiruk pikuk itu datang dari tempat tidur seberang. Kadang diselingi dengan jeritan jeritan tak karuan. Atau desah napas yang memburu. Tak terlihat apa apa, oleh karena gelap. Ada sinar remang remang menerobos masuk, tetapi tak membantu penglihatan saya sama sekali. Hanya kadang kadang saja saya merasa ada gerakan kaki yang menyeberang dan menggetarkan tempat tidur saya. Entah kaki sang pilot atau si pramugari. Tak relevan untuk diverifikasi. Saya kembali berbaring dalam kegelapan yang temaram. Mendengar dan menikmati suara suara dua anak manusia yang bercinta. Dalam gelap ternyata bisa mendengar mereka asyik bercinta. Bukan kegelapan yang hening tetapi penuh suara berdesah bersahutan. Batin saya mengeluh tanpa daya. Ngono ya ngono ning mbok aja ngono. Paginya bangun agak siang. Sudah lewat jam tujuh pagi. Kami bertemu di kantin di lantai dasar. Sang pria bilang kalau mereka sudah dapat hotel yang murah dan nyaman. We will not disturb you anymore with our physical exercise. Saya hanya bilang, enjoy your vacation.
Dua puluh tahun lewat, awal dua ribu sepuluh. Nyi didiagnosis menderita tekanan bola mata meninggi (glaucoma). Tidak boleh tidur dalam gelap. Harus pasang lampu sepanjang malam, supaya tekanan bola mata tak meninggi. Sejak lama memang dia tak bisa tidur dalam gelap. Kami selalu berselisih prekara lampu tidur. Ketika masih muda dia pernah mengeluh, katanya saya bosan melihat wajahnya saat tidur. Terpaksa harus pakai lampu, walaupun hanya samar samar. Sekarang kami sudah sepakat, mulai tidur pakai lampu. Jika salah satu sudah tidur, kami boleh pindah kamar. Saya meneruskan tidur dengan lampu mati atau NYI meneruskan tidur dengan lampu menyala terang. Hak azasi pasangan manula. Tak ada desah memburu. Sudah terlalu tua untuk bergelut dalam kegelapan. Demi transparansi harus pasang lampu. Good governance and transparency in bed. Edan, prinsip transparansi dan keterbukaan di bidang politik kok sampai ranjang.
Salam damai
Ki Ageng Similikithi
Manila, 18 Juli 2011.
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150260810303467
Psikiater
“Horas bah. Lamo nggak basuo boss”. Saya menyapa dan menyalaminya dengan hangat. Kami bertemu untuk rapat di salah satu RS Jiwa di Jawa tengah di tahun 1998. Dr. Sus, seorang psikiater menjabat direktur disana, semenjak dua tahun sebelumnya. Dia memandang saya dengan tatapan aneh waktu itu. Mungkin pangling dan kaget. Karena selama hampir delapan tahun tidak bertemu. Tetapi menjawab. “Horas bung. Ketemu di sini, silahkan duduk”. Saya merasa agak aneh. Reaksinya terasa agak dingin dan asing. Dia senior saya waktu menjalani pendidikan dokter. Kami sempat akrab ketika sama sama ko skap di bagian Psikiatri. Orangnya tampan dan kalem. Seorang pemain band, tokoh mahasiswa populer di kampus. Isterinya dokter seorang ahli anak yang cantik. Selama beberapa tahun sebelum menduduki jabatannya sekarang Dr. Sus bertugas sebagai direktur rumah sakit jiwa di luar Jawa.
Pagi itu rencana akan menanda tangani kerja sama penelitian dengan rumah sakit yang dipimpinnya. Saya berangkat dengan tim lengkap dari Yogya. Saya lihat tim sponsor dari Jakarta juga sudah hadir lengkap di ruangan. Jam menunjukkan sudah lewat jam 1100. Rencana rapat mulai jam 11. Dr. Sus nampak gelisah, bolak balik melihat ke arah pintu depan. Seperti ada seseorang yang dinanti nanti. Kadangkala dia menatap saya. Tatapannya aneh. Kadang2 menggelengkan kepala, mungkin ada sesuatu yang mengganjal dalam benaknya.
Saya tanya ke salah satu staf, mengapa acara belum juga mulai. Jam satu kebetulan ada janji mau ketemu dengan teman lama di lapangan Tidar. Staf saya berbicara sebentar dengan staf Dr. Sus. Kemudian datang ke saya, memberitahu kalau Dr. Sus masih menunggu seorang teman dokter dari Yogya, Dr. Santoso. Saya terhenyak. “ Ya saya ini orangnya”. Staf tersebut nampak terkejut. Lalu kembali memberitahu Dr. Sus, jika yang ditunggu sudah hadir. Saya memang sudah tilpon dia beberapa hari sebelumnya, mengatakan jika saya akan datang sendiri, saat penanda tanganan kerja sama.
Setelah diberitahu oleh stafnya, Dr. Sus memandang saya dengan tajam dari seberang ruang. Dia menggeleng gelengkan kepala dan langsung mendekati saya. “Dancuk, tak enteni wiwit mau sampeyan”. Saya ketawa dan menyalaminya. “Saya sudah di sini hampir setengah jam”. “Lha sampeyan ndadak bilang horas bah, pangling saya. Saya kira pasien saya”. Batin saya menggerutu, teman lama kok dikira pasien. “Sori ya pak, ada pasien saya mirip sampeyan, selalu bilang horas bah setiap kali datang periksa”. Kami ketawa bebas. Seperti jaman waktu ko skap di bagian jiwa dulu.
Acara penanda tanganan berlangsung singkat dan lancar. Hanya pas pidato menyebut nama saya, dia nampaknya tak dapat menahan geli. Berhenti sejenak, menahan tawa dan menggelengkaan kepalanya. Mungkin geli karena peristiwa pertemuan barusan. Dalam acara makan siang kami sempat ngobrol.“Anda psikiater hebat bung. Masih main musik aktif”. Dia mengingatkan saya saat tentamen waktu akhir ko skap, gurubesar almarhum yang kami hormati bercanda mendamprat saya. “Mas kalau ada dua orang saja seperti sampeyan jadi psikiater di Yogya, separoh penduduk Yogya bisa malah jadi gila semua”. Saya ingat Dr Sus saat tentamen di tahun 1974, bisa menjawab semua pertanyaan dengan lancar dan meyakinkan. Sehabis makan siang saya pamitan. Tim saya dan timnya Dr. Sus masih bertemu membicarakan masalah teknis dan koordinasi penelitian.
Meski ada insiden konyol tersebut, hubungan kami tetap baik. Saya memang mengaguminya sejak mahasiswa dulu. Dia aktifis mahasiswa penuh kharisma dan gemar main musik. Peristiwa konyol itu mengingatkan saya sewaktu ko skap psikiatri di tahun 1974 dulu. Kami berempat tugas di rumah sakit Pugeran Yogyakarta. Dia suka cerita yang aneh aneh. Suatu siang sebelum pulang Dr. Sus bercerita. Dia masih ko as waktu itu. Belum jadi dokter. Belum jadi psikiater. “Ki membedakan perilaku psikiater dengan pasiennya kadang kadang sulit. Inilah ceritanya”.
Seorang psikiater senior secara rutin melakukan konsultasi dengan pasien pasiennya tiap hari di kamar dokter di rumah sakit. Di depan ruang dokter tadi ada sebuah ruangan kosong yang belum terisi. Rencana akan dipakai untuk ruang periksa juga. Suatu hari dia melakukan konsultasi psikiatriknya. Secara urut pasien datang ke kamarnya beraturan.
Pasien pertama, seorang pria, setelah selesai konsultasi, keluar dari ruangan. Sebelum pergi pasien itu menengok kamar kosong didepan kamar periksa dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Seolah ada sesuatu yang aneh di sana. Sang psikiater heran, ada apa kok pasien sepertinya melihat sesuatu di kamar sana.
Pasien kedua, seorang wanita, begitu keluar ruangan selesai konsultasi, pasien juga menengok kamar kosong, lalu menggeleng gelengkan kepala dengan jelas. Seolah ada sesuatu yang membuatnya kaget dan heran. Sang psikiater mengamati dengan penuh tanda tanya.
Pasien ketiga, seorang wanita begitu keluar ruang periksa, juga menengok kamar kosong di seberang, dan menggeleng gelengkan kepalanya, seolah penuh dengan tanda tanya dan rasa kaget.
Sang psikiater, tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Ada apa kok pasien pasien ini selalu menggelengkan kepala keheranan melihat ruang di depannya. Dia berdiri dan keluar mengecek ada apa di kamar seberang. Ternyata dia tidak menemukan sesuatu. Hanya ruang kosong. Dia berpikir. “Dasar orang gila, tak ada apa apa kok geleng geleng kepala”. Dia menggerutu sambil menggeleng gelengkan kepalanya sebelum kembali ke kamar periksa. Tiba tiba saja semua pasien yang sedang menunggu untuk konsultasi dengan sang psikiater, ramai ramai berdiri, berebut menengok kamar kosong itu. Lalu serentak menggeleng gelengkan kepalanya.\
Saya ingat kami tertawa tergelak gelak mendengar cerita Dr. Sus waktu itu. Namun insiden konyol di tahun 1998 itu tak pernah mengurangi rasa hormat dan kagum saya pada teman teman saya yang berkarier di bidang psikiatri. Saya selalu mengagumi mereka. Merekalah ujung tombak kesehatan jiwa di Indonesia. Hanya jika ingat cerita Dr. Sus dan kisah konyol di rumah sakit jiwa itu, saya tak bisa menahan geli dan seara tak sadar menggelengkan kepala saya. Edan ketularan psikiater aku. Moga moga teman teman psikiater saya tidak marah membaca cerita ini.
Salam damai, Ki Ageng Similikithi
Manila 10 Juli 2011.
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150252962418467
Pagi itu rencana akan menanda tangani kerja sama penelitian dengan rumah sakit yang dipimpinnya. Saya berangkat dengan tim lengkap dari Yogya. Saya lihat tim sponsor dari Jakarta juga sudah hadir lengkap di ruangan. Jam menunjukkan sudah lewat jam 1100. Rencana rapat mulai jam 11. Dr. Sus nampak gelisah, bolak balik melihat ke arah pintu depan. Seperti ada seseorang yang dinanti nanti. Kadangkala dia menatap saya. Tatapannya aneh. Kadang2 menggelengkan kepala, mungkin ada sesuatu yang mengganjal dalam benaknya.
Saya tanya ke salah satu staf, mengapa acara belum juga mulai. Jam satu kebetulan ada janji mau ketemu dengan teman lama di lapangan Tidar. Staf saya berbicara sebentar dengan staf Dr. Sus. Kemudian datang ke saya, memberitahu kalau Dr. Sus masih menunggu seorang teman dokter dari Yogya, Dr. Santoso. Saya terhenyak. “ Ya saya ini orangnya”. Staf tersebut nampak terkejut. Lalu kembali memberitahu Dr. Sus, jika yang ditunggu sudah hadir. Saya memang sudah tilpon dia beberapa hari sebelumnya, mengatakan jika saya akan datang sendiri, saat penanda tanganan kerja sama.
Setelah diberitahu oleh stafnya, Dr. Sus memandang saya dengan tajam dari seberang ruang. Dia menggeleng gelengkan kepala dan langsung mendekati saya. “Dancuk, tak enteni wiwit mau sampeyan”. Saya ketawa dan menyalaminya. “Saya sudah di sini hampir setengah jam”. “Lha sampeyan ndadak bilang horas bah, pangling saya. Saya kira pasien saya”. Batin saya menggerutu, teman lama kok dikira pasien. “Sori ya pak, ada pasien saya mirip sampeyan, selalu bilang horas bah setiap kali datang periksa”. Kami ketawa bebas. Seperti jaman waktu ko skap di bagian jiwa dulu.
Acara penanda tanganan berlangsung singkat dan lancar. Hanya pas pidato menyebut nama saya, dia nampaknya tak dapat menahan geli. Berhenti sejenak, menahan tawa dan menggelengkaan kepalanya. Mungkin geli karena peristiwa pertemuan barusan. Dalam acara makan siang kami sempat ngobrol.“Anda psikiater hebat bung. Masih main musik aktif”. Dia mengingatkan saya saat tentamen waktu akhir ko skap, gurubesar almarhum yang kami hormati bercanda mendamprat saya. “Mas kalau ada dua orang saja seperti sampeyan jadi psikiater di Yogya, separoh penduduk Yogya bisa malah jadi gila semua”. Saya ingat Dr Sus saat tentamen di tahun 1974, bisa menjawab semua pertanyaan dengan lancar dan meyakinkan. Sehabis makan siang saya pamitan. Tim saya dan timnya Dr. Sus masih bertemu membicarakan masalah teknis dan koordinasi penelitian.
Meski ada insiden konyol tersebut, hubungan kami tetap baik. Saya memang mengaguminya sejak mahasiswa dulu. Dia aktifis mahasiswa penuh kharisma dan gemar main musik. Peristiwa konyol itu mengingatkan saya sewaktu ko skap psikiatri di tahun 1974 dulu. Kami berempat tugas di rumah sakit Pugeran Yogyakarta. Dia suka cerita yang aneh aneh. Suatu siang sebelum pulang Dr. Sus bercerita. Dia masih ko as waktu itu. Belum jadi dokter. Belum jadi psikiater. “Ki membedakan perilaku psikiater dengan pasiennya kadang kadang sulit. Inilah ceritanya”.
Seorang psikiater senior secara rutin melakukan konsultasi dengan pasien pasiennya tiap hari di kamar dokter di rumah sakit. Di depan ruang dokter tadi ada sebuah ruangan kosong yang belum terisi. Rencana akan dipakai untuk ruang periksa juga. Suatu hari dia melakukan konsultasi psikiatriknya. Secara urut pasien datang ke kamarnya beraturan.
Pasien pertama, seorang pria, setelah selesai konsultasi, keluar dari ruangan. Sebelum pergi pasien itu menengok kamar kosong didepan kamar periksa dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Seolah ada sesuatu yang aneh di sana. Sang psikiater heran, ada apa kok pasien sepertinya melihat sesuatu di kamar sana.
Pasien kedua, seorang wanita, begitu keluar ruangan selesai konsultasi, pasien juga menengok kamar kosong, lalu menggeleng gelengkan kepala dengan jelas. Seolah ada sesuatu yang membuatnya kaget dan heran. Sang psikiater mengamati dengan penuh tanda tanya.
Pasien ketiga, seorang wanita begitu keluar ruang periksa, juga menengok kamar kosong di seberang, dan menggeleng gelengkan kepalanya, seolah penuh dengan tanda tanya dan rasa kaget.
Sang psikiater, tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Ada apa kok pasien pasien ini selalu menggelengkan kepala keheranan melihat ruang di depannya. Dia berdiri dan keluar mengecek ada apa di kamar seberang. Ternyata dia tidak menemukan sesuatu. Hanya ruang kosong. Dia berpikir. “Dasar orang gila, tak ada apa apa kok geleng geleng kepala”. Dia menggerutu sambil menggeleng gelengkan kepalanya sebelum kembali ke kamar periksa. Tiba tiba saja semua pasien yang sedang menunggu untuk konsultasi dengan sang psikiater, ramai ramai berdiri, berebut menengok kamar kosong itu. Lalu serentak menggeleng gelengkan kepalanya.\
Saya ingat kami tertawa tergelak gelak mendengar cerita Dr. Sus waktu itu. Namun insiden konyol di tahun 1998 itu tak pernah mengurangi rasa hormat dan kagum saya pada teman teman saya yang berkarier di bidang psikiatri. Saya selalu mengagumi mereka. Merekalah ujung tombak kesehatan jiwa di Indonesia. Hanya jika ingat cerita Dr. Sus dan kisah konyol di rumah sakit jiwa itu, saya tak bisa menahan geli dan seara tak sadar menggelengkan kepala saya. Edan ketularan psikiater aku. Moga moga teman teman psikiater saya tidak marah membaca cerita ini.
Salam damai, Ki Ageng Similikithi
Manila 10 Juli 2011.
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150252962418467
Bercinta dengan bidadari
Terpana saya mendengar ceritanya. Eyang Hargana, seorang dukun renta di kampung Serengan Solo. Malam Anggoro kasih, tahun 1967. Baru saja dia sembuh dari sakit, tak sadarkan diri beberapa hari. Sakit lever. Dalam pengembaraan mimpinya, dia bermadu asmara dengan seorang bidadari jelita. Dewi Supraba, yang konon tak pernah pakai beha atau celana dalam. Kenikmatan tiada tara. Namun dia ingin kembali ke mayapada. Demi tugas mulia membimbing para murid yang setia. Puluhan murid terlolong mendengar kisahnya. Mas Tarno, yang suka main perempuan, mendesah. “Enak enak karo widadari kok ndadak bali nang ngalam donya mikir murid gemblung ora nggenah”.
Tahun 1961, saya main sepak bola di alun alun Van de Paal, Ngampin. Saya tendang bola dari tengah lapangan. Slamet, si penjaga gawang melolong bingung. Tak mampu menangkap nya. Suara gemuruh bergema memenuhi lapangan. Seorang wanita cantik gemulai putih bersih menggapai tanganku. Dengan lembut menggamit ku ke luar lapangan. Bersamanya saya melayang bersembunyi ke balik awan. Kenikmatan luar biasa. Belum pernah rasa surge saya rasakan sebelumnya. Ah ternyata hanya mimpi. Eyakulasi pertama kali dan mimpi bersama bida dari.
Impian dan imajinasi klasik para pria Jawa. Bercinta dengan bidadari. Sang Raja pun berpacaran dengan Nyai Loro Kidul. Jumadi, teman saya di sekolah rakyat lebih realistis. Kalau bisa mimpi bercinta dengan Sisu, teman sekelas kami, akan berbahagia sekali. Impian itu tak pernah datang. Terlalu realistis untuk sebuah mimpi. Kalau mimpi bercinta, mimpilah dengan bidadari surga. Jangan mimpi bercinta dengan seorang tetangga.
Salam damai
Manila, 8 Juli 2011
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150250226018467
Tahun 1961, saya main sepak bola di alun alun Van de Paal, Ngampin. Saya tendang bola dari tengah lapangan. Slamet, si penjaga gawang melolong bingung. Tak mampu menangkap nya. Suara gemuruh bergema memenuhi lapangan. Seorang wanita cantik gemulai putih bersih menggapai tanganku. Dengan lembut menggamit ku ke luar lapangan. Bersamanya saya melayang bersembunyi ke balik awan. Kenikmatan luar biasa. Belum pernah rasa surge saya rasakan sebelumnya. Ah ternyata hanya mimpi. Eyakulasi pertama kali dan mimpi bersama bida dari.
Impian dan imajinasi klasik para pria Jawa. Bercinta dengan bidadari. Sang Raja pun berpacaran dengan Nyai Loro Kidul. Jumadi, teman saya di sekolah rakyat lebih realistis. Kalau bisa mimpi bercinta dengan Sisu, teman sekelas kami, akan berbahagia sekali. Impian itu tak pernah datang. Terlalu realistis untuk sebuah mimpi. Kalau mimpi bercinta, mimpilah dengan bidadari surga. Jangan mimpi bercinta dengan seorang tetangga.
Salam damai
Manila, 8 Juli 2011
http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939&sk=notes#!/note.php?note_id=10150250226018467
Thursday, June 30, 2011
Vaginoplasty
“ Lampu” teriak Dr. Pram memecah kesunyian di kamar operasi. Pagi itu di awal tahun 1974, beliau sedang melakukan operasi vaginoplasty di rumah sakit Kandungan dan Kebidanan Mangkubumen, Yogya. Terhenyak saya mendengar teriakannya. Saya masih ko-asisten mendapat tugas mengarahkan lampu ke daerah operasi. Cepat cepat saya benarkan arah sinar lampu. Perhatian saya terganggu karena permintaan mas Pur, fotografer yang bertugas mengabadikan jalannya operasi. Kami tidak begitu terkejut akan teriakan Dr. Pram, kebiasaannya memang begitu. Mas Pur, fotografer itu kadang2 terlalu aktif di hadapan ko as, melebihi para dokter asisten ahli.
“ Siapa yang menyiapkan pasien ini?”. Ganti pertanyaan ditujukan ke asisten operasi. Almahum Dr. Suro, sedikit terkejut. “Kok kurang bersih gimana sih ?”. Dokter Suro coba menjelaskan. “Tadi saya cek, rambutnya sudah bersih dicukur Dok”. “Mas, saya tidak tanya cukur pubes. Tetapi itu organ yang mau digarap kok masih kotor dan bau”. Tim asisten operasi semua terdiam. Tak ada gunanya mencari dalih. Dr. Suro dengan sabar membersihkan vagina dan daerah sekitar vagina.
Dr. Pram kemudian mulai operasi trans vaginal. Hati hati sekali memotong dan menyambung jaringan jaringan yang telah kendor. Pasien mengalami prolapsus vagina. Organ vagina melorot oleh karena otot2 dan jaringan penyangga sudah kendor. Pasien berumur sekitar lima puluh tahun. Isteri seorang pejabat di propinsi. Alasan operasi memang pertimbangan medis semata mata. Sambil operasi, Dr. Pras cerita, jika pasien ini adalah kasus ketiga yang dioperasi dengan teknik ini. Temannya di Denpasar telah melakukan operasi sebanyak tujuh kali. Mereka janji akan mempresentasikan hasilnya di konggres nasional tahun depan. Ada semacam pacuan di antara kedua sahabat itu. Operasi berjalan lancar, selesai dalam waktu dua jam.
Vaginoplasty adalah operasi yang bertujuan untuk merekonstruksi kelainan di organ vagina, penunjang vagina dan jaringan mulut vagina karena berbagai sebab (http://en.wikipedia.org/wiki/Vaginoplasty ). Yang paling sering adalah kelainan karena mengendornya jaringan otot vagina dan penunjang vagina, sehingga kantung vagina melorot turun. Jelas ini membawa dampak terhadap fungsi seksual, terhadap bentuk estetika vagina dan juga menyebabkan keluhan tidak enak untuk pasien. Sebagian besar alasan vaginoplasty adalah karena pertimbangan medis dan kesehatan.
Namun dengan berjalannya waktu dan membanjirnya budaya komersial, disertai meningkatnya tuntutan dan selera kaum wanita, semakin banyak operasi vagionaplasty yang tujuannya bukan semata mata untuk rekonstruksi medis, tetapi untuk tujuan estetika semata mata. Untuk memperbaiki penampilan vagina dan alat alat sekitar vagina, misalnya bibir vagina, jaringan klitoris. Yah mungkin biar penampilannya lebih cantik menawan dan memikat pasangan. Bahkan juga untuk menutup kembali selaput dara yang telah robek karena perkawinan. Ini semata mata hanya indikasi social, bukan medis. Karena ada permintaan pasar, tak ayal lagi pelayanan vaginoplasty estetika semakin populer, semakin mahal dan jadi simbol gengsi.
Vaginoplasty estetika populer dikalangan kaum wanita kelas atas yang berduit dan kalangan selebriti. Mungkin demi gengsi, atau demi meningkatkan popularitas di kalangan penggemar. Walau sudah kawin, hymen atau selaput dara yang sudah robek atau hilang, bisa ditautkan kembali atau ditambal dengan jaringan lain. Perawan kembali walau hanya secara artifisial. Dalam konteks non rekonstruksi, vaginoplasty juga bisa untuk meremajakan kembali jaringan vagina, mengembalikan kekencangan otot otot dan meningkatkan penampilan estetika dan kepuasan sang pasangan.
Tak dimungkiri, kini vaginoplasty seolah menjadi bagian budaya popular kelas atas, kalangan orang berduit dan selebriti. Bukan lagi hanya sekedar untuk memperbaiki disfungsi vagina karena sebab sebab medis seperti yang digambarkan dalam operasi di atas. Orang bisa minta dioperasi agar Ms. V bisa tersenyum manis menarik sang pasangan. Bisa untuk memperbaiki penampilan bibir vagina. Ada bibir yang mungkin terlalu besar, bergelantungan tak beraturan, bisa diperbaiki supaya bisa mungil dan menawan. Mungkin juga beralasan. Jika penampilan Ms. V tidak menawan, serong ke kiri, serong kekanan, dengan bibir bergantungan tak beraturan, bisa bisa sang burung tidak mau berkokok, mampir, apalagi masuk. Manusiawi lah.
Yang menjadi berlebihan karena kemudian ini dipromosikan sebagai salah satu simbul budaya pop kelas atas. Budaya kekinian yang mahal. Bayangkan bagaimana bangganya sang selebriti kita DP sesudah menjalani vaginoplasty selaput dara (http://kayosakti.blogdetik.com/2011/06/04/dewi-persik-perawan-lagi-biarpun-janda/). Mungkin bagi yang bersangkutan ini sebagai aktualisasi diri sebagai artis papan atas. Bahkan tripnya digabung dengan umroh, biar semakin afdol. Bagi sang produser, meningkatnya popularitas bisa untuk menggaet penggemar, menggaet pasar. Bayangkan bila image sang selebriti tersebar luas, wah Ms. V nya sudah melorot, sudah kendor, sudah miring sembilan puluh derajad. Jelas para penggemar lari. Sori mek sori sori. Ini harus dicegah secara proaktif, vaginoplasty, walau harus bayar milyaran.
Ketika saya omong omong dengan beberapa teman ahli kandungan dan kebidanan, menghadapi komersialisasi dan penyebarluasan image vagionaplasty ini di kalangan orang berduit dan selebriti papan atas, ada ada saja inovasi yang mungkin bisa dilakukan. Perlu langkah langkah untuk menyelaraskan (alignment) dengan merebaknya budaya korupsi, penyimpangan, politik uang di tanah air. Saya sarankan dokter dokter tersebut membuat inovasi teknologi dan kemitraaan (alliance) dengan pengusaha melalui mekanisme pasar. Sokur kalau bisa dipasarkan untuk ekspor. Salah satu inovasinya, bagaimana kalau dokter dokter itu bekerja sama dengan produsen jenang atau wajik. Entah jenang Kudus atau dodol Bandung, untuk menyubal Ms. V saat vaginoplasty biar tambah lekat. Atau kemitraan dengan pedagang rujak cingur, biar aromanya semakin aduhai dan menggoda.
Wah wah wah edan kabeh. Maaf malah ngelantur. Terlalu vulgar mungkin.
Salam damai
Ki Ageng Similikithi
Manila, 30 Juni 2011
(http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939#!/note.php?note_id=10150244848488467)
“ Siapa yang menyiapkan pasien ini?”. Ganti pertanyaan ditujukan ke asisten operasi. Almahum Dr. Suro, sedikit terkejut. “Kok kurang bersih gimana sih ?”. Dokter Suro coba menjelaskan. “Tadi saya cek, rambutnya sudah bersih dicukur Dok”. “Mas, saya tidak tanya cukur pubes. Tetapi itu organ yang mau digarap kok masih kotor dan bau”. Tim asisten operasi semua terdiam. Tak ada gunanya mencari dalih. Dr. Suro dengan sabar membersihkan vagina dan daerah sekitar vagina.
Dr. Pram kemudian mulai operasi trans vaginal. Hati hati sekali memotong dan menyambung jaringan jaringan yang telah kendor. Pasien mengalami prolapsus vagina. Organ vagina melorot oleh karena otot2 dan jaringan penyangga sudah kendor. Pasien berumur sekitar lima puluh tahun. Isteri seorang pejabat di propinsi. Alasan operasi memang pertimbangan medis semata mata. Sambil operasi, Dr. Pras cerita, jika pasien ini adalah kasus ketiga yang dioperasi dengan teknik ini. Temannya di Denpasar telah melakukan operasi sebanyak tujuh kali. Mereka janji akan mempresentasikan hasilnya di konggres nasional tahun depan. Ada semacam pacuan di antara kedua sahabat itu. Operasi berjalan lancar, selesai dalam waktu dua jam.
Vaginoplasty adalah operasi yang bertujuan untuk merekonstruksi kelainan di organ vagina, penunjang vagina dan jaringan mulut vagina karena berbagai sebab (http://en.wikipedia.org/wiki/Vaginoplasty ). Yang paling sering adalah kelainan karena mengendornya jaringan otot vagina dan penunjang vagina, sehingga kantung vagina melorot turun. Jelas ini membawa dampak terhadap fungsi seksual, terhadap bentuk estetika vagina dan juga menyebabkan keluhan tidak enak untuk pasien. Sebagian besar alasan vaginoplasty adalah karena pertimbangan medis dan kesehatan.
Namun dengan berjalannya waktu dan membanjirnya budaya komersial, disertai meningkatnya tuntutan dan selera kaum wanita, semakin banyak operasi vagionaplasty yang tujuannya bukan semata mata untuk rekonstruksi medis, tetapi untuk tujuan estetika semata mata. Untuk memperbaiki penampilan vagina dan alat alat sekitar vagina, misalnya bibir vagina, jaringan klitoris. Yah mungkin biar penampilannya lebih cantik menawan dan memikat pasangan. Bahkan juga untuk menutup kembali selaput dara yang telah robek karena perkawinan. Ini semata mata hanya indikasi social, bukan medis. Karena ada permintaan pasar, tak ayal lagi pelayanan vaginoplasty estetika semakin populer, semakin mahal dan jadi simbol gengsi.
Vaginoplasty estetika populer dikalangan kaum wanita kelas atas yang berduit dan kalangan selebriti. Mungkin demi gengsi, atau demi meningkatkan popularitas di kalangan penggemar. Walau sudah kawin, hymen atau selaput dara yang sudah robek atau hilang, bisa ditautkan kembali atau ditambal dengan jaringan lain. Perawan kembali walau hanya secara artifisial. Dalam konteks non rekonstruksi, vaginoplasty juga bisa untuk meremajakan kembali jaringan vagina, mengembalikan kekencangan otot otot dan meningkatkan penampilan estetika dan kepuasan sang pasangan.
Tak dimungkiri, kini vaginoplasty seolah menjadi bagian budaya popular kelas atas, kalangan orang berduit dan selebriti. Bukan lagi hanya sekedar untuk memperbaiki disfungsi vagina karena sebab sebab medis seperti yang digambarkan dalam operasi di atas. Orang bisa minta dioperasi agar Ms. V bisa tersenyum manis menarik sang pasangan. Bisa untuk memperbaiki penampilan bibir vagina. Ada bibir yang mungkin terlalu besar, bergelantungan tak beraturan, bisa diperbaiki supaya bisa mungil dan menawan. Mungkin juga beralasan. Jika penampilan Ms. V tidak menawan, serong ke kiri, serong kekanan, dengan bibir bergantungan tak beraturan, bisa bisa sang burung tidak mau berkokok, mampir, apalagi masuk. Manusiawi lah.
Yang menjadi berlebihan karena kemudian ini dipromosikan sebagai salah satu simbul budaya pop kelas atas. Budaya kekinian yang mahal. Bayangkan bagaimana bangganya sang selebriti kita DP sesudah menjalani vaginoplasty selaput dara (http://kayosakti.blogdetik.com/2011/06/04/dewi-persik-perawan-lagi-biarpun-janda/). Mungkin bagi yang bersangkutan ini sebagai aktualisasi diri sebagai artis papan atas. Bahkan tripnya digabung dengan umroh, biar semakin afdol. Bagi sang produser, meningkatnya popularitas bisa untuk menggaet penggemar, menggaet pasar. Bayangkan bila image sang selebriti tersebar luas, wah Ms. V nya sudah melorot, sudah kendor, sudah miring sembilan puluh derajad. Jelas para penggemar lari. Sori mek sori sori. Ini harus dicegah secara proaktif, vaginoplasty, walau harus bayar milyaran.
Ketika saya omong omong dengan beberapa teman ahli kandungan dan kebidanan, menghadapi komersialisasi dan penyebarluasan image vagionaplasty ini di kalangan orang berduit dan selebriti papan atas, ada ada saja inovasi yang mungkin bisa dilakukan. Perlu langkah langkah untuk menyelaraskan (alignment) dengan merebaknya budaya korupsi, penyimpangan, politik uang di tanah air. Saya sarankan dokter dokter tersebut membuat inovasi teknologi dan kemitraaan (alliance) dengan pengusaha melalui mekanisme pasar. Sokur kalau bisa dipasarkan untuk ekspor. Salah satu inovasinya, bagaimana kalau dokter dokter itu bekerja sama dengan produsen jenang atau wajik. Entah jenang Kudus atau dodol Bandung, untuk menyubal Ms. V saat vaginoplasty biar tambah lekat. Atau kemitraan dengan pedagang rujak cingur, biar aromanya semakin aduhai dan menggoda.
Wah wah wah edan kabeh. Maaf malah ngelantur. Terlalu vulgar mungkin.
Salam damai
Ki Ageng Similikithi
Manila, 30 Juni 2011
(http://www.facebook.com/profile.php?id=772324939#!/note.php?note_id=10150244848488467)
Subscribe to:
Posts (Atom)