Sudah beberapa hari hujan angin mendera tanpa ampun. Hari Jumat kemarin transportasi Manila lumpuh karena banjir. Terpaksa akhir pekan hanya tinggal di rumah. Kadang menghabiskan waktu, melanglang jagad maya lewat internet. Jam sepuluh malam tadi ada titik merah di kotak chatting face book. “Selamat malam Ki. Happy week end”. Pesan dari Yulia yang tinggal di HongKong. Saya mengenalnya sejak beberapa minggu lalu. Dia bekerja di Hong Kong sudah enam tahun. Saya menjawab singkat “Terima kasih, tak ada happy week end. Typhoon dan banjir”. “Typhoon dari Filipina sudah sampai di HongKong siang tadi Ki. Hanya lewat sebentar. “
Kemudian kami terlibat dalam percakapan maya yang asyik.. Dunia maya memberi kesempatan banyak orang untuk saling menyapa dan memberi salam, di manapun mereka berada. Semua serba cepat. Kadang bisa lihat foto kawan diseberang. Edan, kemajuan teknologi tak terbayangkan. “Jika punya waktu banyak, saya ingin cerita agak panjang ya Ki. Tentang pengalaman hidup ” “Silahkan, terima kasih kepercayaanya. Saya menjadi pendengar setia”.
Paragraf demi paragraf pesannya datang mengalir. Kadang tergangggu hubungan internet. “Keluar masuk secara teratur Ki”. Ceritanya deras dan teratur. Saya menyimak kalimat demi kalimat. Tak menyela sedikitpun. Di akhir cerita, saya bertanya apakah kisahnya dapat dirangkum dan dinaikkan ke internet. Mungkin bisa jadi bahan pemikiran pembaca. Yulia sepakat. Nama dan tempat disamarkan. Kami sempat bertukar pikiraan. Konsultasi lah istilah gagahnya. Edaaan ah, jadi konsultan hubungan asmara dunia maya.
Pagi ini saya buka rekaman catatannya. Agak kesulitan merekonstruksi jalan cerita.. Biasanya dalam format wawancara, ada pertanyaan dan ada jawaban. Tetapi ini menampung cerita lewat pesan maya. Saya susun kembali dengan hati hati, inilah ceritanya.
Setelah lulus SMA, Yulia diajak paman ke Jakarta. Paman waktu itu lagi sukses sebagai penata artistik film hingga bisa meraih piala Citra. Jangan disela ya Ki, biar saya selesaikan dulu ceritanya. Sambil les komputer Yulia melamar pekerjaan dan diterima di satu perusahaan yang waktu itu lagi buka banyak restoran. Yulia bekerja di salah satu restoran milik perusahaan tersebut, di Jakarta. Saat kerja di sana Yulia bertemu dengan seorang pejabat yang menjadi salah satu wakil pimpinan instansi penting di bidang perhubungan. Namanya pak Rasid.
Pak Rasid sudah punya isteri dan lima anak sebenarnya. Tetapi singkat cerita Yulia nikah sama dia di tahun 1992. Pak Rasid cinta setengah mati sama Yulia. Dia seorang anggota militer yang waktu itu diperbantukan ke instansi sipil di mana dia bertugas. Keluarganya semua tahu, juga anak anaknya, kalau pak Rasid menikahi Yulia. Isteri pertamanya menderita sakit kanker leher rahim, sehingga tak bisa lagi melayani suami. Bisa dimaklumi.
Keberuntungan datang bertubi semenjak perkawinan kami. Sebulan setelah nikah dengan Yulia, pak Rasid di promosikan menjadi kepala kantor cabang di Jakarta. Jabatan barunya bisa dikatakan lebih basah saat itu. Baru setahun di sana, dipindah ke Kepala Bagian Perijinan di kantor propinsi. Promosi yang luar biasa. Semula Yulia tinggal bersama pak Rasid di Jakarta. Tetapi kemudian pindah ke Tangerang, dekat dengan rumah orang tua Yulia.. Orang tua Yulia punya toko di Tangerang. Kami tidak dikaruniai anak. Sesudah dua tahun perkawinan, ternyata baru saya tahu kalau suami gak bisa lagi punya anak karena sudah di vasektomi, setelah kelahiran anaknya yang ke lima. Isteri sama anak anaknya tinggal di Bandung waktu itu. Yulia menjalani rumah tangga dengan pak Rasid selama empat belas tahun. Pisah di tahun 2006. Banyak ceritanya. Ada pertanyaan Ki, kok diam saja ?
Pak Rasid datang dari keluarga terpandang di Bandung. Saudaranya banyak yang menjadi pejabat tinggi, termasuk di militer. Keluarganya juga banyak yang jadi pengusaha. Hubungan Yulia dengan keluarga pak Rasid baik baik saja. Keluarga besarnya menerima kehadiran Yulia. Selama jadi isterinya, Yulia yang selalu di ajak kemana mana. Isteri pertamanya sudah nggak mau diajak. Pak Rasid tinggal sama saya di Tangerang, kalau anak anaknya ada perlu, mereka akan tilpon, baru pak Rasid pulang ke Bandung. Anak anaknya semua sudah sukses.
Pak Rasid terbiasa hidup di dunia keras sebelum menduduki jabatannya saat itu. Sebelum nikah sama Yulia dia suka mabuk, judi dan main perempuan. Tenang Ki, saya masih cerita ini. Setelah nikah dia berobah total. Tentu dengan perjuangan dan pengorbanan berat yang mesti Yulia lalui. Pak Rasid sangat temperamental, bertahun tahun Yulia bersabar menerima pukulan, hajaran dan siksaan hanya karena masalah masalah yang sangat sepele. Bahkan terakhir dia mau bunuh Yulia dengan gunting yang sudah siap dia tancapkan ke perut Yulia. Saya mempertahankan nyawa saya walau sampai harus berdarah darah. Yulia sebenanrya sangat berharap dia dapat berubah dan tidak menyakitinya lagi.
Pak Rasid selalu bilang, kalau dia memanggil atau membutuhkan Yulia, nggak peduli apapun harus cepat datang dan melayani. Jika tidak dia akan cepat emosi dan turun tangan, Jika tilpon ke rumah yang angkat tilpon bukan Yulia, dia akan marah besar. Dan saya harus selalu siap menerima kemarahannya dan kekerasannya. Suatu saat Yulia diajak ayah untuk nyekar ke makam kakek, saat pak Rasid sedang ke Bandung. Kebetulan dia tilpon ke rumah, saya nggak ada, waktu pulang dia ngamuk dan marah besar. Semua barang dilemparkan ke saya. Saya dipukuli habis habisan. “Kamu melanggar aturan suami. Ijin nengok orang tua kok malah nglayap ke mana mana”. Saya tak pernah menceritakan kekasarannya ke orang tua saya.
Suatu malam setelah mengalami siksaan, ketika dia lengah saat shalat subuh Yulia kabur dari rumah lari ke rumah orang tua. Saya sujud sama orang tua dan menceritakan semua masalah yang Yulia alami selama empat belas tahun. Saya tidak pernah mengadu ke orang tua sebelumnya. Singkat cerita Yulia mengajukan gugat cerai ke pengadilan agama. Gugat cerai dikabulkan pengadilan setelah satu tahun. Paman Yulia ada yang bekerja di KUA, beliau yang membimbing saya di pengadilan agama. Yulia kemudian lari jauh ke HongKong sampai sekarang karena mantan suami mengancam kalau ketemu dimanapun akan dibunuh.
Saya sudah sering bilang sama dia tolong jangan sering sakiti saya. Kalau habis kesabaran Yulia tak ada celah sedikitpun untuk dia. Selama ini Yulia selalu memaafkan dia. Terakhir saat Yulia memutuskan cerai, dia sujud di kaki dan menangis sejadi jadinya. Tetapi saya sudah tutup semua celah untuk dia keluar masuk.
Jika pas nggak marah dia cinta setengah mati sama saya. Semua permintaan selalu diberikan. Kami sering pelesiran, banyak kali ke Bali. Dia sangat menyayangi Yulia. Saya hanya minta jangan disakiti. Secara ekonomi, dia tidak ngerem, apa saja selalu diberikan untuk memanjakan Yulia. Jika lagi baik, apapun yang saya ucapkan akan segera dia turuti. Beli harta apapun pasti atas nama Yulia. Pada saat cerai di tahun 2006, dia meninggalkan dua rumah dan tanah untuk Yulia. Ki habis ceritaku. Ki saya lega bisa cerita tentang kisah saya. Masih membaca?
Itulah yang diceritakan Yulia suatu semalam lewat chatting. Semua jelas dan gamblang walau hanya dari satu sisi. Beberapa saat saya kemudian bertukar pesan dengannya. Tak ada pretensi untuk menggurui. Tidak sok bijak menasehati. Yulia telah menjalani kisahnya selama empat belas tahun. Banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik. Dia pasti bisa memutuskan yang terbaik untuk perjalanan ke depan.
Banyak wanita mempunyai kebahagiaan semu, berkeinginan memperbaiki tabiat dan kelakuan hitam sang pasangan melalui perkawinan. Berkeinginan berkorban dan menderita fisik ataupun emosi, demi kebahagiaan pasangan. Itu hanya masokisme. Hidup bukanlah hanya untuk berkorban, untuk menderita demi pasangan. Hidup adalah perjalanan bersama. Bahagia bersama. Berjuang dan berkorban bersama, demi masa depan bersama dengan orang yang dicintai dan mencintai.
Akhirnya Yulia cerita akan kembali ke Indonesia tahun depan. Ingin memulai lagi hidup baru, bersama pasangan yang dikenalnya di dunia maya. Dia baik sekali , pesan pesannya selalu lembut di dunia maya. Dunia maya sering mempertemukan pasangan dan kawan hidup.
Kebahagiaan adalah pilihan dalam perjalanan hidup yang panjang. Jika salah langkah suatu saat orang harus berani memutuskan kembali ke jalan semula. Dan meneruskan perjalanan selanjutnya. Hidup bukan sekedar berkorban sia sia, bukan sekedar menderita. Banyak dari kita yang tak berani mengambil keputusan untuk kembali ke jalan semula.
Salam damai, hidup adalah karunia yang harus di dinikmati dan dijalani bersama seseorang yang kita cintai.
Ki Ageng Similikithi
Manila 26 juni 2011.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment