Seminar itu bertemakan kemanusiaan dan alam semesta. Saya
menjadi pembicara terakhir sebelum diskusi. Semua berjalan lancar. Hanya ada
sedikit ganjalan bagi saya. Salah satu pembicara setiap berapa slide selalu
mengawali kalimat dengan kata kata … Saya ini. Saya sedikit terganggu
konsentrasi, pikiran saya terseret meneruskan kata kata itu… Saya ini si
gembala sapi. Lagu lama tahun lima puluhan yang dinyanyikan oleh Anneke
Gronloh. Ruang seminar tertata rapi, mewah, terletak di lantai dua gedung yang
megah. Peserta kira kira tujuh puluh orang, tokoh tokoh lintas disiplin.
Diskusi juga berjalan sangat menarik. Yang dibahas bukan
masalah tetek bengek keseharian. Tetapi menyangkut kehidupan ke depan dan alam
semesta. Tanpa sadar semua isi saku celana dan baju saya keluarkan. Rasanya
berat, berdiskusi dengan saku terbebani dompet, vulpen. Bebas berdiskusi
rasanya. Tepuk tangan membahana ketika Ketua penyelenggara menutup seminar
setelah menyampaikan rangkumannya. Seorang guru besar putri yang namanya malang
melintang di dunia akademik.
Saya mengantar ke bawah pembicara yang selalu bilang “Saya
ini’, kata kata itu ternyata telah menyeret saya. Padahal saya tidak kenal
sebelumnya dengan tokoh ini. Bercelana hitam, berbaju putih dengan dasi kupu
kupu. Lupa Tanya namanya. Dia telah ditunggu sopir, mobil Mercedez S Class Ava
Garde. Setelah mobil itu pergi, tiba tiba mobil saya sudah berhenti di depan
saya. Langsung naik ingin cepat pulang. Beberapa saat baru terasa, saku celana
saya kosong, ringan sekali. Sadar kalau
dompet saya masih tertinggal di meja pembicara tadi. Saya minta sopir balik
lagi ke gedung pertemuan. Dia masih tilpon, tidak tahu dengan siapa. Hanya
menjawab, gedung pertemuan sudah tutup. Biar saja, kita kembali ke sana.
Sampai di gedung pertemuan, saya langsung naik ke lantai
dua. Ruang pertemuan sudah ditutup. Ada petugas kebersihan, saya minta tolong
dibukakan. Meja meja sudah ditumpuk. Korden warna oranye sudah ditutup. Ruangan
tidak terang benderang. Dompet dan vulpen saya tidak ada di sana. Tidak panik.
Pasti sudah disimpan oleh petugas yang memberesi ruangan. Saya bergegas turun
ke bawah, ke ruang security. Ada dua orang wanita di sana. Nampak relaks. Saya
lapor barusan ketinggalan dompet di ruang seminar lantai dua. Kepala keamanan
wanita umur 40an ini memerintahkan temannya untuk melakukan pengecekan. Si
temannya kemudian keluar dan kepala keamanan tersebut menyanyi pelan di depan
saya. Rok bawahnya kotak kotak kombinasi warna merah dan hitam, blus nya warna
abu abu. Tetapi topinya kok seperti topi polisi lalu lintas. Sejenak temannya
datang membawa kotak yang ditali pita merah. Ketika dia membuka kotak itu, ada
catatan bahwa dompet saya sudah dikirim ke gedung paling depan di kampus.
Ibu kepala keamanan itu memberi kode agar saya mengikuti
dia. Kami turun ke lantai dasar, tempat parkir. Ada motor besar di sana, merk
BSA. Dia minta saya mbonceng. Motornya terkesan agak panjang, dan ada tempat
pegangan tangan di boncengan. Berjalan pelan menyusur jalan kampus. Ibu itu
tidak banyak bicara. Sudah beberapa saat masih berputar putar. Saya bertanya,
kemana kita pergi ambil dompet saya ? Tiba tiba membelokkan motornya ke satu
gedung megah. Pintu utamanya diatas, ada jalan menanjak ke atas langsung ke
pintu utama. Dia memberi kode agar saya turun dan menemui petugas yang ditugasi
mengambil barang barang saya. Di ujung koridor nampak petugas keamanan yang
disuruh ambil tadi sudah berdiri di sana bersama seorang temannya petugas wanita memakai topi. Nampak mereka
membawa barang saya, tas cangklong saya. Pasti dompet itu di sana.
Tas itu ditinggal di sana, sementara mereka bergegas naik motor bertiga. Kepala
Petugas Keamanan melambaikan tangan.
Saya mencoba berteriak keras terima kasih. Terbangun tiba tiba dari mimpi pagi hari. Ah
hanya mimpi saja.