Saturday, September 24, 2011

Minyak rambut

Tak pernah dalam kurun waktu puluhan tahun memelihara rambut terjadi krisis seperti saat ini. Kelaangkaan krim rambut Brylcreem. Sejak masih di bangku kuliah di tahun tujuh puluhan, saya selalu setia memakai krim rambut Brylcreem yang lembut. Tak terlalu berminyak dan tak terlalu kaku di rambut. Paling tidak sudah memakainya selama empat puluh tahun. Bentuk kemasan krim ini juga sudah berubah ubah selama kurun waktu ini. Tetapi tetap saja saya memakainya karena konsistensinya yang lembut. Dulu di tahun tujuh puluhan, dikemas dalam botol gelas pendek yang menggembung di tengahnya. Di tahun2 terakhir dikemas dalam plastik berbentuk silindris. Ada yang wadahnya berwarna merah dan ada yang hijau. Tak tahu bedanya apa.

Persediaan hampir habis tetapi sudah beberapa minggu tak menjumpainya di toko maupun di mall di Manila. Yang banyak tersedia adalah gel yang kaku. Pernah di ruang mandi golf saya menggunakannya, rambut jadi kaku berdiri. Gel mungkin khusus diperuntukkan untuk anak anak muda dengan model rambut jabrik, tegak berdiri. Di jaman tahun enam puluhan seperti rambut mas Klombrot, di karikatur Penyebar Semangat itu. Minggu kemarin sewaktu liburan di Yogya, saya menelusuri jalan Solo, dapat Brylcreem di salah satu toko kecil. Hanya dapat tiga kemasan botol kecil. Saat mengunjungi kakak di Semarang saya diberi tiga botol kemasan besar. Lumayan akan bertahan dalam beberapa bulan ke depan. Terhindar memakai gel yang kaku itu.

Perkenalan saya dengan minyak rambut buatan pabrik mulai di tahun 1963. Sebelumnya saat duduk di Sekolah Rakyat hanya memakai minyak cem=ceman, yakni minyak kelapa dicampur dengan berbagai akar dan daun tumbuhan. Baunya sedap walaupun tidak wangi. Tetapi jika wanita memakai pinyak ini dan tidak keramas berhari hari bau bisa berubah jadi apek.

Mula pertama menggunakan minyak rambut buatan pabrik atau pomade, merk Erasmic. Baunya lembut dan tidak terlalu kaku. Tetapi kadang kadang siang hari jika berkeringat, minyaknya turun ikut membasahi dahi. Jika tak salah Erasmic dikemas dengan botol gelas dengan bagian tengahnya menggembung waktu itu. Belum banyak diproduksi plastik. Selain merk Erasmic, kadang kadang saya menggunakan pomade Lavender. Dikemas dalam wadah metal berbentuk oval warna keemasan. Mungkin saya lebih jarang memakainya. Ingatan saya akan pomade Lavender begitu samar. Adik saya lebih banyak memakaianya.

Di masa sekolah menengah atas di St.Josef Solo, saya mengenal pomade dengan merk Yaparco. Lupa kemasannya. Kalau tak salah dalam botol silindris. Ingatan saya juga tidak terlalu kuat akan merk ini. Kadang kala memakai pomade merk Yardley. Ini merk untuk kelas atas. Saya sering nimbrung kakak ipar . Biasanya yang memakai adalah kelompok saudagar atau pebisnis atau pejabat kelas atas. Lembut dan tidak meninggalkan minyak yang membasahi dahi di kala berkeringat.

Di jaman mahasiswa di kompleks Ngasem Yogyakarta, saya mulai mengenal krim dengan merk Brylcreeem. Ini bukan pomade yang lengket. Tetapi krim lembut. Tidak berminyak sekali. Dan tetap lembut sepanjang hari. Banyak anak muda waktu itu memakai pomade merk Tancho Mandom yang diiklankan besar besaran. Pilihan saya tetap ke Brylcreem yang lembut itu. Dan berlangsung lebih empat puluh tahun sampai sekarang. Hanya ketika budaya pop culture masa kini menciptakan model rambut kaku menjulang tinggi seperti rambut landak, kelangkaan menimpa minyak rambut berbentuk krim seperti Brylcreem. Mungkin ada baiknya ingat kembali iklan iklan Brylcreem di masa lalu. Lambang pria percaya diri.

Jika ada kenangan mengenai minyak rambut silahkan ungkap di sini. Pria tak akan pernah bisa berpisah dengan minyak rambut. Tinggal pilih mau minyak rambut atau mau botak



Salam damai

Ki Ageng Similikithi